Bab 3

1886 Words
Aqnes membalikkan badannya mendapati beberapa teman-teman sekolahnya yang berjalan ke arahnya. Dengan panik ia berjalan ke pinggir menempatkan pantatnya pada beberapa tumbuhan yang berada di sana. Aqnes membuka ponselnya, ia ingin meminta bantuan pada Andara karena ia yakin sahabatnya itu masih berada di sekolah. Namun sepertinya dewi fortuna tidak berpihak kepadanya, karena begitu ia akan menyalakan ponselnya, ponselnya seketika berbunyi lalu mati, Aqnes berseru kesal. Bagaimana ini, ia tidak bisa pulang dengan keadaan seperti ini. Jika ia harus menunggu sampai sekolah kosong, mungkin membutuhkan waktu sekitar dua jam dan ia tidak akan sanggup untuk berdiri selama itu di sini. Belum lagi dirinya harus segera memakai pembalut, ia takut darah yang keluar semakin banyak. Ketika ia sedang memikirkan bagaimana caranya agar segera bisa pulang tanpa menunggu lama di sini. Tiba-tiba Sam-teman sekelasnya itu bertanya. "Elo lagi ngapain, Nes?" Tanya Sama heran, ketika melihat salah satu sahabatnya Andara hanya berdiam diri. "Eh, Sam. Eng... gue pinjam jaket lo boleh?" Tanya Aqnes dengan senyum malu. Sam mengernyitkan keningnya bingung, ia kemudian membuka jaket yang dipakainya lantas memberikannya pada Aqnes yang langsung saja di terima cewek itu dengan senang. Sam kemudian mengerti kenapa Aqnes masih berada di sini, dengan memunggungi tumbuhan-tumbuhan di belakangnya. Ternyata teman sekelasnya itu sedang PMS toh, pantas saja tadi di kelas cewek itu begitu menyebalkan. Thanks, Sam. Nanti gue kembalikan kalau udah bersih dan harum." Ujarnya sambil berjalan. "Nyantai aja Ness, gue masih banyak stok buat dipake kok." Aqnes mengangguk sebagai jawaban. Sam kemudian pamit untuk pulang, Aqnes mengangguk lalu berjalan menuju mobilnya. Kunci mobil yang di pegangnya tiba-tiba terjatuh. Begitu Aqnes akan mengambil kunci mobilnya, matanya seketika melebar. Ban mobilnya kempes, sial. Kenapa hari ini begitu sial batinnya, lalu bagaimana ia bisa pulang. Ponselnya mati, dan ban mobilnya kempes di tambah hari ini tamu bulanannya datang. Benar-benar hari yang sial. Dengan kesal Aqnes berjalan menuju gerbang. Ia akan menunggu taksi saja, meskipun entah kapan datangnya, Aqnes berdiri sambil misuh-misuh. Sudah setengah jam lamanya ia menunggu taksi, tapi taksi yang ditunggunya itu tak kunjung datang juga. Tiba-tiba sebuah mobil berhenti di depannya membuat Aqnes mengerutkan keningnya. "Masuk." Desis Kelvin dingin tanpa menatap Aqnes. Cewek itu berdecak, ia tidak mau berhutang budi pada cowok itu. Apalagi setelah cowok itu meninggalkannya tadi, ia masih kesal dengan sikap Kelvin. "Elo mau masuk apa nggak?" "Nggak usah." "Ck, lo tungguin aja taksi yang datang. Sampe lusa pun nggak akan ada taksi yang lewat." "Sok tahu banget sih, lo." Balas Aqnes sinis. "Terserah deh mau percaya apa nggak, gue duluan." Ketika Kelvin akan menjalankan mobilnya, Aqnes seketika memegang kaca jendela mobil cowok itu. Dengan perasaan kesal, ia masuk ke dalam mobil Kelvin, membuat diam-diam cowok itu menyeringai. Kelvin bersyukur setelah menyuruh kedua temannya itu untuk mengempeskan ban mobil Aqnes. Karena sepertinya cewek itu tidak melihat kedua temannya yang berjalan ke arah mobilnya. Entah sejak kapan ia menjadi menyukai saat berkonfrontasi dengan cewek yang duduk di sampingnya. Dia menyukai saat cewek itu mengeluarkan kata-kata pedas saat bersamanya. Belum pernah sekalipun ia bertemu dengan cewek seperti Aqnes, cewek yang tidak menyukainya. Membuat sesuatu di dalam diri Kelvin ingin memiliki gadis tersebut. Suasana di dalam mobil hanya ada keheningan, Aqnes yang sibuk dengan pikirannya untuk segera turun dari mobil, sedangkan Kelvin sibuk dengan cara untuk membuat Aqnes bertahan di mobilnya. Tiba-tiba saja mobil Kelvin berhenti di pinggir jalan, Aqnes yang ingin protes karena berhenti di tengah jalan pun mengurungkan niatnya. Kelvin begitu saja keluar dari dalam mobil tanpa repot-repot cowok itu menanyakan ia ingin ikut atau tidak. Aqnes mengerutkan keningnya begitu Kelvin datang membawa plastik kecil dan menyodorkan kearahnya. "Gue nggak tahu sih, lo suka minum yang mana kalo lagi dapat." Ujarnya kemudian menjalankan kembali mobilnya. Aqnes yang masih terkejut dengan tindakan Kelvin hanya bisa terdiam, sambil memandang plastik yang berisi minuman pereda sakit saat datang bulan. Tak berapa lama mobil berhenti di depan rumah Kelvin, Aqnes berdecak sebal. Meskipun rumahnya di seberang rumah Kelvin, seharusnya cowok itu berhenti di depan rumahnya. Aqnes menggumamkan ucapan terima kasih, yang seharusnya di dengar jelas oleh Kelvin. Bukannya membalas ucapan Aqnes, cowok itu malah memajukan tubuhnya memerangkap tubuh Aqnes sampai ke pintu mobil. Aqnes memandang Kelvin dengan perasaan was-was, sedangkan Kelvin memandangnya sambil menyeringai. "Mau ngapain lo?" Tanya Aqnes gugup. Sial Apa cowok itu sinting mengurungnya di dalam mobil? Percayalah hormon dirinya yang sedang naik turun membuatnya gerah dengan tubuh Kelvin yang berada sangat dekat dengannya. Kelvin malah semakin mendekatkan wajahnya, nyaris saja bibirnya melumat bibir Aqnes membuat cewek itu menahan napasnya. "Gue kan udah bilang, kalau ngucapin terima kasih itu bukan kayak gitu." Kelvin berucap tepat di depan bibir Aqnes, membuat Aqnes mengepalkan kedua tangannya. "Persetan!" Geram Kelvin yang sudah tidak tahan melihat bibir kecil Aqnes, dan sedetik kemudian cowok itu melumat bibir pedas Aqnes. Aqnes yang awalnya terkejut akan tindakan Kelvin hanya bisa terdiam. Namun berkat hormonnya yang sedang naik turun membuat Aqnes terhanyut akan ciuman Kelvin. Cewek itu bahkan membalas lumatan Kelvin pada bibirnya, tanpa di perintah tangannya sudah berada di leher Kelvin. Kelvin yang mendapati respon positif dari Aqnes tersenyum di sela ciumannya. Tanpa mereka sadari, seseorang dari luar mobil Aqnes menyaksikan aksi mereka berdua. Cowok itu mengetuk kaca mobil Kelvin, Aqnes yang mendengar ketukan pada kaca mobil itu seketika tersadar. Dengan kekuatan yang dimilikinya, Aqnes mendorong d**a bidang Kelvin dengan keras, melepaskan ciumannya. Dengan napas terengah Kelvin memandang Aqnes bingung, sedangkan Aqnes cewek itu seperti orang linglung. Kelvin yang baru menyadari ada seseorang di luar mobilnya, membenarkan seragamnya yang kusut serta menyugar rambutnya yang berantakan hasil kerja Aqnes. Dengan napas yang masih berantakan, Kelvin keluar dari mobilnya, di susul dengan Aqnes yang sudah menormalkan detak jantungnya. Begitu ia keluar dari mobil Kelvin, wajah Aqnes seketika memucat. "Aidan?" Tanyanya ragu. *** Aqnes memandang bingung Kelvin yang tiba-tiba menghampiri Aidan. Kenapa sepupu tirinya itu berada di sini, biasanya sepupunya itu selalu memberinya kabar kalau dia akan menemuinya. Matanya memicing begitu melihat Aidan dan Kelvin mengobrol begitu akrab, ia jadi penasaran kenapa Aidan bisa betah mengobrol lama dengan Kelvin. Aqnes berjalan menghampiri kedua cowok yang berbeda usia itu. Dia kemudian berdehem untuk menyadarkan Aidan dan Kelvin. Membuat mereka berdua memandang ke arahnya, Aidan tersenyum memamerkan gigi putihnya. Sedangkan Kelvin memandang Aqnes sambil menyeringai, ia menyukai bibir merah Aqnes yang sedikit membengkak akibat ciumannya. "Kak Aidan ngapain di sini?" Kelvin seketika memicingkan matanya mendengar perkataan Aqnes yang memanggil Aidan dengan sebutan 'kakak'. Apa Aidan kakak kandung Aqnes? Tapi setaunya Aidan tidak memiliki seorang adik, lalu kenapa Aqnes memanggil Aidan kakak?. "Hey, Ness. Aku mau ngajak kamu jalan." Kata Aidan sambil tersenyum lembut, membuat d**a Aqnes berdegup tidak karuan. Cewek itu membalas senyuman Aidan. Kelvin yang diam-diam memperhatikan interaksi di depannya hanya mengerutkan keningnya bingung. "Kapan?" "Hari ini." "Yaudah, kamu tunggu di dalem aja sambil nungguin aku mandi." Ajak Aqnes sambil merangkul tangan Aidan. "Kayaknya aku nunggu di rumah Kelvin aja, soalnya ada yang mau aku omongin sama dia." "Oh gitu, yaudah aku masuk dulu." Aqnes berujar sambil tersenyum tanpa melirik Kelvin sekalipun. Cewek itu kemudian berjalan memasuki rumahnya meninggalkan Kelvin dan Aidan yang masih berdiri di depan rumah. "Kok elo bisa pindah ke sini, Vin?" "Dan dari mana elo kenal Aqnes?" "Mending elo ajak gue masuk, abis gitu gue ceritain." Kelvin seperti tersadar jika dirinya masih di depan rumah, ia lalu mengajak Aidan untuk masuk ke dalam rumah. *** Aqnes tersenyum menatap penampilannya, sepertinya dia tidak akan salah kostum untuk menemani Aidan. Untung saja ia tadi menanyakan terlebih dahulu akan pergi kemana, karena Aidan berpakaian begitu rapi. Baru saja ia akan menuju rumah Kelvin yang di sebrang rumahnya. Pria itu ternyata baru saja keluar dari rumah bersama Kelvin, Aidan tersenyum melihat Aqnes yang sudah siap. Sedangkan Kelvin di sampingnya berdiri mematung, Aqnes benar-benar cantik dengan dress di atas lututnya, cewek itu juga menambahkan make up tipis pada wajahnya. Membuat cewek itu semakin cantik saja. "Kamu cantik." Ujar Aidan sambil mengapit tangan Aqnes, membuat semburat merah muncul di wajahnya. Ia benar-benar senang mendapati pujian dari Aidan, cowok yang ditaksirnya. "Ehem, tolong dong fotoin." Seru Aqnes sambil menyerahkan ponselnya pada Kelvin, cowok itu seketika tersadar dari lamunannya. Entah kenapa ia tidak suka melihat kedekatan Aqnes dengan Aidan, meskipun sekarang ia tahu kalau Aqnes dan Aidan sepupu tiri. Sesuai informasi dari Aidan, sepupunya itu ternyata masih memiliki ikatan kekerabatan dengan Aqnes walaupun hanya sebagai sepupu jauh. Karena Papa Aqnes menikah dengan Tante tiri Aidan jadilah mereka mengenal satu sama lain. "Oke deh." Balasnya malas sambil mengambil ponsel Aqnes. Kelvin mendesis melihat hasil fotonya, seketika membuatnya ingin menggantikan Aidan yang berdiri di samping Aqnes. Dia merutuki kebodohannya yang mau saja membantu Aqnes untuk memotret mereka. Ketika ia sudah selesai memotret, ponselnya ia kembalikan pada Aqnes. Tanpa mengucapkan sepatah kata, Kelvin berbalik kemudian pergi meninggalkan Aqnes dan Aidan yang memandang cowok itu bingung. "Ayok, keburu malam." Aqnes tersenyum sambil membalas uluran tangan Aidan yang mengajak masuk ke dalam mobilnya. *** Aqnes memijit kepalanya yang terasa pusing, ia benar-benar menyesal menyetujui ajakan Aidan yang memintanya menemani pria itu. Aidan memintanya untuk menemaninya ke acara pertunangan salah satu temannya. Ketika sampai di sana, iba-tiba saja pertunangan itu batal. Ternyata yang bertunangan itu adalah mantan Aidan. Pantas saja sejak ia duduk di mobil, Aidan hanya diam saja, tidak berbicara apa pun. Dan sampai di tempat acara tersebut, wajah Aidan berubah menjadi dingin, ia memperkenalkan dirinya sebagai pacar Aidan. Yang membuat cewek cantik itu seketika membatalkan acara pertunangannya, dan membawa Aidan pergi meninggalkannya. Aqnes hanya bisa terdiam memandang tubuh Aidan yang berjalan meninggalkannya tanpa menoleh sekalipun kepadanya. Hatinya begitu sakit diacuhkan begitu saja oleh Aidan, dengan perasaan marah ia meninggalkan tempat tersebut. Dan sekarang di sinilah dirinya berada, di tempat yang sudah lama tidak ia datangi. Mamanya yang sering pulang ke rumah membuatnya jarang menginjakkan tempat seperti ini. Ia tidak tahu jika Mamanya mengetahui kelakuannya seperti ini, mungkin Mamanya akan mengambil semua fasilitas yang dimilikinya dan ia benar-benar tidak mau jika itu sampai terjadi padanya. Kelvin baru saja tiba di sebuah bar yang sering ia kunjungi, ia benar-benar suntuk dengan keadaan rumahnya yang sepi, terlebih dirinya masih mengingat kejadian tadi siang. Aqnes Nama itu benar-benar memenuhi pikirannya sedari tadi, entah kenapa bayangan Aidan yang merangkul Aqnes membuat kepalanya ingin meledak. Apa dia mulai menyukai cewek bermulut pedas itu? Ah tapi sepertinya tidak. Mungkin ini efek dari dirinya yang belum menyentuh lagi wanita, akibatnya pikirannya menjadi kacau seperti ini. Kelvin berjalan menuju meja bartender, begitu ia duduk dia langsung saja memesan minuman kesukaannya. Tiba-tiba saja ia mendengar suara meracau dari samping, pandangan matanya seketika terpaku begitu melihat Aqnes yang persis duduk di sampingnya. Dia tidak menyangka akan menemukan Aqnes di tempat seperti ini, cewek itu memejamkan matanya dengan salah satu tangan yang memegang keningnya. Terlihat cewek itu sedang menahan rasa pusingnya, meskipun dengan keadaan seperti itu Aqnes tetap cantik baginya. Aqnes tidak menyadari Kelvin yang berada di sampingnya, padahal sedari tadi Kelvin memperhatikannya. Aqnes kembali mengambil minumannya lagi, namun begitu ia akan meminumnya, gelas itu seketika di rampas oleh seseorang, mata cokelatnya bertatapan dengan mata cokelat gelap milik Kelvin. Aqnes seketika tersenyum sinis, ia lalu mengambil gelas milik Kelvin sebelum Kelvin sempat merampasnya kembali. Aqnes seketika meminumnya kemudian mengernyit begitu merasakan tenggorokannya terbakar. Kelvin hanya bisa menggeleng melihat minumannya habis di minum oleh Aqnes, dengan senyum misterius cewek itu tiba-tiba saja menarik kerah jaket Kelvin dengan kasar. Tanpa di duga, Aqnes mencium bibir Kelvin membuat cowok itu membulatkan matanya seketika. - - - - - TOBECONTINUE
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD