CN-38

1129 Words
“Sepertinya ini sudah waktunya. Quizer-san, aku akan menjadi mentormu untuk mengembangkan kemampuanmu. Aku tahu kamu juga menyayangkan kemampuanmu ini. Jadi, biar aku membantumu,” potong Natsumi yang lalu tersenyum dengan ramah. Quizer menelan ludah, dia lalu melihat Natsumi kembali. Tatapan gadis itu sangat meyakinkan, belum lagi nada suaranya. Meski hanya berbisik, dia masih bisa merasakan bagaimana gadis itu tengah meyakinkannya. Seharusnya Quizer menolak, tetapi entah kenapa hati dan pikirannya berkata lain. “Mohon bantuannya, Nakagawa Natsumi,” ucap Quizer sambil mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dengan Natsumi. - - - - - - - - - - - - - - - Tanpa ragu gadis itu pun segera mengulurkan tangannya. Menyambut baik dengan apa yang diucapkan oleh Quizer. Saat ini dia sangat senang karena laki-laki itu menerima tawarannya. Mungkin jika tidak ada kecelakaan ini, dia akan sangat sulit untuk mengajak Quizer bekerja sama. Meski begitu, masih ada satu masalah lagi yang belum dia selesaikan. Quizer belum tentu bisa diajak untuk menangani kasus. Selain Natsumi sibuk dengan The Paradoks, laki-laki berambut pirang ini sangat terganggu dengan darah. Sementara dia selalu mendapatkan kasus pembunuhan. Mungkin untuk beberapa waktu ke depan, dia akan minta kasus sederhana. Natsumi tidak berencana hanya untuk meningkatkan hingga Quizer mampu mengendalikan kemampuannya. Namun, dia sangat ingin membantu laki-laki itu keluar dari sangkarnya dan menunjukkan dunia luar baik-baik saja. Tangan laki-laki itu sudah terbuka lebar untuknya, tinggal bagaimana dia harus mengemasnya tanpa laki-laki itu sadari. “Aku rasa kita perlu pergi istirahat. Lusa akan aku katakan padamu tentang apa saja yang harus kamu lakukan ke depannya. Baiklah, sampai jumpa,” ucap Natsumi. Laki-laki itu diam tetapi tetap menyetujui. “Jangan banyak berpikir, nanti kamu jadi cepat tua.” “Seharusnya aku yang berkata begitu. Thanks for today. Get well soon, Natsumi. [Terima kasih untuk hari ini. Semoga kamu lekas sembuh, Natsumi]” Natsumi mengangguk. Dia melihat ke mana Quizer segera pergi dari hadapannya. Syukurlah, kalau begitu dia bisa tenang. Setelahnya dia pun melihat ke jendela. Ini sudah berganti hari  dan Natsumi cukup takut. Hari ini dia sudah putuskan untuk tidak mengambil check up medis dari agensi. Walau dia tahu semua sakitnya akan lebih cepat sembuh. Dia hanya ingin tahu apa yang dikatakan oleh Kazuhiko. Jika benar ada sesuatu, maka dia bisa membuktikannya dengan sekali tidak mengikuti pemeriksaan kesehatan. Tidak akan ada masalah. Lagi pula, terakhir ke rumah sakit, dia hanya terkena anemia dan memerlukan istirahat yang cukup. Sekarang ditambah dengan demam. Dia perlu beristirahat cukup lama. Hanya saja, dia takut jika mereka menolak untuk tidak melakukan pengecekan. Mereka bisa datang kapan saja. Lebih parah lagi jika mereka langsung pergi ke kantor polisi untuk menanyakan keberadaan Natsumi. Sejauh yang dia ketahui, dia tidak pernah mendengar ada orang yang menolak pemeriksaan ini. Bagaimana dan apa yang harus dia lakukan. Jika dipikir-pikir, ada satu tempat aman yang dapat dia singgahi sementara waktu. Hanya saja Bibi Minami akan curiga. Ya, tempat Kazuhiko. Tempat para mafia berkumpul. Bisa pula di markas The Paradoks. Namun, pemimpin mereka lebih berbahaya. Mereka semua tahu jika Natsumi kehilangan banyak darah setelah menangkap teman-temannya. s**l. Dia harus menyusun rencana, bahkan jika agensi tetap memaksanya untuk melakukan pemeriksaan yang tidak ingin dia lakukan sama sekali. Memikirkan ini membuatnya semakin pusing. Dia harus segera tidur. Apa pun yang terjadi besok, dia akan memikirkan rencana lainnya. Dia hanya perlu tenang dan tidak banyak tingkah. Natsumi bisa melakukan itu, tetapi dia perlu tidur yang cukup. Jadi dia perlahan memperbaiki posisi dan menutup matanya. - - - - - - - - - - - - - - - Pukul delapan pagi Natsumi sudah terbangun. Panasnya agak turun, jika dia mengukur suhu sendiri. Lalu dia memastikan dengan menggunakan alat pengukur suhu tubuh. Ini tidak setinggi ketika Bibi Minami mengukur. Tidur benar-benar bisa membuatnya sembuh. Tidak lama dia pintu kamarnya terbuka dan Bibi Minami muncul dari sana sambil membawa sup yang sama seperti kemarin malam. Dengan senyuman, Natsumi membalasnya. “Bibi tidak perlu mengukur suhuku. Sepertinya aku sudah agak mendingan. Namun, tetap saja aku tidak ingin datang ke pemeriksaan itu. Tubuhku terasa sangat lelah dan perlu menambah tenaga.” “Bibi sudah mengatakannya pada agensi. Mereka tetap memaksa untuk datang. Dari jauh-jauh hari mereka sudah memastikan kabar tentangmu ke kepolisian. Saat mendengar kamu pernah sakit, mereka memaksa untuk datang,” jelas Bibi Minami sambil meletakkan mangkuk di meja. “Dalam beberapa hal, mereka benar-benar cepat bergerak. Bibi, aku akan tidak masalah. Kapan mereka akan datang?” tanya Natsumi sambil tersenyum. “Kira-kira pukul sepuluh nanti. Apa yang akan kamu lakukan Natsumi? Entah kenapa Bibi merasa akan ada yang terjadi dan itu sangat berbahaya. Jadi lebih baik kamu jelaskan,” balas Bibi Minami sambil menyilangkan tangan di depan d**a. “Karena Bibi Minami sudah tahu, aku harus bagaimana? Aku akan pergi dari rumah ... tentu itu yang akan kulakukan. Tolong jangan katakan itu pada mereka,” jelas Natsumi. Bibi Minami menggelengkan kepalanya. Dia pasti tidak menyangka jika Natsumi akan senekat itu untuk melakukan sesuatu. Namun, pada akhirnya mendengus. Seakan-akan Bibi Minami tidak percaya padanya. Setelah Bibi Minami pergi dari kamarnya. Natsumi segera bangkit dan membuka lemari. Dia mengeluarkan semua pakaian. Tidak lupa dia merapikan semua barang-barangnya ke dalam tas jinjing. Lalu dengan sigap dia mendekati jendela sambil tersenyum. “Gomen ne, Minami-baasan,” ucap Natsumi yang lalu menyentuh jendela tersebut. [Maaf ya Bibi] - - - - - - - - - - - - - - - Quizer baru saja keluar kamarnya ketika dia mulai bisa mendengar banyak hal lagi. Dia segera turun ke sumber suara terdekat. Ya, itu berasal dari rumah yang dia tempati. Ada sekitar tiga orang dan itu tidak termasuk dengan dirinya ataupun Natsumi. Dia dapat mengenali kalau suara yang berada di bawah itu milik laki-laki dan perempuan asing. “Ohayou gozaimasu, baa-san,” ucap Quizer yang tengah mempraktekkan apa yang dia pelajari lewat ponselnya. [Ohayou gozaimasu = sapaan formal. Biasanya digunakan pada orang orang yang lebih tua atau yang tidak begitu dikenal dekat] “Ah, Quizer-san! Kamu membuatku kaget. Apa ada masalah?” tanya Bibi Minami. Quizer menggelengkan kepala. Tidak ingin Bibi Minami malah curiga dengan kemampuan yang dia miliki. “Tidak ada. Aku hanya lapar dan ingin mengambil camilan yang ada di dalam kulkas. Aku rasa Bibi sedang sibuk.” “Gomen ne, Quizer-san. Aku agak sibuk karena orang-orang ini akan memeriksa keadaan Natsumi. Bagaimana jika kamu menunggu, setelah itu Bibi akan membuatkanmu ramen,” bujuk Bibi Minami padanya. Quizer tampak memikirkan sejenak. Lalu dia mengangguk. “Ide yang bagus, Bi. Izinkan aku ikut untuk melihat keadaan Natsumi. Menunggu di ruang makan sendirian itu aneh.” “Baiklah ayo,” lanjut Bibi Minami. Quizer dan Bibi Minami segera berjalan ke kamar gadis berambut cokelat. Mereka tidak banyak bicara. Sampai Bibi Minami membuka pintu kamar dan matanya membelalak. Jendela kamar Natsumi sedikit terbuka.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD