MENUKAR KEWAJIBAN (2)

693 Words
"Apa kamu tidak takut jika aku menikah dengan Dania, aku malah jatuh cinta kepadanya?" Saskia tertawa dengan keras mendengar pertanyaan Steven. "Hahaha ... Darling, aku tau seleramu seperti apa dan aku yakin kau tidak akan pernah jatuh cinta kepada mbak Dania. Tubuhmu boleh saja dia miliki sebagai suami, tetapi hatimu aku sangat yakin akan tetap menjadi milikku utuh," jawab Saskia dengan penuh percaya diri. Steven mengarahkan pandangannya kepada gadis yang baru saja datang. Ia melihat penampilan gadis itu dari ujung kaki sampai ujung kepala. Tidak ada yang menarik dari si gadis di matanya. Penampilannya sangat biasa. Dengan rok jeans selutut dipadukan shirt yang pas membentuk tubuh serta sepatu kets berwarna biru. Rambutnya hanya digerai, tanpa sentuhan make-up. Hanya polesan lip balm saja dibibirnya. Sangat jauh berbeda dengan penampilan Saskia yang selalu modis dan juga branded. Dania memang menuruni sifat Kartika yang sederhana dan apa adanya. Ekspresi Steven semakin tak suka melihat kedatangan Dania. Kalau bukan permintaan sang ibu, lelaki itu tidak mungkin datang menemui Dania-gadis yang akan dijodohkan dengannya. Sementara Dania yang sudah berdiri di depannya, tampak terpesona dengan ketampanan dan penampilan rapi pria yang duduk di hadapannya. Ini pertemuan kedua kalinya dengan Steven dan ia baru sadar bahwa lelaki ini memang tampan. Saat pertemuan pertama mereka, Dania tidak terlalu memperhatikan, sebab saat itu semua keluarga hadir dan ia tidak terlalu fokus dengan Steven, ia hanya fokus dengan Nyonya Nirmala-ibu kandung Steven yang terus mengajaknya bicaranya. Tak bisa dipungkiri bahwa lelaki ini memang sangat mempesona dimata para gadis. Dari segi wajah, penampilan dan keluarga, Steven adalah sosok pria yang nyaris sempurna. Pantas saja Saskia sang adik sangat mencintai pemuda di hadapannya ini. "Permisi. Kau sudah lama menunggu? Maaf kalau aku lama. Aku masih ada kuliah tadi," Dania menyapa Steven dengan ramah. "Kau Dania?" Steven tidak menjawab langsung. Ia memastikan lagi nama gadis yang berdiri di depannya. "Iya, saya Dania," jawabnya sopan. "Duduk!" Steven mempersilahkan Dania duduk di depan dengan sikap datarnya dan Dania pun duduk. Bola mata Steven tak pernah teralihkan ke arah lain, pandangannya terus tertuju kepada Dania. Bukan karena ia tertarik namun karena ia mencari sesuatu yang menarik dalam diri wanita itu. Ia sama sekali tak menemukan sesuatu yang membuatnya tertarik dengan wanita ini, malah membuatnya semakin tidak suka. 'Dia tidak seperti Saskia, jauh sekali penampilannya dengan Saskia. Apa papa dan mama tidak salah ingin menjodohkan aku dengan gadis ini?' Steven membatin sambil terus menatap Dania. Ia juga tidak bisa menolak permintaan keluarganya. Bila menolak maka ia tak akan diakui oleh keluarganya sebagai pria bertanggung jawab. Jalan satu-satunya adalah menikah dengan wanita pilihan keluarga. Semakin dipikirkan, Steven semakin benci dan tidak suka dengan Dania yang ikut menerima perjodohannya. "Gua gak tahu kenapa nyokap dan bokap gua bisa suka sama cewek kayak lo. Sebenarnya apa sih yang sudah lo lakuin sama mereka sampai mereka bersedia menikahkan gue sama lo." Steven menatap sinis Dania. "Aku minta maaf tentang masalah itu. Aku tidak tau kenapa Om Hardiyata dan tante Nirmala memilihku ketimbang adikku Saskia. Tapi, di sini aku hanya ingin menegaskan jika aku menerima perjodohan ini karena usaha papa sedang terpuruk. Aku kemari hanya ingin menegaskan jika setelah kita menikah hubungan kita tidak lebih dari hubungan di atas selembar akta nikah. Kau boleh tetap menjalin cinta dengan Saskia dan aku bisa melanjutkan S2-ku. Yang paling penting adalah membahagiakan keluarga." Steven diam menatap Dania, "Sesuatu yang paling gua benci dari perempuan adalah saat dia nuntut cinta dari gua. Apa lo bakal lakuin hal yang sama?" tanya Steven kemudian. "Kau tenang aja. Aku tidak akan menuntut cinta ataupun perhatian darimu. Aku tidak akan menyusahkanmu. Kamu bisa pegang janjiku baik-baik," kata Dania dengan keyakinannya. "Jadi intinya, lo nikah karena usaha om Rivan yang sedang krisis?" tanya Steven. "Sebenarnya gua juga menginginkan hal ini. Tapi sebelum gua setuju, gua mau tanya satu hal lagi. Apa lo benar yakin lo gak akan ikut campur urusan pribadi gua. Termasuk hubungan gua dengan para wanita dan semua hal yang gua lakukan di luar?" "Ya, aku yakin. Aku gak akan ikut campur. Itu janjiku." Dania menjawab dengan lantang dan penuh percaya diri. "Oke. Mari kita menikah dengan semua syarat itu, tapi kita hanya menikah selama enam bulan karena gue akan menikahi Saskia."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD