#8 Living On The Yacht

1263 Words
Sejauh mata memandang tampak amazing view dari kamarku, seperti menatap sebuah lukisan hidup yang bergerak dinamis dari pagi, siang, sore hingga malam tiba. Ketika sore hari adalah saat paling dinanti yaitu pada sunset time tiba, dengan pemandangan eksotis yang didominasi warga jingga dari sang surya yang tenggelam ke peraduannya. Tapi bagiku, pemandangan cantik itu terlihat terlihat ketika jam sembilan pagi karena warna Laut dan Langit seperti menjadi satu berwarna biru dan tak terpisahkan. Ditambah pemandangan gunung-gunung berbatu sebagai degradasi warna yang cantik, dan lalu lalang Kapal pesiar. Semua itu membuatku betah berlama-lama memandangi Lautan dan juga atap rumah ataupun hotel yang kompak berwarna putih. Sedangkan atap berwarna biru merupakan gereja. The incredible view that I ever have. Kegiatan Kami seperti pasangan honeymoon pada umumnya, yaitu bangun, makan, tidur, bangun, makan dan tidur lagi terus saja begitu. Mirip lagunya Mbak Surip ya. Seminggu sudah Aku dan Aldo berada di Santorini, tepatnya di perkampungan Oia. Menurutku, Santorini merupakan Balinya Yunani karena berada di sebuah pulau kecil yang menyuguhkan Pemandangan cantik. Selain itu, turis didominasi oleh turis mancanegara. Bahkan, kebanyakan staff hotel bukan Orang Yunani, tapi berasal dari berbagai Negara, termasuk Orang Indonesia juga banyak disini yang kerja di perhotelan dan restoran. Aku berada di sini tak lain untuk berbulan Madu, dan menghabiskan waktu bersama. Belum tahu sampai kapan? Aku tak berani bertanya kapan akan kembali ke Jakarta? Takut menyinggung perasaan dan malah dikira Aku tak nyaman berada di sampingnya. Setelah seminggu di hotel, dengan kegiatan hanya makan, tidur dan bercinta. Aldo berharap, Aku segera hamil karena usia Aldo tak lagi muda dan juga ditambah dorongan keluarga besar untuk segera memiliki keturunan. Setelah seminggu menghabiskan waktu di Hotel, rupanya Aldo telah menyiapkan yacht reservation untuk mengajakku berkeliling langit Yunani. Aldo menyewa Yacht dari Hotel dimana Kami menginap, dan berencana seminggu menghabiskan waktu di lautan. Hanya Aldo dan Aku di Yacht kecil tapi super mewah tanpa ada Captain. Beruntung Aldo memiliki lisensi untuk menahkodai kapal pesiar, sehingga bisa dengan mudah menyetir kapal pesiar. Bertujuan untuk menghabiskan beberapa hari di kapal pesiar, dengan tak lupa bersandar sekedar untuk shopping ke pusat kota Athena, melalui pelabuhan Moschato. Dikarenakan, Aku tak mempunyai baju, underwear, bra, peralatan makeup dan persediaan bahan makan untuk Beberapa hari di kapal pesiar. Aku memakai kemeja dan kaosnya Aldo yang super ‘gwedeee’ atau oversized, dan waktu kupakai lebih mirip daster. Beruntung, Aldo membawa banyak scarf jadi bisa menutupi dadaku yang tanpa bra. Untuk slipper tak perlu repot karena Hotel menyiapkan slipper yang lumayan nyaman dan bagus. Begitupun untuk underwear, tak masalah bagiku karena Aku telah terbiasa menyiapkan pembalut dan tiga underwear cadangan, untuk persiapan barangkali menstruasi mendadak di perjalanan. Jadi tak hanya alat makeup, semua persiapan itu merupakan hal wajib bagiku sebagai seorang perempuan, lengkap dengan mukena dari bahan parasut yang super kecil. Hari kedua berlayar mengitari langit Yunani, dengan cauca cerah dan air laut pun tenang. Sehingga membuatku betah. Pada awalnya, Aku merasakan Mabok Laut parah dengan gejala Kepala pusing, mual dan badan lemes. Tapi semua itu hanya sehari, setelah tiga hari Aku mulai terbiasa dengan ritme, dan hempasan angin laut yang membuat Yacht bergoyang hebat. Tapi menurut Aldo, Angin Laut Yunani itu tenang karena itu Aldo pun berani membawaku pergi berlayar. ❤️❤️ Alarm subuh pada Ponsel tak pernah kumatikan, sehingga dengan otomatis dimana pun berada akan membangunkan lelapku sesuai waktu setempat. Karena ini bulan Juli pertengahan, maka cuaca Yunani masih lumayan hangat, jadi tak mengubah kebiasaanku bangun tidur ku terus mandi. (Seperti lagu anak-anak ya Guys?”). Begitupun Aldo, ketika Aku bangun, Beliau juga ikutan bangun dan sholat subuh berjamaah. Hehehe... Aku adalah role model dalam beribadah bagi Aldo, maka itu Aku harus membimbing Aldo jadi Mualaf yang baik dan menjadi ahli surga. Dengan catatan, Aku juga Agamanya harus lebih baik lagi supaya Aldo mencontohku. Selain belajar bagaimana sholat dari internet, Aku juga sebagai guru sholat dan juga ngaji. “Ya Allah, semoga suamiku gak semangat awalnya aja, semoga sampe akhirnya hayatnya tetap dalam keadaan Islam,” ucapku berdoa sehabis dzikir sholat subuh. Sehabis sholat subuh Aldo kembali ke pulau kapuk, dan Aku terbiasa sehabis sholat subuh ke dapur membantu Ibuku. Aku belajar nyaman menjadi seorang Istri, yaitu dengan menyiapkan sarapan ala “bule” maklum Aldo lama tinggal di UK. Jadi Doi bilang, sarapan Bule itu lebih simpel, dan mudah dibuat. Hari ini Dia ordered pancake, s**u, jus buah mangga dan buah-buahan. Taraaaammm... tak sampi dua puluh menit, sarapan sudah siap. Aku tak berani membangunkan Aldo, tapi Aku punya cara jitu yaitu dengan membuatkan kopi. Percaya deh, aroma kopi bikin suami dengan senang hati bangun dengan sendirinya. Kamipun menikmati sarapan di deck, dengan melihat pemandangan Laut lepas yang berwarna biru, pegunungan berbabatu, deburan ombak dan juga burung-burung yang berlomba memakan Ikan dari Laut. “Ohhh Indahnya ciptaanmu ya Tuhan, terimakasih banyak atas berkah yang luar biasa ini,” ucapku dalam hati ketika selesai sarapan. Yacht berwarna putih dengan design interior didominasi warna krem dan hitam menjadikan Kapal pesir ini mewah nan elegant. Yacht tak terlalu besar hanya memiliki 4 kamar, dapur dan living room. Sementara di deck untuk ruang nahkoda dan navigasi, berjemur dan juga kegiatan memancing. ❤️❤️ Hari ke lima Kami mengelilingi lautan Yunani yang berbatasan langsung dengan kota Izmir, Turkey. Rasa bangga dan takjub melihat suamiku seperti seorang yang serba bisa dari menahkodai kapal, memasak dan memancing sekalipun. “Kereeeennn bingittt maliiihh... liat doi masak,” pujiku dalam hati. Lunch time, di deck kapal Aldo dengan cekatan sudah menyiapkan berbagai macam seafood untuk barbecues seperti lobster, udang, cumi, ikan krapu dan tuna. Tak lupa aneka sayuran pada hot pot yang sudah ditata rapih dan juga buah-buahan, dan juga terdapat aneka minuman juice. “Abang, boleh tanya?” ucapku membuka percakapan pada pagi hari, atau siang hari karena jam tanganku sudah menunjukan jam 10.56. “Boleh,” Aldo yang tengah sibuk menata makanan dan minuman. “Abang itu dulunya chef ya?” Tanyaku. “Hahaha... Kate sape? Kagak lah,” jawabnya dengan logat Jakarta yang gaul sembari menatapku. “Nanya aja Abang ganteng, emang gak boleh? Abang pinter masak, beres-beres, mengendarai kapal. Semua serba bisa Abang kerjakan,” rayuku. “Kan Aku udah berumur Sayang, jadi wajar kalo Aku banyak pengalaman,” sahut Aldo sembari menyodorkan segelas red wine. “Aku ada permintaan, boleh?” Pinta Aldo. “Apa itu Bang?” “Jangan panggil Abang dong, kok Aku mirip Abang-abang yang jualan Bakso gitu. Ada kan lagunya, Abang tukang Bakso?” Ucap Aldo sambil terkekeh. “Jadi Aku panggil Apa? Suami, Sayang atau honey bunny sweetheart?” Jawabku lebih lebai lagi. “Ayah aja ya, karena Aku akan jadi Ayah dari Anak-anak Kita,” jawab Aldo singkat. Sembari menciumku mesra. “Mmmm... Baiklah, Ayah Sayang,” ucapku sembari membalas ciuman mesranya. ❤️❤️ Di setiap saat Kami selalu menyempatkan bercinta, lagi dan lagi. Entahlah, sudah berapa puluh kali Aku menerima benih Aldo. Setelah kegiatan reproduksi selesai, lanjut dengan makan siang dengan semua yang sudah tersedia di atas nampan cantik yang disiapkan Aldo. Terkadang pikiranku teringat pada Ibu dan juga keluarga besarku. Tapi semua itu berhasil Aku lupakan karena Lelaki keren disebelahku yang kini sudah menjadi suamiku. Boleh dibilang, setiap bangun tidur Aku berasa mimpi karena disuguhkan Pemandangan Alam yang sangat cantik, fasilitas yang mewah, dengan makanan super enak nan lezat dan suami yang super Ganteng. “Mimpi apa Gue ya Tuhan?,” gumamku sembari kupandangi ruangan sekitar. Kuliah sudah selesai dan berbakti pada Orang tuaku pun sudah kulaksanakan, dengan menikahi Lelaki pilihan Ayahku. So, I’m enjoy, Aku menikmati setiap tarikan nafas beruntung masih bisa bertahan hidup, masih bisa makan dan minum, tidak kehujanan ataupun kepanasan. Semua itu, sudah cukup bagiku. Meskipun Aku tak tahu siapa suamiku sebenernya? Tapi Aku hanya bersyukur untuk berkah hari ini. Aku mulai mengikuti ritme sebagai istri dengan belajar bersikap dan menjaga sikap.

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD