CN-39

1057 Words
“Di mana Natsumi? Aku tidak melihatnya, Minami-san,” ucap seorang laki-laki dengan kacamata kotaknya. Quizer tidak mengerti kenapa dirinya sangat tidak menyukai laki-laki itu. Tidak ada keren-kerennya sama sekali. Dulu dia pernah diberitahu oleh pamannya, orang yang menggunakan jas akan terlihat sangat keren di mata para gadis. Itu juga salah satu cara agar orang-orang di sekitar menyukainya. Namun, sudah lima menit bersama, tetapi Quizer sama sekali tidak merasakan wah dengan laki-laki tersebut. Sementara perempuan yang menggunakan jas dokter hanya menggelengkan kepalanya. Tidak tahu apa yang membuatnya berpikir ada sesuatu yang mencurigakan. “Katamu Natsumi-san sedang sakit. Namun tidak ada siapa pun di tempat ini,” jelas sang dokter perempuan, “apa kamu membiarkannya lolos. Aku tidak habis pikir dengan apa yang kamu lakukan Minami-san.” “Natsumi memang sempat menggertak diriku agar dia tidak menghadiri pemeriksaan. Dia sangat tidak menginginkannya untuk bulan ini. Mungkin dia tahu kalau obat yang dikonsumsi oleh dokter bisa jadi berbahaya jika digabungkan dengan obat Anda,” jelas Bibi Minami. Quizer terlihat tidak begitu paham, tetapi dia lalu menengok ke arah lemari pakaian. Dia berjalan mendekat ke benda itu dan segera membukanya. Banyak baju yang tidak ada. Kosong dan entah di mana keberadaannya. Tidak hanya itu, dia juga melihat pada jendela kamar Natsumi. Terakhir kali, gadis itu pergi malam-malam. Setahunya, Natsumi juga adalah orang yang nekat. Bisa saja gadis itu memaksa keluar dari rumah ini melalui jendela kamar. “Bibi Minami, sepertinya Natsumi sudah pergi sejak lama. Dia bahkan membawa baju-bajunya. Apa terjadi sesuatu?” tanya Quizer serasa memiringkan kepalanya. Bibi Minami merengut, sepertinya memang sudah terjadi sesuatu. “Natsumi sudah menyatakan akan melarikan diri jika dirinya masih dipaksa. Aku rasa, gadis itu benar-benar melarikan diri dari tempat ini. Gomen ne, mina-san,” ucap Bibi Minami sambil membungkuk setengah badan. “Tidak masalah, Minami-san. Sekarang sebaiknya kita mencari Natsumi. Aku yakin dia belum jauh. Dengan kondisi demam dan kekurangan darah, dia tidak akan bisa ke Tokyo,” ucap si laki-laki dengan jas hitam tersebut. Bibi Minami mengangguk, lalu menerjemahkan artinya pada Quizer. “.... Tapi kamu tidak diwajibkan untuk ikut. Sekarang kamu bisa beristirahat terlebih dahulu. Aku takut jika kamu masih sakit dan berujung memaksakan diri, Quizer-san. Jika kamu masih lapar, kamu bisa masak ramen,” jelas Bibi Minami padanya. Quizer mengangguk setuju. Dia juga terlalu malas untuk mencari gadis yang tidak begitu penting baginya. Lagi pula, masih ada perut yang masih harus dia urus setelah ini. Jadi dia mengantar kepergian orang-orang dewasa dari rumah yang dia singgahi. “Ingat untuk menjaga dirimu agar tidak semakin sakit, Quizer-san. Kamu cukup membuatku cemas kemarin. Aku akan mencari Natsumi,” ucap Bibi Minami. “Ikimasu!” [Aku pergi!] “Ya, baik-baiklah Bibi. Semoga gadis menyebalkan dan tukang mengomel seperti dia ketemu. Kalau tidak ketemu coba cari di gorong-gorong,” ucap Quizer sambil melambaikan tangannya. Dia lalu menutup pintu dan beranjak ke kamarnya sendiri. Harusnya dia pergi saja ke dapur untuk memasak ramen. Ya, dia memang lapar, tetapi dia tidak bisa memasak. Jadi dia harus menunggu seseorang untuk memasakkan makanan untuknya. Terlebih, ini bukan rumah paman atau bibinya. Dia tidak bisa seenaknya menghancurkan barang milik orang lain. Di depan kamar dia mengembuskan napas, lalu melihat kembali ke depan pintu. Tanpa ragu dia pun membukanya dan melihat bagaimana seorang gadis tengah sibuk memainkan ponsel miliknya. Entahlah apa yang gadis itu lakukan pada ponselnya. Mungkin menebak kata sandi atau iseng melihat jam yang ada di sana. Pada akhirnya Quizer hanya bisa mengira-ngira saja. “Mereka sudah pergi, Quizer Wow, kamu cukup hebat juga. Oh iya, sebaiknya kamu segera mengganti kartu sim pada ponselmu. Menggunakan kartu dari negara lain tidak akan menguntungkan. Terlebih kamu ini tinggal tidak sehari atau dua hari saja di Jepang. Aku tahu kamu pasti agak pusing karena tidak bisa berinteraksi dengan teman-temanmu di sana,” ucap gadis tersebut panjang lebar. Quizer melipat tangannya di depan d**a sambil tersenyum ke arah gadis berambut cokelat. “Ya, aku tahu. Tapi tiap kali ingin membelinya, kamu malah membuat banyak masalah. Kamu benar-benar berhutang banyak padaku, Natsumi Nakagawa.” “Oh benarkan? Baiklah, aku akan memberikan kartu perdana untukmu. Aaa, ternyata sudah aku masukkan ke ponselmu. Lihat? Aku bahkan sudah melakukan registrasinya sejak sehari sebelum kamu datang ke Jepang,” ucap Natsumi sambil tersenyum lalu dia tertawa. Refleks Quizer pun mengambil ponsel dari tangan Natsumi dan memperhatikannya dengan jeli. Memang benar ucapan Natsumi. Indikator sinyalnya kembali menyala dan beberapa pesan masuk pada fitur percakapan dalam jaringan pun bermunculan. Gadis itu memang menyebalkan, tetapi dia cukup senang. “Bagaimana bisa kamu melakukannya tanpa aku suruh? Ah, sudahlah. Dibandingkan itu, aku memerlukan kamu untuk memasakkanku makanan. Perutku sangat lapar, Natsumi,” ucap Quizer sambil cemberut. Natsumi terkekeh, dia lalu mengangguk. “Aku akan memasakkan kamu makanan. Anggap ini rasa terima kasihku karena kamu sudah mengabulkan permintaanku untuk membuat mereka yakin.” “Lagi pula kamu aneh, Natsumi. Kenapa kamu tiba-tiba jadi tidak ingin diperiksa oleh mereka. Aku masih bisa mengingat dengan jelas kalau kamu enggak mau diperiksa selain dari tim medis milik agensimu. Sekarang sudah ada, kamu malah menghindar.” “Tidak ada apa-apa. Aku hanya bosan dan ingin mencoba-coba saja. Jadi setelah bosan mengusilimu, aku lakukan ini pada tim medis. Walau begitu, mereka akan menemukanku dengan cepat jika mereka mau. Saat ini aku tidak mau membahayakan siapa pun,” ucap Natsumi.  “Tapi buktinya kamu membahayakanku, Natsumi,” lanjut Quizer. “Tenanglah, Quizer-san. Aku sudah menyiapkan skenario ini dalam mimpiku. Nanti setelah Bibi pulang, jelaskan saja jika aku baru kembali dan kamu membujukku untuk tinggal. Sekarang latihlah kemampuanmu dengan mengenali jejak mereka. Jika sudah mendekat, kita harus mulai bermain peran lagi,” jelas Natsumi. Quizer mendengus. Seharusnya dia tidak menyetujui usul gila dari gadis satu ini. Tapi mau bagaimana lagi. Dia sudah terlanjur menyetujui. Seharusnya Natsumi tidak mengajaknya ketika tidur. Ya, untuk kedepannya Quizer harus berhati-hati. Tidak mengiyakan apa pun yang Natsumi minta ketika setengah sadar. Natsumi lalu pergi ke bawah disusul oleh Quizer. Meski sedang sakit, entah kenapa gadis itu terlihat sangat bahagia. Bahkan aktifnya gadis itu seolah menunjukkan kalau dia baik-baik saja. Padahal Quizer tahu betul kondisi gadis itu. Entahlah, dia ... merasa iri dan penasaran. Siapa sebenarnya Natsumi Nakagawa? Dia rasa gadis ini bukan manusia biasa, ataukah gadis ini mencoba untuk menjadi seseorang yang hebat meski dirinya tahu itu hanyalah sia-sia? - - - - - - - - - - - - - - -
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD