CN-09

1026 Words
“Permen ini berbahaya, jangan memakannya, Quizer-san.”                                 Quizer mengangkat salah satu alisnya, tidak mengerti kenapa Natsumi mengatakan jika permen loli itu berbahaya. Oke, dia memang mencurigai, tetapi dia ada apa pun yang terlihat di sana. Rasanya tidak mungkin jika sebuah permen ini berbahaya. Kecuali jika ada racun di dalamnya. Sayangnya permen itu terlalu sempurna. Natsumi balas menatap Quizer. Dia tahu jika laki-laki itu tidak mengerti tentang apa yang dia ucapkan. “Katakan padaku, kamu dapat permen ini dari mana? Aku yakin betul, jika di sini tidak ada toko permen. Tidak mungkin juga kamu membawanya dari tempat tinggalmu hingga ke Jepang.” “Aku rasa kita tidak sekenal itu untuk saling menceritakan apa yang terjadi lima menit sebelumnya,” sindir Quizer dengan tatapan tajamnya. “Aku mencemaskanmu, Quizer-san! Tidak bisakah kamu menghargai sedikit perasaan yang telah kukatakan padamu. Meski tidak begitu dekat, aku tetap orang yang ditugaskan untuk menjagamu di Jepang. Apa kamu mengerti? Bagus, kuanggap anggukan itu adalah iya.” Sejak awal dia seharusnya tahu kalau tidak akan ada habisnya jika berdebat dengan seorang detektif. Terlebih detektif itu seorang anak gadis yang banyak bicara. Quizer hanya bisa diam mendengar gadis itu menceramahinya sambil menuntun kembali ke TKP. Beberapa orang memperhatikan dan bingung karena Natsumi malah menggunakan Bahasa Inggris saat mengomel. Di saat seperti ini, Quizer berharap dirinya menghilang saja. Quizer melihat para warga yang kebingungan sudah pergi. Bibi Minami juga baru saja menyelesaikan obrolannya dan menyusul mereka berdua. Natsumi menjelaskan tentang kejadian yang menimpa Quizer tadi. Tentu itu membuat ekspresi wanita tua yang awalnya damai pun berubah pucat. Sekarang dia tidak dapat melakukan apa pun selain menunggu. “Quizer-san, syukurlah kalau kamu tidak ada apa-apa. Sebaiknya kalian berdua pulang. Natsu-chan, aku sudah mengabari tentang keadaanmu pada salah satu guru yang berada di TKP. Jadi kamu tidak perlu masuk hari ini,” jelas Bibi Minami. Natsumi tersenyum seraya menyimpan permen di dalam saku roknya. “Terima kasih, Baa-sa. Aku senang sekali karena Baa-san tahu apa yang kubutuhkan. Namun, hari ini aku akan tetap pergi ke sekolah setelah membersihkan diri.” “Kamu yakin, Natsu-chan?” balas Bibi Minami yang melihat lawan bicaranya dengan intens. Tidak ada satu pun yang terlewat dari sana. “Entah kenapa bibi tidak begitu yakin jika kamu baik-baik saja. Hari ini tetaplah di rumah.” “Entah kenapa aku sudah menerka hal itu,” timpal Natsumi yang lalu mengembuskan napasnya. Bibi Minami tetap memaksanya pulang, bahkan menitip pesan pada Quizer untuk mengawasi Natsumi agar tidak kabur dari pengawasan. Dengan berat hati laki-laki itu terpaksa menyetujui. Sementara Bibi Minami melanjutkan agendanya yang tertunda, yaitu membeli buah-buahan. Sebenarnya jika disuruh memilih, Quizer ingin bersama Bibi Minami saja ketimbang dengan Natsumi. Bagi Quizer Natsumi hanyalah benalu, mengambil keuntunngan tetapi merugikan untuknya. Dia sadar itu yang dia dapatkan. Selama di tanah kelahiran, Quizer tidak pernah berurusan dengan kasus pembunuhan. Melihat darah dengan jumlah yang cukup banyak atau bahkan pelaku kejahatan. Dia sudah meninggalkan semua itu sudah sangat lama. Anehnya, dia tidak tahu kenapa Natsumi seperti orang yang terus akan menyeretnya dalam bahaya. Seperti saat ini. Padahal dia tidak berminat untuk melihat darah, mayat dan pelaku dalam beberapa menit saja. Beda dengan Bibi Minami yang membawanya ke dalam kedamaian. “Aku khawatir sesuatu akan terjadi pada Bibi Minami. Padahal kalian berdua selalu memperingatkanku untuk tidak sendirian, tetapi membiarkan diri masing-masing sendiri. Apa kalian hanya menakut-nakutiku saja,” gerutu Quizer sambil mengawasi Natsumi melalui punggung gadis tersebut. “Bibi Minami akan baik-baik saja,” balas Natsumi singkat. “Bagaimana kamu bisa jakin jika Bibi Minami akan baik-baik saja? Kalian selalu bilang untuk tidak pergi seorang diri, tetapi hari ini kalian berdua melakukannya. Oh ayolah, aku bukan anak bayi lagi,” jelas Quizer agak kesal dengan penjelasan Natsumi. “Bibi akan baik-baik saja dan tempat ini tidak aman untukmu,” balas Natsumi singkat, dia lalu berjalan lebih cepat. Semoga saja laki-laki itu fokus mengejarnya daripada bertanya. Quizer kembali bertanya tentang apa yang Natsumi katakan, tetapi gadis itu tidak menjawab. Ya, gadis itu malah tertawa mendengar pertanyaannya yang terarah pada keselamatan Bibi Minami. Dia butuh penjelasan bukan tawa aneh dari gadis bermata sipit dengan kacamatanya satu itu. Sesampainya di rumah, Quizer melihat Natsumi segera masuk ke kamarnya sendiri untuk mengambil beberapa setel pakaian sebelum ke kamar mandi. Sepertinya gadis itu memang benar akan membersihkan dirinya saja. Namun setelah itu dia masih memiliki tuga untuk mengawasi gerak-gerik dari Natsumi. Ke mana gadis itu akan pergi, dia akan memperhatikannya dengan seksama. Quizer sempat terpikirkan dengan ucapan Natsumi tentang permen berbahaya. Ingatannya berputar kembali, mengulas wajah gadis imut dengan rambut hitamnya. Siapa dia? Kenapa gadis itu harus menariknya sampai ke g**g yang sepi. Itu juga membuat dirinya bertenaya-tanya. Karena seolah-olah gadis itu memiliki sesuatu yang harus dia sampaikan pada Quizer, tetapi tidak tahu apakah itu. Muak dengan pikirannya sendiri, Quizer lalu membuka lemari es. Mengambil s**u dan mulai meminumnya. Salah satu obat agar dia bisa tenang tanpa bergantung dengan obat-obatan dokter. Quizer sendiri tidak mengerti kenapa dengan segelas s**u, pikirannya tentang masalah mereka bisa reda begitu saja. Jadi selama bertahun-tahun dia sering membeli s**u yang cukup banyak. Di sisi lain, Natsumi baru saja masuk ke dalam kamar mandi dan menyalakan pancuran air. Cukup deras. Hangat. Bau amis yang melekat pada tubuhnya harus dihapus. Dia tidak begitu senang jika harus mencium bau amis, terlebih itu ketika dia diharuskan untuk bekerja di luar ruangan. Sebelum melepas baju,  dia mengeluarkan benda-benda yang ada di sakunya. Lalu permen loli yang didapatkannya dari Quizer malah masih utuh dan tidak lengket. “Permen ini terlihat normal jika dari luar. Padahal di dalamnya ada sebuah bola yang dapat diaktifkan dan meledak sewaktu-waktu. Sayang sekali dia masih belum tahu soal ini,” ucap Natsumi bicara sendiri. Dia kembali merogoh, lalu melihat kembali pada  permen tersebut, lebih tepatnya pada gagangnya. Ada tulisan tidak nampak yang biasanya hanya digunakan untuk merek saja. Namun, yang Natsumi lihat saat ini adalah ajakan untuk bergabung ke dalam Paradoks. Dia meremas lalu melemparnya dengan asal. Natsumi sudah menduga hal ini. Menduga kalau Quizer diincar oleh The Paradoks. Sebaiknya dia memperingatkan laki-laki tersebut sebelum terjadi sesuatu yang lebih berbahaya. Hari ini, Quizer lepas dari pengawasannya, tetapi untuk selanjutnya tidak akan pernah terjadi. Natsumi dapat memastikan hal itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD