CN-42

1087 Words
Bibi Minami hanya tersenyum. “Kedua orang tuanya dibunuh oleh sekelompok mafia. Andai mereka tidak mencoba melawan dan kabur bersama anaknya, semua ini tidak akan terjadi. Ini dikarenakan mereka nekat mendekati orang yang sangat berbahaya. Bahkan membawanya untuk dekat dengan Natsumi.” “Jadi ... apa kelompok mafia itu mencari ....” “Benar, Quizer. Sifatnya Natsumi sama seperti orang tuanya yang keras kepala. Aku akan mencoba menghubunginya nanti lagi.” - - - - - - - - - - - - - - - Quizer tidak percaya dengan apa yang dia dengar dari Bibi Minami. Ini pasti bukan rencana dari Natsumi. Jelas-jelas gadis itu tengah sakit dan tidak ada waktu untuk berdiskusi sedikit pun. Kali ini, Quizer rasa ... Bibi Minami tidak berbohong ataupun dipaksa untuk cerita. Bahkan jujur, sepertinya Quizer pribadi yakin jika Natsumi tidak akan pernah ingin menceritakan masa lalunya yang kelam seperti ini. Selain itu, dia cukup bingung dengan keadaan yang harus dia jalani. Sekarang dia harus tidur di futon—tempat tidur tipis yang biasanya digunakan oleh orang Jepang— karena kasurnha telah ditempati oleh Natsumi. Dia belum pernah mencoba dan rasanya pasti tidak nyaman. Namun, itu lebih baik daripada tidur langsung di lantai. Dia dan Bibi Minami baru selesai bicara sekitar tiga puluh menit. Masing-masing membahas tentang masa lalu keluarga Natsumi yang kelam. Tidak heran pula kalau gadis itu agak menyeramkan sewaktu-waktu. Bahkan senyumnya yang tampak palsu itu menjelaskan segalanya. Jika benar apa yang Bibi Minami katakan, maka sejujurnya gadis itu sangat aktif dan tidak dapat dihentikan. Pantas wanita yang nyaris menyentuh kepala tiga itu sangat khawatir dengan kondisi Natsumi. Hampir saja dia menyebutkan kalau gadis yang dicarinya berada di dalam kamar. Dia tidak bisa melakukan itu hanya karena iba. Ketika membuka pintu, Quizer hanya tahu kalau Natsumi sedang melihat ke arah luar jendela. Entah apa yang sedang dia lihat. Ini masih sore, tidak mungkin Natsumi mencari bintang. Tidak mau pikir panjang, Quizer segera membuka lemari. Dia mencari-cari futon. Seingatnya ada satu yang tersimpan di dalam lemari tersebut. "Aku akan tidur di atas futon. Kamu tidurlah di kasurmu, Quizer. Omong-omong, aku akan tidur di bawah meja belajarmu," ucap Natsumi singkat dan begitu datar. Sementara yang mendengar malah membelalak. "Serius? Untuk apa kamu tidur di bawah meja? Lagi pula kamulah yang sakit di sini, Natsumi! Sudah seharusnys aku tidur di atas futon." "Kamu tidak akan terbiasa. Tidak masalah buatku. Lagi pula, ini salah satu caraku untuk bersembunyi. Aku yakin kamu tahu apa yang aku maksud, Quizer-san," jelas Natsumi yang kini tersenyum dengan sangat indah. Quizer menelan ludah. Dia lalu melihat ke sisi kasurnya. Memang dia sempat memindahkan barang-barang yang ada di kamarnya. Karena dia ingin melihat ke luar jendela, maka meja belajar dia letakkan di ujung ruangan, di samping kasurnya. Jadi ketika malas, dia bisa langsung membaringkan tubuh. Belum lagi apa yang Natsumi katakan ada benarnya. Gadis berambut cokelat itu pasti memikirkan tempat bersembunyi yang sempurna. Karena meja dan kasurnya bersebelahan, orang tidak akan dapat melihat bagian bawah pada meja. Kecuali memang sengaja mendekat. Ucapan gadis itu ada benarnya. Sekarang hanya itu tempat yang aman untuknya bersembunyi. "Tidakkan lebih baik kamu hentikan ini, Natsumi? You are annoying," sindir Quizer berharap Natsumi mengetahui maksudnya. Namun gadis itu malah tetap bergeming sambil menatap lawan bicaranya. "Quizer-san, aku yakin Bibi mengatakan sesuatu pada pagi hari. Pendengaran dan ingatan yang dihasilkan dari suaramu itu sangat berguna untuk sekarang," ucap Natsumi spontan begitu saja. "Apa yang Bibi Minami katakan ... hmm, rasanya semua bersangkutan dengan kamu akan pergi untuk mengambil tes," jelas Quizer. "Aku tahu karma itu datang sewaktu-waktu, tetapi aku tidak menyangka jika aku akan mendapatkannya secepat ini," jelas Natsumi yang lalu mengembuskan napas kesal. Quizer tertawa. Tidak dia sangka jika Natsumi mengira itu pun adalah pembuahan dari apa yang selalu dirinya lakukan. Mengerjai orang dan berbohong, terkaan Quizer. Atau hal lainnya. Dia tidak menysngks. Natsumi buru-buru berdiri, dia lalu mengambil futon dari tangan Quizer. Tanpa berlama-lama dia pun membaringkanya di bawah meja belajar. Jika pun masih dicurigai, dia bisa berguling ke kasur di bawah milik Quizer. Jadi dia akan aman untuk sementara waktu. "Sebenarnya sampai kapan kamu akan melakukan aksi mogok ini, Natsumi? Bibi Minami sudah sangat khawatir dengan keadaanmu. Belum lagi kamu seorang yang sangat dihormati oleh para polisi," bujuk Quizer. Naas. Gadis itu malah menggeleng. "Bibi Minami berbohong padaku. Dia memang menelpon orang itu, tetapi bukan untuk membatalkan pemeriksaan kesehatanku." "Lalu salahnya Bibi apa sampai kamu menghukumnya seperti ini? Sebaiknya kamu hentikan saja, Natsumi," bujuk Quizer lagi. Kali. Ini dia menggunakan tatapan yang sangat menggemaskan. Namun itu tidak membuat hati Natsumi bergerak sedikit pun. "Aku hanya perlu beberapa hari sampai mereka menyerah untuk mencariku, Quizer. Untuk bulan ini saja aku tidak ingin diperiksa," jelas Natsumi. Gadis berambut cokelat Dia lalu menghela napas. Dia lalu melihat ke arah Quizer yang kini sibuk memainkan ponsel genggamnya. Sepertinya Quizer sedang asyik mencari tahu lebih lanjut soal simnya. Wajar saja, lagi pula laki-laki itu selalu tidak memiliki waktu. Natsumi lalu menengadah ke langit-langit. Sebelum dia dapat menyadari apa yang salah selana ini. Hari ini dirinya benarh-benar merasa bebas meski hanya sejenak hanya sebentar lagi. Layer terakhir yang perlu aku kembangkan. "Natsumi, aku mendengat kabar soal keluargamu. Jadi sebenarnya, kamu memiliki masa lalu yang cukup merepotkan ya," jelas Quizer sambil mengembuskan napas. Natsumi hanya sibuk menggelengkan kepalanya. "Aku tidak begitu ingat soal itu. Kamu cukup abaikan saja dengan apa yang Bibi katakan." "Entah kenapa aku tidak bisa mengabaikannya. Lagi pula, kenapa pula kamu tidak mengingatnya?! Jangan katakan kamu hanya ingin menghiburku, Natsumi," ucap Quizer seraya matanya menatap tajam. Natsumi lalu tersenyum untuk beberapa saat. Seketika luntur begitu saja. Dia tidak berbohong kalau dia tidak ingat. Mungkin sama seperti Quizer. Namun, dia tidak tahu apa pemicunya. Yang dia tahu, keluarganya sangat menyayanginya. Tidak mungkin satu sama lain malah saling menyerang. Tidak lama dia mengembuskan napas. "Aku ini seperti kepingan puzzle. Diminta untuk mengisi sesuatu lalu ditinggalkan begitu saja." "Baiklah-baiklah, aku paham. Akan aku ganti pertanyaanya. Atas dasar apa kamu menuduh Bibi Minami berbohong padamu? Bukankah dia sangat peduli kepada keponakannya?" tanya Quizer. "Tidak juga ... Bibi Minami juga seorang dokter, tetapi dia tidak berani untuk memegang stetoskopnya kembali. Masa laluku tidak ada apa-apanya dibanding milik Bibi Minami," ucap Natsumi. "Jelaskan apdaku!" "Tidak bisa Quizer. Aku tidak mau dimarahi oleh yang memilikinya. Sebaiknya kamu menanyakan langsung. Tapi tidak sekarang," lanjut Natsumi. Quizer cemberut, dia sudah sangat penasaran dengan apa yang Natsumi katakan. Kenapa kisah Bibi Minami lebih ingin dia ketahui ketimbang menanyakan kebenaran tentang ditolak untuk sekian kalinya. Jadi, sebenarnya apa yang tejadi pads Bibi Minami di masa lalu?  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD