Satu gerakan, Lea tertarik mendekat saat tangan Hamish membelit pinggangnya. “Menyingkir, aku bukan para wanita yang biasa kamu rayu!” “Kamu gugup, Lea.” Hamish kian mendesaknya. Lea mendorongnya, Hamish mundur dan terkekeh. Lea mengambil kopi-kopi favorit milik Papa. Mulai menghidupkan mesin kopi. Hamish pilih bersandar, memerhatikan setiap gerak wanita itu hingga membawa secangkir kopi yang harumnya memenuhi ruangan di sana. “Kopimu sudah siap, dan berhenti menatapku begitu, atau kopi panas ini pindah ke wajahmu seperti hari itu!” ujarnya. Saat akan berbalik pergi, Hamish kembali mencekal lengannya dan berbisik, “Ileana Kamaniya Lais,” “Lais?” Lea sampai mendelik menyebut ada nama Lais di belakang nama lengkap yang bibir pria itu sebut. Hamish tak berpaling bahkan berkedip saa