24. Titik Puncak
Aku rasa sebentar lagi kita akan sampai. kata Michael sambil berjalan di depan Mitch.
Kau jangan sok tahu Michael, tanjakan jalan ini seakan tidak pernah habis. balas MItch terhadap ucapan Michael, namun mereka masih terus berjalan.
Aku rasa memang sebentar lagi kita sampai Mitch. kata Hanna mencoba menghentikan perdebatan itu yang menurut Hanna itu adalah sebuah perdebatan jika diteruskan Akan berlanjut dan berkepanjangan.
Sudah satu jam kita berjalan, belum ada sama sekali kita menemukan sebuah tanda jika kita akan mencapai puncak. ucapan Rose di samping Hanna yang berjalan bersamanya.
Tenanglah kalian. pikiran kita harus fokus dan kita berpikir akan segera sampai, ayolah kawan, dengarlah kata-kataku. ucap Jeff menegaskan, dan ucapan itu memberi semagat kepada mereka.
Kemudian mereka semua terdiam, dan sekilas melirik antara satu sama lain dengan tatapan dan senyuman yang tidak merasa tersinggung terhadap masing-masing teman. perlahan perasaan panik mereka memudar, di perjalanan itu mereka menikmati suasana di antara pepohonan yang menurut mereka sangat unik. pohon-pohon hutan dengan buah-buahan kecil yang belum tahu jenis Apakah pasti merek berpikir buah-buahan itu apakah dapat dimakan atau tidak. itu sangat banyak sekali di sekeliling mereka. yang mereka semua pikir, Masa bodo akan hal itu, jika memang hari sudah akan mulai gelap, mereka harus buru-buru untuk membuat tenda yang sekiranya ada tempat bagus untuk mereka beristirahat di malam itu.
Kemudian tak terasa perjalanan itu diiringi dengan nyanyian burung yang berada di atas pepohonan, seakan-akan burung itu menandakan suatu kabar baik terhadap mereka. di sisi kiri jalan terlihat sebuah plang yang menunjukan ke anak panah lurus bertuliskan 50 meter lagi mereka akan berada di puncak. mereka berhenti di depan papan nama itu Dan Tersenyum, namun disisi papan nama itu ada sebuah himbauan yang bertuliskan, bagi para pendaki. jangan pernah melanjutkan perjalanan hingga sampai ke puncak paling atas. lalu Dengan semangatnya mereka harus sekitar 50 meter lagi segera sampai ke puncak. dari tanjakan yang mereka lalui itu belum terlihat sama sekali hamparan luas, seakan-akan Ada sesuatu di sana dan berpikir ada Bukit datar untuk para pendaki beristirahat di sana. dengan semangat kini Jeff yang berada di paling depan, dan mereka mengganti barisan, lalu dengan sedikit sisa tenaga, mereka dengan cepat perjalanan menuju ke titik puncak.
Perlahan Jeff pun berhenti, dia kini sudah berada di puncak yang dimaksud, ternyata benar, pandangannya melihat tempat itu yang sangat indah. tempat yang di rasa sangat jarang sekali para manusia yang menjamah hamparan itu. pikir Jeff mungkin hanya beberapa puluh pendaki saja yang pernah membuat tenda di tempat itu, hamparan rerumputan bercampur dengan bunga-bunga liar yang sudah mulai mengembang, seakan-akan tempat itu menjadi sebuah taman bunga di atas puncak pegunungan. keempat temannya pun sudah berdiri di belakang Jeff, mereka semua tersenyum melihat pemandangan itu, dan mereka tidak berpikir Sudah berapa lamakah mereka berjalan hingga sampai ke puncak.
WOW, tempat ini indah Jeff, kagum Michael terhadap tempat yang baru saja dia lihat, hamparan sekitar seluas 1 hektar itu membuat mereka semua seakan-akan terhipnotis dengan keindahannya.
Akhirnya kita sampai. "Terima kasih semesta" kata Mitch sambil merentangkan kedua tangannya ke atas, Rose dan Hana mereka sama-sama tangan kirinya menyinggahkan pundak kekasihnya, dan melihat keindahan di tempat itu.
Kita buat tenda di sebelah sana. tunjuk Jeff ke arah kanan yang berada di sekitar area yang dipenuhi dengan Sekerumunan bunga-bunga liar yang berwarna-warni.
"Ayolah" kata Michael penuh semangat, dan mereka pun langsung saja berjalan bersama-sama menuju tempat sekitar berjarak 50 meter dari Mereka berdiri. mereka berhenti di lokasi yang dimaksud oleh Jeff, Mereka pun sama-sama melepaskan tas besar yang berada di punggung mereka masing-masing, dan tanpa ragu mengeluarkan isinya. dari 3 tas yang dibawa masing-masing, Michael, Mitch dan Jeff, ya, mereka sebagian besar membawa peralatan, dan juga tenda portable yang ter termahal di kelasnya. tenda itu sendiri pun tidaklah sulit, begitu mereka mengeluarkannya hanya tinggal membuka tali ikatan saja yang terkait di beberapa pengait, Tena itu pun dengan sendirinya membentuk suatu rumah kecil yang berukuran hanya dapat ditiduri oleh dua orang saja.
Ketiga tenda pun sudah mulai terpasang, dan berbaris berjarak masing-masing 2 m. dan Arah tenda itu mengarah jika di pagi hari matahari akan terbit. dan setelah itu, mereka mengumpulkan bebatuan yang berserakan yang sudah tertutupi tumbuhan bunga yang menjalar di antara rumputan. batu batuan cadas itu mereka bentuk melingkar dan menumpuknya dengan rapi, Rose dan Hanna bertugas untuk menyiapkan beberapa makanan kaleng yang mereka sudah mereka keluarkan di dalam tas, dan juga sudah mempersiapkannya disisi dari tempat perapian itu.
lalu Michael, Mitch dan Jeff mulai berkeliaran mencari ranting-ranting kering yang sekiranya dapat membakar dengan cepat, untuk dapat dijadikan api unggun. setelah semuanya terkumpul dan cukup banyak, mereka kembali masing-masing di dekat perapian itu. dan juga sudah menumpuk kayu-kayu kering itu di dekat perapian.
Dengan rasa yang lelah, Mereka pun berkumpul Membentuk lingkaran di tempat perapian itu, dan mulai tangan Jeff menumpuk kayu-kayu itu hingga membentuk mirip seperti bentuk segitiga. tanpa ragu setelah selesai Jeff langsung saja membakar kayu-kayu itu menggunakan alang-alang kering yang berada di sekitar perapian. api pun mulai terbakar mengecil kemudian perlahan membesar.
Di sore itu mereka beruntung, cuaca di tempat itu tidaklah menandakan akan turun hujan, dan pikir Jeff biasanya beberapa pengalaman pendakiannya, dia selalu mendapati hujan yang tiba-tiba turun mendadak. sementara Michael dan Mitch mempersiapkan alas tenda untuk mereka dapat tiduri, yaitu sebuah karpet tebal berwarna hitam yang sebelumnya sudah mereka bawa dan merapikan tempat itu untuk tidur di malam hari nanti. dan setelah selesai, mereka berdua keluar dan kembali duduk berada di depan kayu kering yang sudah mulai terlalap api.
Jeff mengeluarkan isi tasnya, dia mengeluarkan teko berukuran sedang yang bertega tanpa listrik. teko itupun sungguh unik, hanya dengan mengecas nya di terminal listrik yang ada di rumah, dapat merebus air tanpa waktu yang berlama-lama.
Namun peralatan masak mereka masih secara manual, sebuah teflone kecil sudah dipersiapkan di atas bara perapian yang tidak terlalu besar, beberapa makanan kaleng pun sudah dipersiapkan yang berisi dengan daging, dan juga tepung gandum untuk menambah energi mereka agar kembali pulih.
Pandangan mata Jeff melihat ke arah langit, dan terlihat matahari pun sudah hampir tenggelam, namun langit pun terlihat separuh berwarna kuning pekat, dan Jeff berpikir waktunya sudah datang untuk menyambut malam.
Jeff berpikir tempat itu memanglah sungguh sangatlah indah, karena di saat dia mencari sebuah ranting kering, terdapat sebuah mata air kecil yang sudah terbentuk secara alami di bawah pohon besar yang berakar Raksasa, air itu pun terlihat bening dan dapat dikonsumsi untuk keperluan mereka di puncak itu.