Di gudang sekolah tiga cowok itu sedang bersantai disana. Arka yang duduk diatas meja, Rangga yang memainkan gitar dan Agus yang sedang merokok.
“Rangga, itu ulah kamu, kan?” Pertanyaan Arka menghentikan tangan Rangga memetik senar gitar.
“Hehehe... sorry, bro,” Jawab Rangga.
“Jadi cewek yang di foto itu Laura?” Tanya Agus yang membuang putung rokoknya kemudian menginjaknya.
“Iya,” Jawab Rangga yang kembali memetik senar gitarnya. “Setidaknya dengan foto itu para fans kamu bakal mikir kamu lagi dekat sama seseorang. Pastinya mereka marah, termasuk Diana. "
“Rangga benar. Gimana ceritanya kamu ngambil foto itu?" Agus penasaran.
“Awalnya nggak sengaja ke minimarket terus aku lihat ada motor Arka disana. Aku cari orangnya tapi nggak ada. Pas aku balik aku lihat dia lagi sama Laura. Kamu tau, kan, jiwa fotografer aku muncul... and than cekrek.”
“Hasil foto kamu emang siiip.” Agus mengangkat dua jempolnya. “Bikin para fans Arka nangis bombay.”
Ketiga sahabat itu tertawa.
“Untungnya muka Laura nggak kelihatan. Coba kalau kelihatan, nggak ngebayangin nasib tuh anak. Pasti di bully habis-habisan. Komen fans Arka di grup aja parah banget.” Lanjut Agus.
Arka baru tersadar dengan kalimat yang diucapkan sahabatnya. “Laura, bagaimana dengan dia?” Pikir Arka. Bagaimana mungkin dia melupakan gadis itu. b**o.
***
Pandangan mata coklat itu tertuju pada gadis yang duduk diatas meja bangku. Tanganya memegang pensil, tak bergerak diatas bukunya. Mulutnya komat-kamit seperti membaca mantra tapi Arka tidak bisa mendengarnya sama sekali.
“Ya allah... aku nggak bisa konsentrasi.” Teriaknya frustasi sambil menutup bukunya dengan kasar.
Arka tersenyum melihatnya.
Laura terkejut saat eseorang duduk disebelahnya. Senyuman itu, membuat hatinya terasa aneh. “Kamu buat aku kaget.”
“Apa jantungmu copot?” Goda Arga.
“YAA...” Teriak Laura. “ Jangtungku hampir copot gara-gara kamu, gara-gara foto itu, gara-gara komen para fans kamu yang kata-katanya bikin aku takut.”
Arka tertawa lagi.
“Ada yang lucu? Apa yang lucu?” Tanyanya kesal.
“Kamu yang lucu.” Tangan Arka mencubit pipi Laura gemas.
Gadis itu menepis tangan Arka.
"Maksud kamu apa nyebarin foto kayak gitu? Mau bikin sensasi? Mau bikin satu sekolah heboh? Mau bikin fans kamu nangis bombay?”
“Aku suka kalau kamu marah.”
Laura menatap Arga binggung. Aneh, bagaimana mungkin ada orang yang suka melihatnya marah-marah.
“Gila.” Jari Laura membuat garis miring diatas dahinya.
“Masa wajah ganteng gini dibilang gila.” Arga menyodorkan wajahnya kearah Laura. Refleks Laura menarik tubuhnya kebelakang. Hampir saja ia jatuh dari bangku kalau tangan Arka tidak menarik tanganya dan kini jarak wajah mereka begitu dekat. Mata mereka beradu pandang, Mereka merasakan hembusan nafas masing-masing dan jantung mereka berdegup tidak karuan.
Laura cepat-cepat memalingkan wajahnya dan turun dari meja bangku itu. Dia kikuk, jantungnya masih berdebar tidak karuan.
“Tet... tet... tet...” Bel masuk sekolah berbunyi.
“Ud-udah masuk,” Laura melirik Arka sekilas. “ Aku duluan.”
“Iya,” Jawab Arka.
Laura meninggalkan Arka. Dia memejamkan matanya sesaat karena malu dengan apa yang terjadi barusan. Tanganya memegang dadanya yang kini masih berdetak tidak sehat.
Arka turun dari bangku, kakinya menginjak sesuatu. Matanya tertuju kebawah kemudian memungutnya. Buku sketsa gambar Laura.