“Apa? Suara Irfan tampak gelisah di seberang sana. “Kau ada kerjaan hari ini?” Icha berdeham. “Ada apa?” “Mama kumat. Aku membawanya ke rumah sakit. Kau bisa da-tang?” Aaaah. Icha melirik jam tangannya. Sebenarnya hari ini ia tak punya jadwal mengajar. Kebetulan memang kosong. Tapi ia punya ke-perluan di kampus sepagi ini untuk mengurusi proposal penelitian ber-sama mahasiswanya. Apa dibatalkan saja ya? Gumam Icha. Ia bimbang. Memang sih, sejak papanya Irfan meninggal, Mama lelaki itu mulai terganggu kejiwaannya. Mungkin karena tak siap ditinggalkan oleh lelaki yang amat disayangi. Wajar sih. “Ya sudah. Aku ke sana. Dirawat dimana?” Irfan menghela nafas lega. Ia segera mengabari lokasi rumah sakit kemudian mematikan telepon. Sementara Icha bersiap-siap. Gadis itu segera keluar saat