11. Janji Yasmin

3010 Words
"Aku pulang dulu, ya." "Oh, iya, besok 'kan hari minggu aku akan datang dan main ke sini seharian bersama kamu, apa boleh?" Damian berniat pamit pulang, tapi tiba-tiba ia teringat kalau besok adalah hari minggu. Karena Damian tidak mau teringat terus, dan terbayang wajah Yasmin. Maka ia memutuskan akan main di rumah Yasmin besok, Yasmin yang mendengar itu tentu saja merasa senang. Karena kakak tingkatnya akan bermain dengannya seharian. "Benarkah?" Damian mendengar pertanyaan Yasmin, langsung menganggukkan kepalanya berulang. Tidak lupa senyum tampannya, terpampang dari bibirnya. "Yey ... Kak Will akan datang ke mari lagi, dan menemaniku main. Terima kasih, Kak. Yasmin akan menunggu Kak Will besok, Kakak akan datang jam berapa? Yasmin akan bersiap, sebelum Kak Will datang," bahagia Yasmin, dengan menghambur ke d**a Damian. Gadis kecil itu memeluk Damian begitu erat, seolah ia tidak ingin melepaskan Damian dari pelukan mungilnya. Damian tidak menyia-nyiakan pelukan itu terlewat begitu saja, ia pun membalas pelukan Yasmin tidak kalah erat. Bahkan tanpa sadar, Damian memberikan kecupan-kecupan kecil di puncak kepala Yasmin. "Apa kamu senang mendengarku akan main ke mari lagi, Gadis Kecil?" goda Damian, seraya memastikan apakah Yasmin begitu antusias dengan kedatangannya lagi besok. Meskipun ia sudah tahu, jika gadis dalam pelukannya memang senang dengan kehadirannya. "Tentu saja Yasmin senang, Kak. Makanya setelah Kak Will bilang akan main ke sini lagi, Yasmin merasa bahagia. Dengan begitu, besok kita akan main lebih lama." Yasmin melepaskan pelukannya, dan memperlihatkan wajah bahagianya di depan Damian. Yasmin kemudian memegangi kalung pemberian Damian, ia mengungkapkan rasa terima kasihnya kembali, dan akan menjaga kalung itu sebaik mungkin. Sedangkan wajah Damian tidak hentinya mengeluarkan ekspresi bahagianya, dan baru pertama kalinya ia merasakan kebahagiaan seperti saat ini. 'Sejak aku mengenalmu hidupku yang biasanya hampa, dan juga dingin sekarang terasa berwarna. Aku merasa bahagia, ketika aku bisa melihat senyuman bahagia di wajahmu, Gadis Kecil.' Damian sejenak terdiam, dalam hati ia tidak hentinya bersyukur seraya menikmati pemandangan indah di depannya. Ya, wajah Yasmin yang tidak henti mengeluarkan ekspresi bahagia membuat Damian turut merasakan bahagia. "Kak Will! Untuk kalung ini terima kasih, ya," ucap tulus Yasmin. Damian yang semula berniat pulang, mengurungkan niatnya. Ia pun antusias kembali berbicara dengan Yasmin tepat di depan pintu utama rumah Yasmin, remaja itu seolah merasa bangga karena hadiah pemberiannya begitu disukai oleh Yasmin. "Iya, sama-sama. Aku juga merasa sangat senang, ketika kamu mau menerima kalung itu. Bahkan kamu menyukainya, membuat hatiku bahagia." Damian menjawab lembut ucapan Yasmin. Karena kalung bulan sabit itu adalah kado pertamanya, maka Damian meminta Yasmin berjanji untuk menjaga kalung itu. "Apakah kamu mau berjanji untuk menjaga kalung itu, Gadis Kecil? Karena kalung itu adalah kado pertama, dan mendekatkan kita aku tidak mau kalung itu sampai hilang," pinta Damian penuh harap. Yasmin yang begitu polos, mengiyakan ucapan Damian. Tanpa ragu, Yasmin dengan antusias berjanji akan menjaga kalung itu. "Tentu saja, Kak. Yasmin berjanji akan menjaga kalung ini, sebab kalung ini pemberian Kak Will. Bagi Yasmin benda ini sangat berharga buat Yasmin," janji Yasmin dengan ekspresi sungguh-sungguh. "Bagus, kalau begitu aku pamit dulu karena langit sudah mulai gelap," pamit Damian kembali. Yasmin sebenarnya tidak rela jika Damian pulang, tapi setelah remaja tampan itu berjanji akan datang lagi besok. Membuat Yasmin mau tidak mau merelakan Damian pulang, tapi sebelum itu Yasmin memberikan hadiah kecupan di pipi kanan Damian. Cup! "Kakak hati-hati di jalan, Yasmin kecup Kak Will karena Papa sama Mama setiap mau pergi selalu memberikan kecupan pada Yasmin. Setelah itu Yasmin membalas mereka, dengan memberikan kecupan juga," ucap polos Yasmin, setelah mengecup pipi Damian. Degh! Lagi-lagi jantung Damian dibuat berdetak kencang oleh ulah Yasmin, aksi yang dilakukan Yasmin selalu saja membuat remaja tampan itu menegang sekaligus terkejut. Damian masih saja terpaku, setelah mendapatkan kecupan dari Yasmin. Hingga gadis kecil itu mengernyit heran, bukankah remaja tampan di depannya akan berniat pulang. Tapi, anehnya kenapa sekarang melamun menurut Yasmin. Karena tidak kunjung mendapatkan respon dari Damian, Yasmin mengayunkan lengan Damian berulang. Karena gerakan itu, Damian langsung tersadar dari rasa terkejutnya. "Aa--ada apa, Gadis Kecil?" tanya Damian dengan gugup. Yasmin seketika cemberut, karena remaja tampan di depannya tidak mendengar ucapannya. "Iiihh ... Kak Will tidak mendengar apa yang aku katakan, ya," rajuk Yasmin dengan wajah cemberut, Damian pun merasa bersalah. "Maaf, karena aku tadi melamun," sesal Damian, dengan memegangi lengan kanan dan kiri Yasmin. Mendengar kata tulus dari bibir Damian, membuat Yasmin tidak bisa lama-lama marah. Ia pun mengulang kembali ucapannya tadi. "Baiklah, Yasmin memaafkan Kak Will." "Terima kasih, sekarang katakan apa yang kamu katakan tadi? Karena aku tidak mendengarnya, apa kamu bisa mengulanginya," harap Damian, dengan menatap Yasmin tepat di matanya. "Oh, itu, soal kecupan sayang di pipi Kak Will. Itu sudah biasa Yasmin lakukan ke Papa sama Mama, sebelum mereka bepergian. Jadi, Kakak jangan kaget, ya," terang Yasmin dengan sikap polosnya. Sebelum Yasmin meminta, Damian sudah lebih dulu terkejut. Jadi, ucapan Yasmin telat menurutnya. 'Sebelum kamu katakan aku sudah terkejut lebih dulu, Gadis Kecil,' batin Damian sedikit geli mendengar ucapan Yasmin. Saat Damian melamun kembali, Yasmin tiba-tiba meminta Damian mengecup pipinya. Sama seperti yang dilakukan oleh Papa dan Mamanya. "Sekarang Kak Will harus membalas kecupan di pipi Yasmin, sebelum Kak Will pergi," pinta Yasmin, dengan sedikit memajukan pipinya ke arah Damian. Melihat gerakan Yasmin, membuat Damian seketika tersadar dan mengambil satu langkah ke belakang agar ia tidak menyentuh wajah gadis mungil di depannya. "Aa-apa yang kamu lakukan, Gadis Kecil? Kenapa kamu mendekatkan wajahmu, tepat di dekatku," panik Damian, dengan degup jantung kian cepat. "Lho, bukannya Yasmin meminta Kak Will untuk mengecup pipi Yasmin. Sekarang kenapa Kak Will menjauh, ayo sekarang cium pipi Yasmin," heran Yasmin, tapi setelah itu ia menunjuk ke pipinya agar Damian mau mengecupnya. Damian mendengar kata cium, membuat ia langsung gemetar. Kenapa gadis sekecil Yasmin begitu tenang mengucapkannya, pada pria dewasa menurutnya. Ya, ia menganggap dirinya dewasa di depan Yasmin. "Ke--kenapa, kamu begitu tenang meminta aku menciummu? Jika aku melakukan lebih bagaimana, kamu itu masih kecil. Jadi, jangan meminta yang aneh-aneh," panik Damian, sekaligus heran. "Bukankah kalau meminta cium, dari orang yang kita sayangi itu biasa, Papa sering meminta Yasmin mencium Papa," elak Yasmin polos. Damian semakin dibuat gemas, karena sikap polos Yasmin. 'Sial, gadis ini benar-benar menguji kesabaranku. Bagaimana bisa aku di suruh menciumnya, kalau akau melakukan seperti yang dilakukan Daddy sama Mammy seperti mencium bibir bagaimana?' 'Kalau Papanya yang minta itu tidak masalah, tapi ini aku? Seorang pria, dan saat ini aku memiliki perasaan aneh padanya,' batin Damian sedikit kesal karena sikap polos Yasmin. "Kak Will, kenapa diam lagi? Ayo cium Yasmin sekarang, bukannya sebentar lagi Kakak akan pulang. Jadi, sebelum pulang cium Yasmin dulu," rengek Yasmin, masih dengan kata polosnya. Tidak ingin gadis kecil dihadapannya terus merengek, akhirnya Damian dengan cepat mengecup pipi Yasmin. Cup! "Sudah, aku pulang dulu." "Daaa ...." Setelah mencium pipi Yasmin, dan berpamitan Damian berlari tanpa menoleh ke arah Yasmin lagi. Karena yang saat ini ia rasakan, jantungnya benar-benar ingin meledak karena kecupan ia berikan pada Yasmin itu adalah pertama kalinya ia lakukan pada seorang gadis. 'Akkhh ... rasanya jantungku benar-benar akan meledak, sebenarnya tadi apa yang kulakukan? Kenapa aku bisa melakukannya dengan alami pada gadis sekecil itu, padahal selama ini banyak gadis cantik dan seumuran denganku yang menginginkan cintaku. Tapi, hari ini aku memberikan ciuman pertamaku pada Yasmin. Ya, gadis lemah dan memiliki riwayat penyakit jantung,' batin Damian dengan berlari ke luar area rumah Yasmin. Selepas Damian pergi, Yasmin berteriak mengucapkan salam perpisahan, seraya tidak melepaskan senyuman di wajahnya karena ia merasa senang tadi telah mendapatkan kecupan sayang dari kakak tingkatnya. "Daaa, juga Kak Will. Hati-hati di jalan, ya, sampai bertemu besok. Yasmin akan menunggu Kak Will datang ke mari lagi," teriak Yasmin dengan semangatnya. Damian yang sudah terlihat jauh, dan hampir dekat gerbang mengembangkan senyuman. Ia senang, karena gadis kecil itu akan menunggunya. Satpam yang berjaga di pos, melihat Damian mengerti kalau remaja tampan itu akan pulang. Satpam pun bergegas membukakan pintu, dengan senyum ramahnya. "Den Tampan sudah mau pulang, ya?" tanya satpam ramah, seraya membukakan pintu gerbang. "Iya, Pak. Terima kasih," jawab Damian tidak kalah ramah. "Iya, sama-sama." Setelah Damian sampai di luar gerbang, terlihat mobilnya yang dikendarai sang supir masih terparkir dipinggir jalan dekat gerbang Yasmin. Begitu Damian telah masuk ke dalam mobil, tidak lama supir keluarga William pun mulai pergi mengendarai mobil kembali ke rumah Damian. *** Di hotel tempat acara pesta ulang tahun pernikahan Pak Baron dan Bu Silia , terlihat Bu Silia baru saja menelepon Bik Minah. Terlihat wajahnya kini menggambarkan perasaan lega, karena putri kesayangannya saat Bu Silia tinggal mau makan dengan lahap serta minum obatnya. Bu Silia dengan semangat menghampiri suaminya, dan memberitahu kalau putrinya sama sekali tidak rewel saat makan atau pun minum obat. "Pa ...." "Iya ... ada apa, Sayang? Apa kamu sudah menelepon Yasmin, sekarang bagaimana keadaannya?" tanya Pak Baron beruntun. "Yasmin baik, dia juga tidak rewel. Bahkan kata Bik Minah kalau sore ini dia makan dengan lahap, dan minum obatnya," terang Bu Silia senang. "Syukurlah ... aku senang mendengarnya, Sayang," Pak Baron langsung merangkul istrinya. "Aku juga, Pa." Bu Silia dengan senang hati membalas pelukan suaminya. Keduanya masih saling berpelukan, seraya memperhatikan para pegawai yang merancang acara pesta nanti malam. Karena situasi sudah sore, dan keduanya juga harus bersiap. Maka Pak Baron mengajak istrinya untuk pulang, sekalian melihat kondisi putri tercintanya selama keduanya tinggal sedari siang tadi. "Sayang, lebih baik kita pulang sekarang. Sepertinya semua sudah siap, dan IO yang Papa tunjuk sudah mengerti keinginan kita. Ya, tinggal acara pesta berlangsung nanti malam,'' ajak Pak Baron lembut, seraya melepaskan rangkulannya kemudian menatap sang istri penuh cinta. "Iya, lagian Mama juga sudah kangen Yasmin. Dari siang tidak bertemu dengannya, sudah membuat rindu." Bu Silia dengan senang hati mengiyakan. Tidak lama Pak Baron dan Bu Silia meninggalkan gedung hotel, yang akan menjadi tempat perayaan pesta ulang tahun pernikahan mereka. Tanpa Pak Baron dan Bu Silia ketahui Jika akan ada bahaya mengintai keduanya, tapi keduanya tidak menyadari kalau selama ini banyak orang yang tidak menyukai kebahagiaan, sekaligus iri dengan harta yang dimiliki oleh keduanya. Pak Baron dan Bu Silia kini telah berada di dalam mobil mewah, yang kini tengah melaju ke arah kediaman Admaja dengan kecepatan di atas rata-rata. Hanya membutuhkan waktu kurang dari 30 menit, akhirnya mobil mewah itu sampai di garasi kediaman Admaja. Setelah keluar dari mobil, dengan terburu supir membukakan pintu untuk Tuan dan Nyonya-nya. Cekelek! Begitu pintu terbuka, kedua pasangan itu tersenyum kecil ke arah supir seraya ke luar dari mobil. Kemudian Pak Baron dan Bu Silia masuk ke dalam rumah mereka, dengan tidak melepaskan tautan tangan di tangan keduanya. Karena merasa rindu, dan ingin memeluk putri semata wayangnya. Bu Silia pun berteriak memanggil Yasmin, dengan sarat rindu dari bibirnya. "Yasmin Sayang! Kamu di mana, ayo ke sini?" teriak Bu Silia begitu masuk ke dalam rumah, dengan diikuti Pak Baron. Yasmin kebetulan berada di ruang tengah sedang menonton kartun, begitu mendengar suara Sang Mama langsung berlari kecil ke arah Bu Silia. "Mama ....!" Yasmin langsung memeluk Bu Silia, wanita dewasa itu tersenyum simpul. Kemudian membalas pelukan putri kecilnya. "Uhh ... kangen, ya, sama Mama?" tanya Bu Silia dengan memeluk Yasmin. "Iya, eh, tidak juga?" sahut polos Yasmin, membuat Bu Silia merasa heran karena Yasmin tidak biasanya berbicara seperti sekarang. Ketika Yasmin masih dalam pelukan Bu Silia, Bik Minah datang seraya membawa kopi dan teh hangat untuk Nyonya dan Tuannya. "Kok begitu, Nak?" tanya Bu Silia penasaran, kebetulan Pak Baron yang berada di belakang Bu Silia mendengar ucapan putrinya Pak Baron pun penasaran juga kenapa Yasmin bicara begitu pada mamanya. "Itu karena ada seorang remaja ke mari, Bu. Remaja itu yang menemani Non Yasmin sedari siang, baik saat makan dan minum obat," jawab Bik Minah jujur, membuat Yasmin yang tadinya memeluk Mamanya langsung melepaskannya. Pak Baron sedari tadi diam, dan menyimak seketika bertanya karena ia merasa penasaran. Sekaligus heran, sebab tidak biasanya ada yang mengunjungi Yasmin apalagi seorang remaja. "Seorang remaja? Siapa, laki-laki atau pria Bik?" Pak Baron mendekat, seolah ingin mengintrogasi Bik Minah. Bik Minah semula percaya diri mengatakan kedatangan remaja tidak lain Damian, langsung menunduk saat melihat Pak Baron menanyainya dan mendekatinya. Yasmin melihat Bik Minah menunduk, yakin kalau Bibik yang merawatnya ketakutan. Ia pun dengan biasa, dan tidak terjadi hal perlu di takutkan akhirnya lebih dulu menjawab. "Papa, gendong," rengek Yasmin, dengan menarik ujung jas yang dipakai Pak Baron Tidak mau membuat putrinya sedih, karena mengabaikan Yasmin. Dengan lembut Pak Baron menunduk, lalu mulai menggendong Yasmin ala Koala. "Wah ... Putri Papa ingin di gendong, ya, sekarang ayo Papa gendong," ucap lembut Pak Baron dengan senyuman hangatnya, ia pun melupakan pertanyaan yang ia tujukan pada Bik Minah. "Iya, Pa, Yasmin rindu Papa." "Oh, iya, Pa. Tadi, ada Kak Will datang ke mari. Dia juga memberikan sebuah kalung indah buat Yasmin, Kak Will adalah pria tampan yang baik dan penyayang. Seperti, Papa," jelas Yasmin polos, seraya memegangi kalung yang berada di lehernya. Pak Baron langsung menoleh ke arah Bu Silia, dengan bahasa isyarat keduanya saling bertanya. Tidak lama akhirnya Bu Silia teringat seorang remaja bersama Yasmin saat di taman waktu itu, kemudian Bu Silia menjelaskan keterbingungan suaminya. Sebab suaminya, akan selalu waspada pada siapapun jika itu menyangkut putrinya. "Mungkin itu remaja yang bersama Yasmin saat Mama menemukan keduanya di taman, Pa. Saat Mama pernah memarahi remaja itu, karena melihat wajah Yasmin terlihat merah bekas tamparan," tutur Bu Silia. "Oh, remaja itu." "Kenapa dia ke sini, dan memberi putri kita kalung bahkan menemani Yasmin?" heran Pak Baron. "Mama tidak tahu, tapi yang pasti kita akan tahu niatnya setelah kita menanyainya nanti," ucap Bu Silia tenang. Yasmin sedari tadi diam, tiba-tiba mengatakan kalau Damian akan ke rumahnya lagi esok hari. "Besok Kak Will akan ke mari lagi, karena besok hari Minggu. Yasmin, jadi tidak sabar menunggu kedatangannya," Yasmin tanpa ditanya mengatakan kedatangan Damian. Karena ucapan Yasmin, Pak Baron menjadi penasaran sekaligus mengkhawatirkan pergaulan Yasmin. Sebab yang bermain dengan Yasmin, bukanlah anak seumuran Yasmin. Melainkan seorang remaja, dan menurut Pak Baron itu aneh. 'Lebih baik aku berada di rumah, dan melihat seperti apa remaja itu. Aku tidak mau nanti Yasmin di apa-apain sama remaja itu, mengingat Yasminku masih terlalu kecil untuk mengerti orang dewasa ataupun remaja,' batin Pak Baron Possessive pada putrinya. Bu Silia melihat ekspresi suaminya yang terdiam setelah mendengar penjelasan Yasmin, mulai mengalihkan pembicaraan. "Ayo sekarang kita ke kamar, lalu bersiap. Yasmin sama Bik Minah dulu, ya, Sayang. Biar di bantu bersiap-siap, setengah jam lagi kita pergi ke acara pesta," Bu Silia mengalihkan pembicaraan, Pak Baron yang mengerti langsung menurunkan Yasmin. "Baik, Ma," patuh Yasmin, Bik Minah yang berdiri tidak jauh dari Nonanya langsung menautkan tangan untuk menuntun Yasmin ke kamarnya berada di lantai satu. "Bik! Dandani Yasmin yang cantik, ya, seperti biasanya," pinta Bu Silia. "Baik, Nyonya. Kalau begitu saya permisi dulu," jawab Bik Minah seraya beranjak mengajak Yasmin tanpa melepaskan tautan tangan tangannya di tangan mungil Yasmin. Selepas Yasmin dan Bik Minah naik ke lantai satu, Bu Silia mengaitkan tangannya di lengan suaminya. "Sekarang kita ke kamar, mandi dan bersiap. Tapi, Mama ingin Papa minum kopinya dulu," ajak Bu Silia duduk di kursi ruang tamu. Pak Baron hanya menurut, tapi pikirannya seolah tidak bersamanya saat ini. Ia masih memikirkan siapa remaja itu, dan apa tujuannya mendekati Yasmin-nya. "Entah mengapa, setelah Bik Minah dan Yasmin memberi kalau ada remaja ke rumah ini. Papa tiba-tiba mengkhawatirkan tentang keselamatan Yasmin, Ma." Pak Baron mengeluarkan isi hatinya pada sang istri. "Tapi ... sepertinya remaja itu pria yang baik, kok, Pa," sahut Bu Silia tenang, karena ia pernah melihat Damian. Meskipun sekali melihat remaja itu, ia yakin remaja itu tidak akan menyakiti putrinya. "Jangan terlalu percaya, Silia. Aku tidak mau terjadi hal yang buruk pada Yasmin, apalagi dengan kondisi lemahnya." Pak Baron dengan nada dingin tidak menerima ucapan sang istri. Karena tidak ingin bertengkar di hari bahagianya, Bu Silia tidak membahas tentang remaja tampan itu lagi. Ia malah memberikan kecupan singkat di bibir Pak Baron, untuk meredamkan perasaan marah dalam diri Pak Baron. Cup! "Jangan marah, sekarang kita pergi ke kamar mandi. Apa Papa mau kita sampai terlambat di acara penting kita, Mama tidak mau kita bertengkar dengan permasalahan yang tidak jelas. Mama ingin kita bahagia terus, bukan hanya hari ini tapi seterusnya sampai kita menua bersama Mama ingin hidup bahagia bersama Papa," rayu Bu Silia lembut, setelah memberikan kecupan singkat di bibir suaminya. Merasa bersalah karena telah berkata dingin pada istrinya, Pak Baron meminta maaf. Tidak lupa ia juga memberikan kecupan sedikit lama di bibir sang istri. "Mama benar. Maafkan ucapan Papa tadi, ya. Kalau menyangkut Yasmin, entah mengapa Papa harus selalu hati-hati dan memastikan putri kita berteman dan dekat dengan orang-orang baik," jujur Pak Baron mengutarakan isi hatinya. "Tidak apa-apa, Mama juga sependapat dengan Papa. Sekarang kita ke kamar saja, ya," ajak Bu Silia dengan berdiri terlebih dahulu, setelah ia melihat jam di pergelangan tangannya yang menunjukkan pukul 18.00 malam. Pak Baron pun pasrah, ia langsung berdiri kemudian melangkah mengikuti sang istri ke kamarnya untuk bersiap. *** Tidak jauh berbeda dengan yang dilakukan Pak Baron dan Bu Silia, di rumah Adik Pak Baron yaitu Herman Admaja bersama sang istri kini juga tengah bersiap untuk menghadiri acara pesta ulang tahun pernikahan Sang Kakak. Tapi, bagi Herman malam ini juga adalah malam yang sangat penting. Karena niatnya adalah memberikan kado pada pada Pak Baron dan Bu Silia, dengan sebuah kematian. Ya, Herman malam ini dengan mantap ingin mencelakai kakaknya sendiri. Agar ia bisa menguasai semua kekayaan Pak Baron. 'Tidak lama lagi, waktumu akan habis Kak Baron. Ya, malam ini aku yakin kamu akan mati di tanganku, dan setelah itu semua kekayaanmu akan jatuh ketanganku semua,' monolog Herman, seraya melihat pantulan tubuhnya di dalam cermin besar di depannya. Tentu Herman tidak bisa melakukan semuanya sendiri, ia pun telah menjalin kerjasama dengan Jason. Jason merupakan sepupu dari Pak Daniel, Daddy dari Damian. keduanya menjalin kerjasama karena niat mereka sama, ingin menguasai harta dari saudara mereka masing-masing. Jason pun ingin menguasai harta Pak Daniel, makanya malam ini Jason akan menyabotase mobil Pak Daniel dan Pak Baron, dua pengusaha sukses yang membuat beberapa orang iri karena kesuksesan keduanya. Rencana Herman dan Jason sudah tersusun jauh sebelum acara pesta akan berlangsung nanti malam, karena keduanya tentu saja mencari waktu yang tepat agar rencana keduanya berhasil. Tanpa diketahui orang lain, apalagi polisi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD