2

977 Words
Justine mendengus, lagi-lagi sang Papi- siapa lagi jika bukan Michell Darmawan yang terhormat, menghujami dirinya dengan ceramah-ceramah tiada henti. Inilah yang tidak Justine suka kalau Michell pulang lebih awal dari jadwal seharusnya. Sebagai laki-laki dewasa, tentu Justine mulai bosan mendengar petuah-petuah tak bermutu dari Michell. Tak bermutu? Iya! Laki-laki yang saat ini tengah memberikan kuliah dadakan tak pernah mau berkaca. Dulu kata sang oma- Ardira Maesaty, sang Papinakalnya aja nggak pernah kira-kira. Haduh! Sekarang malah nyeramahin anak sendiri. Nggak inget pas jaman-jaman dia Jahiliah apa?! Ini baru juga semester enam loh, dia belum bisa ngambil KKN (Kuliah Kerja Nyata), papinya mencak-mencak kaya liat mamanya lagi diajak ngobrol sama berondong! Apa kabar dulu Kanjeng Michell Darmawan yang harusnya sudah di drop out dari kampus? Nggak abis thinking gue sama om-om satu ini, desah Justine dalam hati. Ia terlalu lelah dengan drama yang nggak pernah mau tamat-tamat. Bersambung mulu perasaan. "Mau sampai kapan kamu kuliah terus? Sampai kucingnya tetangga jadi harimau? Kuliah itu penting Just! Siapa nanti yang lanjutin bisnis papik kalau bukan kamu?! Kamu tuh.." Michell menghentikan ucapan saat melihat putranya lebih fokus dengan ponsel ditangan anak itu, "Justinen! Dengerin Papi enggak?!, bentak Michell merasa Justine mengabaikan diri dan petuahnya. "Denger Papi! Ya Allah, kuping Just pengeng ini Pi. Udah apa udah, Pi!" Michell melayangkan jitakan dikepala Justine saat bibir anak itu dengan lancang dan tidak tahu malu justru seakan meminta duel dengannya. Sopan amat, batin laki-laki yang masih tampan di usia yang sudah tidak muda lagi itu. "Auh, sakit Pi! Nanti otak Justine bisa-bisa bego." protes Justine. "Emang udah bego!" Justine terdiam ditempat saat sang Papi menghardik dirinya lebih kasar dengan mulut pedas laki-laki itu. "Mamiii, Just dikatain Papi bego Miii." jerit Justine lalu bangkit dari duduknya untuk menghampiri sang Mami yang berada di dapur. "Ngaduan aelah, nyontek siapa kali tuh bocah." teriak Michell kencang. Kepalanya menggeleng, mengingat kelakuan anak semata wayangnya itu. Entah siapa yang ditiru, perasaan dulu Michell enggak senakal Justine sewaktu muda. "Mi, nggak usah dibelain anak kamu." teriak Michell dari ruang keluarga, membuat Justine melancarkan rajukan pada sang Mamj yang justru ikut memarahi dirinya. "Marahin terus Mi anaknya. Nakal banget! Papi nyerah." kompor Michell lalu tertawa cekikkikan sendiri . * Malas berada di rumah membuat Justine memilih untuk menghabiskan malamnya ditempat tongkrongan bersama Axel dan Vero. Anak dari Michell Darmawan itu memang selalu menghabiskan malam di kelab. Tentu saja ketika Papi dan istri lelaki itu sudah memasuki kamar mereka. Tahu kan ngapain pasangan itu?! Justine melakukan ini bukan karena kurang kasih sayang. Ia hanya sedang memanfaatkan keberuntungan hidupnya karena terlahir dari keluarga yang cukup untuk membiayai biaya kenakalan yang ia perbuat. Lahir dengan nama belakang Darmawan adalah mukzizat terindah untuk mendukung semua kemauannya. Dan, See?! Semua bisa Justine lakukan karena jelas isi dompetnya tak akan meraung-raung karena tagihan jajan. Mata Justine mengedar mencari-cari mangsa. Runititasnya memang seperti ini, mencari target ditengah-tengah lautan manusia dan kerasnya hentakkan musik pembangkit jiwa. Kan, siapa tahu ada yang bisa dia ajak hanya untuk sekedar make-out. Siapa sih yang bisa nolak pesona seorang Justine Darmawan? Rasanya tidak ada! Maka dari itu, ia berpikir untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Mubasir, iya kan? "Sialan lo curut! Adriana ngamuk, tahu gue ada di sini." maki Axel kembali mendudukan dirinya di sofa setelah menghilang sejenak untuk mengangkat telepon Adriana. Vero memutar bola mata, jengah mendengar penuturan sepupunya, "takut banget aelah ama mantan piyik gue. Tenang, kalau ngamuk Babang Vero tidurin biar diem." ucap anak itu santai, sesantai hidupnya selama ini. Plakk.. "Wanjaayy! Kurang keras Xel. Nih botol pecahin ke kepala adek lo, gue yang bayar." kompor Justine mengangkat botol bertuliskan salah satu merk whisky ke arah Axel, membuat Vero bergidik ngeri. Kurang ajar itu pangerannya keluarga Darmawan. Minta di deportasi dari Jakarta, pikir Vero merasa kesal dengan aksi adu-domba Justine. "Eh Ver, kalau Valery gue ena-ena lo terima nggak?" tanya Justine yang mendapat lemparan sepatu tidak hanya dari Vero, namun juga dari Axel. "Allahuakbar!" teriak Justine lalu membekap mulutnya sendiri. "Astatang, maapin Justine ya Allah, nyebut pas lagi ajeb-ajeb gini. Maafin ya Allah." ucap Justine sembari mengadahkan tangan dan kepalanya ke atas membuat Vero dan Axel menutup wajah mereka dengan tangan mereka sendiri-sendiri. "Nih anak sontoloyo, malu-maluin setan." amuk Axel. "Heh, gue bekep sama kutang ceweknya si Axel lo lama-lama, kolor pitik." timpal Vero yang mendapatkan toyoran dari Axel dikepalanya. "Hadeh, meong-meong. Susah kalau punya cewek bersodakoh Mah. Ribet kaya lu pada urusannya." "Anjing lu lah." maki Vero dan Axel bersamaan. "Guk.. Gukk.." jawab Justine membuat ke dua manusia bersaudara itu berdecak malas. Kalau ditanggapi yang ada mereka yang mati nanti menghadapi kegilaannya Justine. "Gue kebelet kencing nih, ada yang mau pegangin kaga?" ujar Justine bangkit dari sofanya. Axel dan Vero bergidik jijik melihat kelakuan Justine. Dibilang itu anak gila, denger sendiri kan? Kencing aja minta pegangin. "Becanda, sempak!" maki Justine lalu berjalan meninggalkan Vero dan Axel.Langkah Justine terhenti saat melihat seorang gadis yang hendak menuju pintu keluar. Kulit-kulit dikening Justine mengerut, melihat banyak nya pengawal yang berjalan dibelakang gadis tersebut. Gadis itu nampak seperti seorang pejabat yang tengah dikawal oleh para ajudannya. Bahkan orang-orang disekitarnya tidak berani mendekat, membuat langkah gadis itu mulus ditengah lautan manusia yang tengah berpesta di lantai dansa. Pikiran Justine melayang, orang penting mana yang menyewa tubuh gadis itu sehingga membuat gadis itu begitu penting dengan banyak pengawal yang menjaga ketat dirinya di dalam kelab seperti ini. "Sekali Jalang, tetep aja Jalang!" desis Justine dengan mata memicing tak suka pada sosok itu... to be continued...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD