MENUKAR KEWAJIBAN

1255 Words
"Kenapa harus aku, Pa, Bu? Dia- Steven Hardiyata itu mencintai Saskia, bukan aku," tolak Dania pada Kartika dan Rivan. Ia tidak mengerti mengapa harus ia yang menikah dengan Steven sementara semua sudah tau jika Saskia menjalin hubungan dengan pemuda itu "Nak, tolong mengerti. Saat ini keuangan perusahaan sedang tidak baik. Keluarga Hardiyata hanya ingin kerjasama ini dibangun atas dasar kekeluargaan dan karena Saskia menolak menikah muda, mau tak mau kau yang harus menggantikan," kata Rivan. Dania menghela napas panjang, "Aku masih mau melanjutkan S2- ku sebagai seorang dokter spesialis, Papa," katanya. "Keluarga Hardiyata bersediau untuk membiayaimu, Nak. Ibu sudah meminta syarat itu kepada mereka," kata Kartika. "Dan malam ini mereka akan datang melamarmu, Dania Sayang," kata Rivan sambil mengelus pipi Dania. Malam itu Dania duduk di sofa dengan kepala menunduk di depan keluarga Hardiyata. "Kau harus menikah duluan Dania, karena kau anak yang paling tua. Keluarga Hardiyata sudah memilihmu," kata Hardiyata tegas. Ia tidak setuju bila Dania menolak rencana perjodohan antar dua keluarga karena sejak dulu, ia sangat mengharapkan salah satu putrinya menikah dengan keluarga terhormat. Bukannya ia dan sang istri tidak tau tentang hubungan Saskia dan Steven. Namun, mereka memilih Dania karena tau silsilah keluarga itu. Dania mengangkat kepala, wajahnya tampak sendu menatap Tuan Hardiyata. Ia sungguh tak mau menikah muda, dan mengubur cita-citanya, apalagi menikah dengan Steven. Pria yang punya banyak koleksi wanita dan juga merupakan kekasih dari adik tirinya- Saskia. "Tapi Pa, aku ingin melanjutkan kuliah S2- di luar negri. Aku mau ambil spesialis bedah. Itu sudah cita-citaku. Kalau aku menikah, aku tidak bisa bebas untuk kuliah di luar negri." Dania masih berusaha untuk menolak. Ia sungguh tidak menginginkan pernikahan ini. Pernikahan tanpa dasar cinta hanya akan berakhir buruk. Dan meski tidak terima dengan desakan keluarga, namun Dania masih berbicara lembut nan pelan. Itu memang sudah menjadi kebiasannya sejak kecil yang tidak pernah bisa meninggikan suaranya di depan orang. Kartika selalu mengajarkan hal ini kepadanya. Sejak kecil Dania sudah kenyang dengan kehidupan yang cukup keras sebelum bertemu dengan ayahnya- Rivan. "Kau pikir, kalau kamu tidak menikah. Papa akan membayar semua uang kuliahmu di luar negeri? Dania, tante Nirmala sudah berjanji jika kau bisa melanjutkan kuliahmu," bujuk Rivan. "Iya, Dania sayang. Tante dan Om akan membiayai kuliahmu. Kami hanya ingin kau yang menjadi menantu kami." Dania hanya bisa diam membisu mendengar semua ucapan sang papa yang tidak bisa ia bantah. Terlebih ibunda Steven turut membujuk. "Dania, Ibu minta maaf ya. Tapi, percayalah ini semua demi kebaikan kita semua," Kartika berucap lembut, berusaha untuk membujuk Dania. Dania masih diam dengan kepala menunduk. "Dengar Nak, kalau kau tidak setuju. Keluarga Hardiyata pasti akan mencari gadis lain untuk dinikahkan dengan Steven. Mama mohon Dania, ini demi keluarga, demi kita semua!" Kartika memegang erat kedua tangan Dania, memohon dengan sangat kepada gadis itu untuk bersedia menerima pernikahannya dengan Steven. Dania mengangkat kepala dan ia meletakkan tangannya di atas punggung tangan Kartika yang memegang salah satu tangannya. "Baiklah, demi Ibu dan keluarga. Aku bersedia. Asalkan keluarga kita baik-baik aja, aku bisa melakukan apa saja." Dania akhirnya mengalah. Gadis itu paling tidak bisa menolak permintaan Kartika. Ia tahu betul bagaimana kisah perjuangan sang ibu dan Dania tidak mau mengecewakan Kartika. Kartika memeluk Dania sembari tersenyum. Ia juga mengelus kepala dan punggung Dania untuk menenangkan kekecewaan putrinya itu. "Sekarang istirahatlah di kamarmu. Besok siapkan dirimu untuk bertemu sama Steven," ujar Kartika sembari melepaskan pelukannya. "Iya Bu Kalau begitu, aku permisi ke kamar dulu." Dania berdiri dari sofa, dan ia tak lupa mengangguk hormat di depan Kartika lalu memutar tubuhnya meninggalkan ruang keluarga. Sementara itu di tempat lain, sepasang kekasih yang dimabuk cinta, masuk ke dalam sebuah kamar apartemen seraya menikmati ciumaan panas yang sudah mereka lakukan saat berada di dalam lift. Keduanya sama-sama tidak sabar ingin segera menenggelamkan dirinya di atas ranjang. Nafsu dan gairah sudah memuncak diantara keduanya sejak berada di dalam lift. Si wanita mendorong tubuh si pria ke kasur lalu membuka bajunya satu persatu membuat si pria semakin tak sabar ingin bercinta dengan wanita sexi itu. Ia segera bangun dan duduk di tepi tempat tidur, lalu membuka kemejanya tergesa. Si lelaki meraih pinggang sexi sang wanita. Wajahnya begitu bernafsu melihat wanitanya sudah menanggalkan pakaian di depannya. Gairahnya untuk menyentuh wanita itu sudah semakin naik. Ia pun menjilat pusar sang wanita dengan penuh nafsu, sementara kedua tangannya meraba-raba tubuh bagian belakang sang wanita. "Steve ... sabar dong. Pelan-pelan, Sayang." Si gadis bernada lembut seraya meletakkan kedua tangannya dibahu lelakinya lalu perlahan-lahan tangannya bergerak memeluk leher si pria yang tak lain adalah Steven Hardiyata. "Aku sudah tidak tahan, Sayang," Steven menyahut dengan suara parau yang terdengar lembut. Kedua tangannya masih meraba-raba bahkan mulai perlahan-lahan membuka penutup d**a kekasihnya yang tak lain adalah Saskia. Gadis cantik itu menggerakkan tubuhnya untuk duduk di atas paha Steven. Mereka berhadapan, saling melihat dengan wajah penuh nafsu. Steven mulai mencium d**a sang kekasih, menjilatnya dengan nikmat, sementara Saskia memeluk kepala Steven seraya mengangkat kepalanya ke atas dengan mata tertutup, merasakan sentuhan nikmat dari lelaki tampan itu. Saskia bangun setelah puas bercinta dengan sang kekasih. Kini gadis sexi itu, duduk di tepi kasur, meraih pakaiannya satu persatu yang berserakan di lantai. Gadis yang baru dipacari Steven selama satu tahun itu, mulai memasang pakaiannya. Dia satu-satunya gadis yang mampu bertahan disisi Steven lebih dari satu bulan. Pesonanya yang cantik, sexi serta sikapnya yang anggun selalu membuat Steven jatuh hati dengan sang kekasih. Ah, Saskia juga mewarisi sifat Salsa yang sangat pandai merayu juga sedikit binal. Hal itulah yang membuat Steven merasa betah. Tak peduli jika gadis itu hanya pintar bersolek dan merayu yang paling utama adalah Saskia gadis yang cantik, modis dan juga dia adalah seorang model yang sudah go internasional. Pemuda tampan itu sama sekali tak berpakaian, membuat d**a bidangnya yang berotot terlihat begitu jelas, hanya celana pendek menutupi bagian k*********a. Mereka baru saja melakukan kegiatan panasnya di apartemen milik Saskia. Steven bangun dari kasur lalu memeluk sang kekasih dari belakang. Ia mendaratkan bibirnya di pipi Saskia dengan lembut lalu meletakkan dagu runcingnya di bahu sang kekasih. "Sayang ... apa kau tidak bisa menikah saja denganku? Aku tidak mau jika harus menikah dengan kakakmu. Dia itu sangat berbeda denganmu," Steven memohon lagi untuk yang ke sekian kalinya kepada Saskia agar setuju untuk menikah dengannya. "Maafkan aku, Sayang. Tapi ini semua demi karirku. Lagi pula, kakakku itu juga pintar,cantik dan ia juga seorang dokter." "Tetap saja dia bukan dirimu. Batalkan saja seluruh kontrak dengan managementmu itu.Aku akan membayar ganti rugi. Keluargaku tidak setuju dengan hubungan kita karena pekerjaaanmu. Aku yakin jika kau berhenti dari dunia model mereka akan setuju," kata Steven. Hardiyata dan Nirmala yang merupakan orang tua Steven memang memaksa Steven untuk segera menikah gara-gara kelakuannya yang selalu gonta ganti pasangan. Mereka berdua ingin melihat anaknya berubah bila anak sulungnya itu menikah. Kalau Steven menikah, tentunya Steven bisa punya tanggung jawab kepada orang, maka Tuan Hardiyata juga merasa lega bila menyerahkan perusahaan keluarga kepada anak sulungnya tersebut. Dan kedua orang tua Steven memilih Dania-kakak tertua dari Saskia. Mereka menyukai Dania ketika kedua keluarga melakukan pertemuan bersama semua anggota keluarga masing-masing. Tuan Hardiyata dan Nyonya Nirmala menginginkan Steven menikah dengan Dania. Ketika Steven mengatakan bahwa dia ingin menikahi Saskia kedua orang tuanya tidak setuju. Semua karena pekerjaan Saskia sebagai model yang terkadang harus berpakaian seksi dan tak jarang memakai bikini. Saskia melepaskan kedua tangan Steven yang memegang perutnya lalu memutar tubuhnya menghadap lelaki bermata abu-abu itu.Ia memegang kedua pipi Steven, menatapnya dengan penuh cinta. "Aku juga tidak mau kau menikah dengan Mbak Dania tapi, karirku juga penting. Kita masih tetap bisa berhubungan," rayu Saskia dengan manja.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD