Bidadari Berambut Emas

1107 Words
Suasana kantin yang ada di lingkungan sekolah sangat ramai, bahkan bisa dibilang sudah overload dan tidak bisa menampung siswa SMA Pilar Bangsa. Dengan adanya warung-warung milik warga yang berada di sekitar sekolah sebenarnya membantu mengurangi berjejalnya siswa yang ingin recharge perut mereka saat istirahat. Ayisha menolak saat pertama kali melihat kondisi kantin yang menurutnya sangat tidak nyaman oleh Amanda. Gadis blasteran itu ingin tempat makan yang tidak berjejal seperti itu, akhirnya teman sebangunya mengajak Ayisha ke warung yang ada di rumah warga. Jarak tujuan mereka dari sekolah sekitar 5 menit perjalanan. "Seharusnya manajemen sekolah membuat kantin lebih nyaman lagi, kamu kok kayaknya no problem dengan tempat seperti itu, Manda,” kata Ayisha sambil melangkahkan kakinya di samping Amanda. Gadis bertubuh gempal itu menoleh ke arah teman sebangkunya dengan sebuah senyum kecil. Ayisha mengerutkan dahinya mencari tahu mengapa hanya sebuah senyum yang dijadikan jawaban. “Aku bukannya enggak masalah, Ay, dan memang enggak masalah juga buatku sih.” “Maksud kamu gimana?” Ayisha mengerutkan dahi lagi. “Ya enggak masalah buatku kantin seperti itu, aku ini bukan siswi yang suka menghabiskan waktu di tempat seperti itu.” “Maksudmu kamu enggak pernah ke kantin,” “Pernah, Ay,” kata gadis bertubuh gempal itu dengan sebuah senyum. “Selama aku bersekolah di sini baru beberapa kali saja sih ke kantin, itupun kalau aku kepepet karena enggak sempat sarapan di rumah.” “Kalau sarapan berarti kamu enggak pergi ke sana, Manda,” kata siswi berambut pirang itu yang dijawab anggukan oleh Amanda. “Enggak lapar memangnya?” “Lapar, tapi aku sengaja enggak makan. Kamu tahu kan body-ku ini udah oversize kayak gini, Ayy. Ini aku enggak makan saat istirahat, gimana kalo aku makan pasti akan lebih besar dari ini,” kata Amanda dengan tersenyum kecut. “Santai aja, setiap orang punya kelebihan sendiri, Manda. Orang kurus, orang gemuk itu punya idola masing-masing. Bukan berarti kamu enggak ada yang suka, pasti ada.” “Siapa?” tanya Amanda menyelidik. Sebuah bkalimat yang menarik dibahas oleh siswi bertubuh besar itu, orang gemuk juga punya idola. “Kamu yang lebih tahu siapanya, aku kan baru di sini.” Sebuah senyum terlihat mengantar kalimat yang diucapkan oleh Ayisha. “Iya juga ya,” kata Amanda sambil menggaruk-garuk pelipisnya dengan telunjuk. Di depan mereka nampak sebuah warung yang dipenuhi banyak siswa, namun tidak berjejal seperti di kantin. Amanda menghela napas melihat tempat itu,jantungnya berdebar dengan hebat. Ini adalah pertama kalinya dia ke Warung Ibu, warung yang kerap menjadi tempat tongkrongan siswa yang menjadi pantauan sekolah. Gadis bertubuh gendut itu menoleh ke arah gadis di sampingnya, dia nampak santai saja menuju tempat yang juga baru untuknya. Tentu saja Ayisha akan baik-baik saja, dia terlahir dalam keadaan cantik, tentu saja percaya dirinya sudah cukup maksimal. Hampir semua mata yang ada di warung melihat ke arah dua siswi yang baru datang itu. Sebuah pemandangan luar biasa yang membuat takjub walaupun nampak sedikit unik. Dua orang gadis yang berjalan bersisian yang satu sangat memukau sekali karena berkulit putih terang dan rambut pirang yang berkibar ditiup angin, sedangkan gadis yang satu lagi berkulit cokelat buluk, rambut hitam ikal dan overweight.   Hampir saja Amanda menghentikan langkahnya karena tidak percaya dirinya yang datang perlahan, beruntung Ayisha menggamit lengannya dan mengajaknya terus berjalan. Dada Amanda terasa sesak saat dia melihat Kakak kelas pujaannya juga ada di warung itu, Arios sedang berbincang dengan teman-teman sekelasnya di sana. Gadis bertubuh gempal itu tak menyangka jika Mantan Ketua OSIS itu bergabung dengan siswa-siswa yang dalam pantauan. Kedua siswi kelas 11 MIPA 1 itu memasuki teras warung yang lumayan ramai, seorang siswa berambut lumayan panjang menghadang mereka. Amanda dan Ayisha berpandangan dengan perlakuan yang bisa terkategori tidak sopan itu. “Mau ke mana wahai Bidadari Berambut Emas?” tanya siswa itu sambil melihat ke arah Ayisha, di wajahnya nampak sebuah senyum kecil. “Mau ikut makan di sini, Kak,” kata Ayisha dengan santai, “Boleh?” “Tentu saja boleh,” ujar siswa itu sambil menjulurkan tangannya ke arah Ayisha. “Perkenalkan namaku Ferdian kelas 12 IPS 2.” Gadis berambut pirang itu menjabat tangan Kakak kelasnya itu. Ayisha menyempatkan melihat wajah Ferdian sesaat dan tersenyum. “Aku Ayisha Mahadewi, Kak, panggil aja Ayisha.” “Nama yang indah sekali, seindah orangnya.” “Bisa saja Kak Ferdian, ini temanku Amanda, sudah kenalkan?” Ayisha melirik teman sebangkunya itu. “Tentu saja sudah,” kata Ferdian melihat sesaat ke ara gadis bertubuh gempal itu. Amanda menghela napas karena hanya dilihat sekilas saja oleh Kakak kelasnya itu. Mengapa Kakak melihatku seperti itu? Takut tergoda ya dengan tubuhku yang aduhai ini? Amanda berkelakar dalam hatinya sambil terkekeh. Tenang Kak Ferdian, aku akan membuat Kakak tak henti-hentinya merayu aku di chapter n****+ yang selanjutnya. “Mau makan atau minum atau keduanya?” tanya Ferdian. “Aku sih mau keduanya, Kak. Makan enggak minum gimana rasanya. Iya enggak, Manda?” kata Ayisha sambil menoleh ke arah teman sebangkunya. Gadis bertubuh gempal itu mengangguk setuju. “Oke, aku yang akan memesankannya, Kalian silakan menunggu di sana sambil santai,” kata Ferdian sambil menunjuk meja yang ada sekumpulan anak sekolah sedang merokok.” “Di sana? Enggak mau, aku mau cari tempat lain saja. Aku enggak suka mencium asap rokok, Kak,” kata Ayisha sambil melangkahkan kakinya hendak melewati Ferdian. “Tenang saja, saat kamu tiba mereka akan pergi.” Ayisha melihat wajah siswa berambut gondrong itu, Ferdian berusaha meyakinkan gadis berambut pirang di hadapannya itu dengan tatapan matanya. “Oke, Kak,” kata Ayisha akhirnya yang diambut sebuah tertawa Ferdian. Siswa berambut gondrong itu berjalan lebih dulu menuju meja yang tadi ditunjukkannya ke Ayisha tadi, kedua siswi kelas 11 MIPA 1 itu berjalan di belakangnya mengikuti. Mata Amanda sempat terpaut dengan Arios yang kebetulan melihat ke arahnya, jantungnya tiba-tiba berdebar hebat. Akankah dia menghampiriku nanti? Kehadiran Ayisha benar-benar menyita semua mata kaum Adam yang masih berseragam putih abu itu. Ada yang tak percaya bahwa gadis itu juga merupakan siswi SMA Pilar Bangsa, ada pula yang langsung jatuh cinta. Terdengar bisik-bisik samar saat gadis berambut pirang itu melangkah melewati mereka. Kehadiran kedua gadis berbeda dunia itu membuat suasana di Warung Ibu jadi berbeda, terasa seperti ada gairah yang membuat suasana menjadi indah. Ferdian memberi kode kepada teman-teman satu gengnya yang duduk untuk segera menyingkir karena Bidadari Berambut Emas itu akan duduk. Tentu saja mereka langsung menyingkir menjauh dan mencari tempat baru, beberapa langsung mematikan rokoknya saat Ferdian memberikan kode untuk mematikan rokok. Siswa berambut gondrong itu meminta temannya yang kebetulan beranjak paling belakang untuk membersihkan meja dari gelas dan piring kotor, tak lupa juga untuk menyingkirkan asbak yang terlihat masih mengepulkan asap rokok yang belum mati sempurna.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD