CN-44

994 Words
Setelah beberapa detik, Natsumi baru sadar kalau dirinya membentur meja belajar milik Quizer. Salahnya karena tetap memaksa untuk tidur di bawah meja. Namun, dia sudah terlanjur nyaman. Lagi pula, siapa yang akan menyangka jika dirinya mendapatkan mimpi aneh? Namun, entah mengapa Natsumi merasa itu seperti kenyataan. Ya. Karena dia benar-benar menangis. Jejak air mata ini, entah dia curahkan atas kerinduannya pada ayah dan ibu atau bukan. Dia rasa, mengajak Quizer berdiskusi pun bukan hal yang bagus. Mereka sama-sama tidak memiliki orang tua. Ah, benarkah? Natsumi tidak yakin dapat mengatakan seperti itu. Natsumi pun segera memperbaiki posisinya, lalu melihat ke jendela. Dia ingin memastikan waktu tanpa melihat ke jam. Sekaligus menghirup udara segar. Maka, Natsumi pun berjalan, mendekat ke arah jendela. Dia langsung menyibak gorden jendela. Matahari belum naik sama sekali, mungkin ini masih dini hari. Namun, dia dapat melihat seseorang dengan baju hitam-hitam ada di pekarangan rumahnya. Natsumi tetap diam mengawasi, dia tidak mau ada masalah apalagi sama membuat Bibi Minami terbangun. Orang itu sepertinya baru saja meletakkan sesuatu di pekarangan rumahnya. Natsumi harap itu bukan bom, meski ada kemungkinan soal itu. Segera saja dia pun pergi dari kamar Quizer. Jika benar itu bom, dia bisa segera memanggil polisi untuk menjinakkannya. Saat berada di pekarangan rumah, dia tidak melihat tanda-tanda jika itu merupakan bom. Baik bau atau bunyi  ini terlalu sunyi. Jadi segera saja dia mendekatinya. Perlahan mengambil kotak tersebut dengan berhati-hati. Hanya dengan menyentuhnya, dia pun mengetahui apa yang ada diisinya. "Apa dia bodoh? Bagaimana jika aku tidak turun sebelum Bibi Minami dan Quizer? Mereka berdua pasti akan mengira ini adalah bom," ucap Natsumi sambil mengulum senyum. Dia pun membuka kotak itu dan di dalamnya ada sebuah ponsel. Natsumi tahu apa maksudnya dan apa keperluannya. Ini bukan dari The Paradoks. Jelas-jelas mereka tidak tahu di mana dia tinggal. Jadi Natsumi sangat yakin kalau dialah pengirim paket ini. Buru-buru, Natsumi mengambil isinya dan kembali ke kamar Quizer. Tidak lupa bersembunyi di bawah meja belajar laki-laki itu. Tampaknya untuk hari ini, laki-laki itu sangat nyenyak dalam tidur dan tidak terganggu meski Natsumi membuat suara gaduh. Tiba-tiba ponselnya bergetar dan ada satu panggilan masuk dari sana. Sepertinya Kazuhiko sudah menyeting ponselnya hingga sedemikan rupa. Syukurlah dengan begini dia bisa menghubungi laki-laki itu tanpa terpengaruh oleh telepon khusus agensi dan sehari-harinya. Meski begitu, dia cukup menyayangkan karena memiliki terlalu banyak ponsel. Ingin rasanya dia berikan saja pada orang lain, tetapi semua pekerjaannya berada pada ponsel berbeda. "Natsumi, apa kamu mendengarku?" ucap Kazuhiko dari seberang sana. Tampaknya Natsumi tanpa sadar sudah menekan tombol untuk menjawab panggilan tersebut. "Kenapa menelpon secepat ini? Kamu ingin membuat panik orang seisi rumah?" ucap Natsumi dengan bisik-bisik. Dia takut mengganggu istirahat Quizer. Namum laki-laki itu tidak terganggu sama sekali. "Aku tahu kamu sedang kesal sekali, Natsumi. Baiklah aku akan mengirim pesan. Matikan ponselnya sebelum dia mendengar pembicaraan kita," ujar Kazuhiko. "Sebenarnya kemampuanmu ini apa sih. Kadang-kadang aku merasa kemampuanmu tidak sekedar sebagai seorang visioner yang aktif," jelas Natsumi. Sayangnya Kazuhiko tidak menjawab. Laki-laki itu langsung memutus sambungan dua arah. Terlihat seperti lari dari masalah bagi Natsumi. Natsumi pun mendengus dia lalu menunggu pesan yang Kazuhiko akan kirimkan. Seraya dia juga masih merasakan ada sesuatu yang salah di tempat ini. Kenapa dia mengingat sosok yang bahkan tidak dia ingat sama sekali seperti Kakak Keren. Apakah Kazuhiko juga mengenalnya? Ayah dan ibunya bilang Kazuhiko akan tinggal bersama. Rasanya terlihat meyakinkan. Namun kemunculan Kakan Keren ini membuat Natsumi mengernyitkan dahi. Apa benar dia pernah memanggil seseorang dengan sebutan Kakak Keren? Kenapa pula dia tidak ingat sama sekali dengan apa yang terjadi. Kini getaran pada ponsel kembali menyadarkannya. Sepertinya Kazuhiko baru saja selesai mengetik dan mengirimkan pesannya. Dia hanya mengangguk setuju dengan apa laki-laki itu katakan. Tidak ada juga gunanya membantah. Sekarang kehidupannya berpegang teguh pada Kazuhiko. Jika laki-laki itu tidak melindunginya, gadis berambut cokelat ini sudah pasti mati sejak lama. Entah dibunuh oleh The Paradoks, atau yang lainnya. Aku dengar kamu tidak mengikuti pemeriksaan dan kabur dari rumah. Namun, sepertinya itu tidak mungkin. Aku yakin dengan kondisimu sekarang, kamu hanya bisa mengelilingi rumahmu saja. Namun, aku tetap bersyukur karena kamu mengikuti saranku, Natsu. Jika ada yang mau kamu tanyakan, silakan. Aku sudah agak mendingan. Kamu memang mengerikan. Apa kamu sudah tahu kalau dalam misi ini kami bisa melihat pula berapa banyak orang yang sudah mati karena kelakuanmu itu Kazuhiko? Aku tidak bisa membaca sampai separah itu Natsumi. Kemampuanku sebatas memprediksi apa yang terjadi. Tidak semuanya akurat, karena yang akurat hanya milik-Nya. Sekarang kamu tinggal di mana? Bersembunyi di balik lemarimu yang rusak? Tidak. Aku bersembunyi di kamar Quizer. baiklah, asal kamu tidak lupa status kita itu tidak akan masalah bagiku. Baik, selamat istirahat. Aku akan gunakan ponsel ini untuk hubungan dua arah kita. Natsumi mengangguk dalam diam, dia lalu menyimpan pojselnya ke dalam lemari baru. Satu-satunya tempat yang aman menurutnya. Dan dia sudah letakan di bawah kasur milik Quizer. Setelah itu, Natsumi kembali merenung. Harusnya dia sekalian menanyakan soal apa yang dia rasakan ketika berada di dalam mimpi. Siapa tahu jika Kazuhiko memang mengenal sosok keren ini dan dapat menceritakan padanya. Jadi dia buru-buru menutup mata. Berusaha mengungat. Sejauh ini, satu-satunya yang aneh dari pikirannya hanya satu. Pengobatan dari agensi mungkin alasan kenapa dia tidak mengingat si Kakak Keren. Bisa juga karena memang dia tidak dapat mengingatnya. Apa dia memiliki trauma cukup besar sampai dia tidak mau mengingat Kakak Cantik itu? Bahkan hanya sebentar saja, dia sudah melupakan bagaimana wajah Kakak Keren itu.  Ini membuatnya penasaran. Apa yang Kazuhiko katakan membuatnya begitu berpikir. Namun, meski begitu dia juga merasa kalau sakit kepalanya tidak kunjung hilang. Kadang datang dan silih berganti. Natsumi tidak boleh kalah di sini! Segera Natsumi pun kembali memejamkan mata. Jika dia kembali bermimpi, dia harap dia dapat mengingat jelas bagaimana wajah dari Kakak Keren. Dia juga berharap bisa melihat ayah dan ibunya meski sebatas mimpi. Sambil menghitung domba, Natsumi pun mulai terlelap dalam tidurnya. Dan dia berharap pula kalau Bibinya tidak tahu dia tinggal di mana.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD