“Cris bukannya kau berjanji akan mencari pemilik lukisan?” Zisy bertanya kepada Cristian.
Laki-laki itu tengah sibuk dengan pemikirannya. Selain ingin menemukan pemilik lukisan, Cristian juga ingin agar Zisy tak mengikutinya lagi.
“Cris?” sekali lagi Zisy bertanya, tapi tak digubris oleh Cristian.
Bagi Cristian mengurusi pekerjaannya sudah cukup melelahkan. Sekarang, ia harus mengurusi gadis yang bukan manusia ini?
“Kau tidak boleh egois Cris! Mungkin dia memang benar kalau ada hantu yang memakan energiku.”
“Ah! Tidak-tidak! Bodoh sekali jika aku percaya ada makhluk seperti mereka. Ini ilusi, bukan?”
Cristian kembali kebingungan. Ia memukul-mukul kepalanya dengan kuat seolah-olah sedang mengalami stres berat.
Ia menoleh pada Zisy yang sejak tadi menatapnya dengan tatapan yang tak bisa dijelaskan. “Apa?”
“Kau aneh,” katanya. “Kau pasti sedang memikirkan sesuatu dan mengubah-ubah pikiranmu,” lanjutnya sambil menatap lekat pada Cristian.
“Apa yang kau tahu? Kau bukan manusia dan tidak tahu cara berpikir kami seperti apa,” tukas Cristian yang tak mau mendengar ucapan sok tahu dari gadis itu. Cristian membenamkan wajahnya di bawah bantal. Lelah melihat wajah gadis itu.
“Cris, kapan kau akan mencarinya untukku?” Zisy bertanya lagi.
Cristian menegakkan punggungnya sambil menoleh pada Zisy. “Apa kau ingat seperti apa pelukismu? Jika kau ingat, tidak akan sulit mencarinya.”
Laki-laki itu bangkit lalu berjalan menuju ke sebuah meja di kamar itu. Ia membuka laptop lalu mengetikkan situs pencarian. Cristian mencari profil para pelukis besar. Lantas ia tunjukkan pada Zisy. “Lihat baik-baik apakah di antara mereka ada yang kau kenal?” pinta Cristian.
Zisy mengamati foto para pelukis itu dengan tatapan antusias. Ia menggelengkan kepala ketika merasa tak mengenal mereka.
Cristian memindahkan kursor. Kemudian, muncul wajah-wajah lain. Namun, Zisy juga masih menggelengkan kepalanya. Pria itu merasa sedikit geram karena tak ada satu pun dari para pelukis itu yang dikenalnya.
“Jujur saja, apa kau masih ingat wajah orang yang melukismu?”
Senyum yang tak pernah Cristian lihat sebelumnya, mengembang di bibir Zisy. Gadis itu sejenak memalingkan muka, lalu kembali menoleh pada Cristian. “Sejujurnya karena sudah terlalu lama, aku tak begitu ingat lagi,” jawab Zisy ragu-ragu.
Wajah geram Cristian kembali muncul. Laki-laki itu menutup laptopnya seketika itu juga. Ia meraih ponselnya dan membuat panggilan. “Cari tahu siapa kurir yang membawa lukisan itu ke vila!” perintah Cristian. “Periksa semua CCTV dan siapa saja tamu yang datang waktu itu. Mungkin saja ada penyusup yang masuk.” Lantas mengakhiri panggilannya dan menoleh pada Zisy.
“Kenapa melihatku begitu?”
“Apa yang akan aku dapatkan ketika membantumu?”
Zisy menghela napasnya. “Bukannya sudah aku katakan, akan membantumu mengusir para hantu. Kau juga sudah melihat sendiri, ‘kan? Kenapa ragu lagi?” Zisy memutar bola mata karena Cristian begitu cepat berubah pikiran.
“Itu karena aku tidak percaya pada mereka. Selama 23 tahun hidupku, baru kali ini menemukan sesuatu hal yang aneh seperti dirimu. Apalagi hantu.”
“Mereka ada! Aku pun ada! Karena bukan hanya manusia saja yang menempati dunia ini. Terkadang manusia berpikir bahwa, kami tak pantas untuk berada di dunia, ya, karena dimensi kami berbeda. Sayangnya, kami mendapatkan nasib buruk karena masuk ke dimensi manusia,” tandas Zisy yang saat ini matanya berkobar. “Salah satu keluhan yang aku dengar dari seorang jin.”
Cristian tersentak mendengar penuturan Zisy. Berkobar dalam api kekesalan yang membara seolah-olah bisa menghanguskan Cristian pada saat itu.
“Kau yakin tidak mengarangnya?” Cristian masih tak percaya.
“Dia juga mengatakan akan pulang ke dimensinya karena tidak tahan di sini. Akan tetapi, jin lainnya baik-baik saja, ya, karena mereka lebih pintar,” katanya lebih lanjut.
“Sejak kapan kau berteman dengan jin?” Cristian bertanya lagi.
“Kemarin. Dia bercerita panjang lebar padaku. Apa kau mau bertemu dengannya? Oh, ya, sekedar informasi saja kalau dia adalah penggemarmu,” Zisy menjawab dalam gelak tawa.
Bukan hanya para gadis di dunia manusia yang menjadi penggemar Cristian, tetapi jin juga ikut-ikutan menjadi penggemarnya. “Tidak mau! Benar atau tidak, yang jelas aku tak mau melihat mereka,” tandas Cristian.
Zisy terdiam karena merasakan sesuatu akan segera datang. Ia bergeming untuk merasakan.
“Ada apa? Kau ... mau kesurupan?”
“Mereka datang,” ujar Zisy. “Sekarang lebih banyak lagi.”
“Apa? Siapa yang datang?” Cristian seketika itu berdiri.
“Mereka semakin dekat,” kata Zisy dengan nada dramatis. Membuat Cristian menelan saliva. Atmosfer dirasa berubah ketika ucapan Zisy lenyap di udara.
Suara ketukan pintu berhasil melenyapkan lagu seram yang berdengung di telinga Cristian.
“Pak Cristian, Anda harus melihat rekaman kamera pengawas. Kami menemukan sesuatu,” ujar seorang pria di luar.
“Ah, ya, aku segera ke sana—”
“Jangan meninggalkan kamar ini!” perintah Zisy. Suara Zisy berubah tak seperti biasanya. “Kau bisa mati jika mereka menyerbumu.”
Cristian memutar bola mata. Merasa tak percaya akan ucapan gadis itu. Apalagi suaranya dibuat-buat agar lebih seram. “Aku mau melihat rekaman kamera pengawas. Siapa tahu kita bisa mendapatkan petunjuk,” balas Cristian. Ia percaya akan baik-baik saja. Zisy terlalu berlebihan menurutnya.
Pada saat Cristian membuka pintu kamar, angin berembus dari jendela kamarnya. Zisy sudah berdiri di depan Cristian, ketika laki-laki itu berbalik.
Yang dilihat Cristian masih sama; jendela terbuka dan angin berembus makin kencang.
“Mereka sampai,” ujar Zisy. Ia menoleh ke belakang dengan senyum dingin terpasang di wajahnya. Cristian dibuat sedikit takut akan senyum itu. Kemudian, laki-laki itu membuka pintu kamarnya.
“Masuk!” perintahnya pada dua pengawal.
Mereka sempat ragu karena sebelumnya tak ada yang berani masuk ke kamar Cristian, selain karyawan yang membersihkan kamar ini.
“Tunggu apa lagi? Cepat masuk!” perintah Cristian semakin meninggikan nadanya.
“Baik, Pak.” Dua orang pengawal masuk ke kamar Cristian, tapi mereka merasakan aura gelap yang tiba-tiba mencekat pernapasan. Mereka merasa tak bisa bernapas dan luruh ke lantai.
“Apa-apaan ini?!” Cristian terperanjat. Ia merasakan sesuatu tak baik-baik saja saat ini. “Apa yang kau lakukan pada mereka?” Cristian mengajukan pertanyaan menuduh pada Zisy.
“Bukan aku, tapi mereka!” Zisy menunjuk ke arah jendela.
Mau tak mau Cristian harus percaya karena angin aneh terus masuk ke dalam kamarnya sama seperti waktu itu. Kejadian ini terulang lagi.
“Jangan takut karena ada aku. Namun, kau tidak boleh keluar dari ruangan ini, Cristian.” Zisy memberikan peringatan. “Mereka menjadi lebih kuat jika keluar.”
Mata Cristian melebar seketika seolah menemukan bayangan yang tak pernah dilihat sebelumnya. “Mereka itu ... apa?” Cristian bertanya panik.
“Apa? Kau bisa melihat mereka?” Zisy cukup kaget karena tanpa menggunakan bantuan darinya Cristian tak akan bisa melihat para hantu leak itu. “Mengapa bisa?” Zisy melihat sinar bening di atas kepala Cristian. Serupa tarian yang tak berhenti, meski lagu tak lagi terdengar.
“Sepertinya kau akan terus melihat mereka, Cris. Itu kekuatan yang kau bawa dari lahir,” ujar Zisy.
“Apa?” Cristian amat terkejut. “Lalu mereka apa? Kenapa tidak sama dengan yang sebelumnya.”
“Mereka Leak Bali,” jawab Zisy. “Bermata besar, gigi taring setajam taji. Tampaknya mereka ke sini untuk mengambil organmu.”
“Leak Bali? Apa kau bercanda? Mereka hanya makhluk mitologi! Aku sering menonton di televisi dan perayaan budaya, tapi tak seseram ini,” keluh Cristian.
“Mereka hanya didandani, sedangkan yang di depan kita ini asli, Cris.”
“Dari mana kau tahu kalau mereka Leak? Eh, kenapa kita masih bisa mengobrol?” Cristian merasa seperti orang bodoh saat ini.
“Dari jin itu. Dia menceritakan makhluk-makhluk apa saja yang menakutkan juga kuat. Katanya leak yang paling menakutkan. Tapi, tenang saja dalam beberapa detik kita masih aman karena aku memasang perisai,” terang Zisy dengan nada bangga.
“Beberapa detik itu berapa detik?” Cristian meremas kedua tangannya. Matanya menoleh pada dua pengawal yang masih pingsan. Apakah organ mereka akan diambil juga? Tidak, Cristian tidak bisa membiarkan itu terjadi. “Zisy bisakah kau membuat perisai untuk mereka?”
“Bisa, aku sudah memasangnya tadi. Mereka tidak akan kenapa-kenapa kalau tidak bergerak. Dalam lima detik perisai akan hancur.”
Zisy bergegas membuat perisai baru untuk Cristian. Rencananya, ia akan melawan tiga leak itu sendirian.
“Apa yang kau lakukan?”
“Mereka sangat kuat, Cris. Mungkin kekuatanku tidak akan cukup untuk menghabisi mereka. Asalkan kau tidak keluar dari lingkaran yang aku buat, kau akan aman,” jelasnya sambil menatap netra biru safir itu. Bibirnya mengeluarkan senyum indah, dalam hitungan detik senyum itu lenyap karena Zisy berbalik untuk menghadapi para pengacau.
Aura di dekat para leak sangat pekat. Wajah mereka menyeramkan, bahkan lebih seram daripada ribuan zombi di film-film. Pasalnya, taring besar mereka sudah mengeluarkan warna kemerahan saat ini. Zisy tak pernah membayangkan akan bertemu makhluk seperti ini.
Ia diserang oleh 3 leak sekaligus. Cristian tak bisa berbuat apa-apa karena ia bisa mati jika keluar dari lingkaran.
Gadis itu menyerang salah satu leak berjenis perempuan. Namun, ia terlempar ke tembok. Mereka terlalu kuat untuk dihadapi sendiri.
Para makhluk itu mendatangi Cristian sambil membuka mulut mereka. Tak pernah Cristian bayangkan akan mencium aroma paling tak sedap di dunia ini.
Ketiganya mengitari Cristian karena tak bisa melewati perisai yang dibuat Zisy. Sayangnya, gadis itu tersungkur saat ini dan belum sadarkan diri.
“Zisy!” teriak Cristian.
Badan Cristian menjadi gemetar lantaran tekanan dari ketiga iblis itu yang ingin meruntuhkan perisai.
Sekuat apa pun Cristian berteriak, tapi Zisy tak kunjung sadarkan diri. Ia merasakan tekanan itu semakin kuat. Dadanya terasa akan pecah jika ia masih bertahan di dalam.
“Aku ... sudah ... tak tahan ....” Cristian melarikan diri dari kamarnya. Tepat pada saat itu, Zisy tersadar dan melihat Cristian berlari.
“Cris! Tetap di sana!” Zisy bangkit sekuat tenaga untuk menghentikan para makhluk itu agar tak mengejarnya.
Dua iblis berhasil dihentikan oleh Zisy. Namun, satu berhasil mengejar Cristian.
Laki-laki itu berlari sekuat tenaga meninggalkan vila. Sendal yang tadinya terpakai sekarang tertinggal satu. Cristian tak lagi peduli dan ia cepat-cepat berlari ke mana pun asalkan dia aman.
Namun, ia begitu panik saat ini, sehingga tak mampu berpikir rasional. Pria seperti Cristian juga bisa merasakan takut lantaran ia tak memiliki kekuatan apa pun. Pikirannya tak pernah tersentuh oleh hal mistis sebelumnya. Ia hanya memiliki Tuhan sebagai perlindungannya saat ini.
Cristian menyebut nama Tuhan sambil berlari. Vila pribadinya cukup luas dan ia sendiri yang menempatinya. Ia berlari ke sebuah ruangan. Akan tetapi, ia tak bisa bergerak lagi karena leher belakangnya dicengkeram kuat-kuat oleh iblis itu.
Napas Cristian tersekat hebat. Badan serta kakinya menggelinjang kuat-kuat. Ia semakin kesulitan bernapas. Mulutnya menganga agar bisa memasukkan oksigen melalui mulutnya.
Dalam pikiran Cristian mungkin ia akan berakhir. Ia mengingat Zisy yang sudah memberitahu akan hal-hal mistis seperti ini. Salah Cristian yang tak percaya. Sekarang ia merasa menyesal karena tak mendengarkan gadis itu.