Kisah sang Putri Rubah Putih

2091 Words
Lisa berlari meninggalkan Rumah Sakit, saat ini dia menaiki sebuah taksi menuju ke arah Gunung Biru (Ranjani). Dengan, air mata yang terus mengalir dengan deras. Lisa tidak menghiraukan bahwa saat ini dia sedang tidak membawa apa pun. “Neng, sedang ada masalah, ya?” Bapak Sopir taksi yang sedang mengemudikan mobil bertanya kepada Lisa. “Saya dipaksa menikah oleh kedua orang tua saya Pak,” kata Lisa dengan air mata yang terus saja mengalir. “Memangnya Neng tidak menyukai lelaki tersebut?” Bapak itu kembali bertanya tapi kali ini, tampaknya Beliau takut Lisa akan tersinggung dengan perkataan Beliau. “Saya suka Pak, tapi yang saya tidak mau adalah kenapa harus terburu-buru. Saya juga butuh waktu lebih untuk mengenal dia Pak.” Lisa menyandarkan kepalanya pada kaca jendela dengan air mata yang masih mengalir. Dia tampaknya benar-benar tidak menginginkan kejadian ini. “Neng, merasa semuanya masih terlalu cepat?” Bapak Sopir kembali berusaha memberikan pertanyaan kepada Lisa. “Iya Pak,” jawabnya singkat tanpa memberikan respons yang berarti. Pandangan matanya, tertuju kepada jalanan yang penuh sesak dengan banyak kendaraan yang berlalu lalang. “Neng, apakah saya boleh bertanya satu pertanyaan lagi?” kata Bapak Sopir dengan sedikit ragu. “Iya Pak tanya aja.” Dengan pandangan yang tidak berpaling Lisa memberikan izin kepada Beliau. “Apakah Neng mencintai lelaki lain?” Dengan wajahnya yang sedikit ragu Bapak Sopir menanti jawaban dari Lisa. “Saya tidak tahu apakah ini cinta atau bukan. Namun, yang saya rasakan sekarang adalah saya ingin bertemu dengan dia. Entah, sejak kapan saya merasakan rasa ini. Tapi, yang pasti saya hanya ingin bertemu dengannya dan tidak berniat bertemu dengan orang lain.” Mendengar jawaban dari Lisa tersungging senyuman dari Bapak Sopir. Secara tiba-tiba Beliau menambah laju kendaraannya. Setelah, mendengar jawaban dari Lisa tidak ada pertanyaan lain yang terlontar dari lelaki paruh baya tersebut. “Pak! saya lupa membawa dompet,” teriak Lisa saat sadar bahwa dia ketinggalan dompet dan juga ponsel miliknya. “Sudah tidak apa-apa Neng. Saya ikhlas. Untuk mengantarkan Neng kepada cinta sejati Neng.” Dengan senyuman yang lebar sang Bapak Sopir terus menambah laju mobilnya. Tidak beberapa lama mereka sudah tiba pada gerbang Desa pertama yang akan dilalui. Jika, ingin mendaki Gunung Biru (Ranjani). Lisa turun dan berterima kasih dengan sopir taksi tersebut. Karena sudah mau mengantarkannya meki tidak mendapatkan bayaran. “Aku harus jalan kaki ya?” kata Lisa sambil menghembuskan napas yang cukup panjang. “Mau ke mana?” Lisa langsung menoleh ke arah sumber suara berasal. Dan benar saja, itu Drago yang berdiri tegap dengan kedua tangan tersusun di d**a. “Kamu!” Lisa berlari menghambur ke arah Drago. Dengan senyuman manis dan juga kedua tangan yang sudah terentang. Lisa langsung memeluk Drago dengan sangat erat. “Ada apa kamu sampai mencariku ke sini?” Tanya Drago dengan mengelus kepala Lisa penuh cinta. Lisa tidak menjawab pertanyaannya dia hanya bisa menangis. “Kamu kenapa menangis? Bukannya aku tidak meninggalkan kamu?” kata Drago dengan tetap memeluk Lisa sampai dia merasa tenang. Akhirnya, Drago membawa Lisa kembali ke istananya. Setelah, mereka tiba di dalam kamar Drago yang tampak sangat mewah dan luas. Drago, membaringkan Lisa di atas tempat tidurnya. “Kamu istirahat dulu di sini aku akan keluar ada yang harus aku selesaikan.” Drago mengelus rambut Lisa dan mencium keningnya. Sebelum. Dia menghilang di balik pintu Drago memberikan senyuman hangat kepada Lisa. “Kenapa aku malah enggak mau dia pergi.” Kata Lisa setelah Drago menghilang dari pandangnya. Setelah itu, Lisa mencoba memejamkan matanya. Di sisi lain, Drago pergi menemui Hulli Zhing dan Arya di pinggir hutan. “Apa kabar Rubah kecil?” kata Drago saat melihat Hulli Zhing yang sedang berlutut di depan sebuah batu besar. “Ampuni Hamba, karena sudah berani memanggil Yang Mulia ke tempat ini.” Hulli Zhing tidak berani mengangkat wajahnya. sedangkan, Arya hanya mengikuti saja apa yang dilakukan oleh Hulli Zhing. “Saya sudah tahu tujuan kamu ke sini untuk meminta Putrimu kembali. Benar begitu bukan?” Kata Drago dengan sebuah senyuman dingin yang mengiasi wajah tampannya. “Benar Tuan, saya berharap Tuan mau melepaskan Putri saya.” Hulli Zhing tampak sangat ketakutan saat mengucapkan kata-kata tersebut. “Bukannya aku tidak ingin melepaskan Putrimu. Tapi, dialah yang sudah memilihku.” Dengan santainya Drago meloncat ke atas batu dengan ketinggian melebihi 5 meter. “Maksud Tuan? Lisa sudah merawat Bunga Perjodohan?” Seketika Hulli Zhing tampak syok mendengar pernyataan Drago. “Iya! Kamu bisa lihat di kamarnya Bunga itu kini sudah mekar dan semuanya tidak bisa dikembalikan lagi.” Drago kembali meloncat turun dengan sangat halus dia mendarat tanpa kesulitan sedikit pun. Arya yang melihat kejadian itu malah dibuat takjub dengan apa yang dilihatnya. Berbeda dengan Hulli Zhing yang tampak ketakutan dengan semakin dekatnya dia dengan Drago. “Apakah kami masih bisa bertemu dengan anak kami?” Hulli Zhing tampaknya sudah menyerah dan pasrah. Dia terlihat terduduk lesu tak berdaya di hadapan Drago dan juga Arya. “Bisa! Karena dia sudah membukan segel saya. Jadi, saya akan berkunjung ke dunia dengan sesuka saya. Bahkan, saya juga akan hidup di dunia layaknya kalian semua.” Seketika wajah Hulli Zhing tampak berubah menjadi ceria dan bersemangat kembali. “Apakah itu benar Tuan?” Hulli Zhing kembali memastikan bahwa dia tidak hanya salah dengar saja. Drago menganggukkan kepalanya dengan sebuah senyuman yang mampu meneduhkan hati yang sedang dipenuhi Amara. “Baiklah Tuan, maafkan kami sudah mengganggu waktu, Tuan.” Kata Hulli Zhing kembali melakukan sembah abdi. “Apakah kamu dan Suamimu mau ikut ke istanaku?” Drago memberikan undangan kepada Hulli Zhing dan juga Arya untuk berkunjung ke Istananya. “Kami tidak berani menolak ajakan Tuan.” Kata Hulli Zhing dengan masih dalam posisi sembah Abdi. “Baiklah bangkitlah, dan genggamlah tangan suamimu. Aku akan membawa kalian mengunjungi istanaku.” Hulli Zhing bangkit dengan mengajak Ardyan menggenggam kedua tangannya. Lalu, secara mengejutkan mereka sudah Be teleportasi ke sebuah ruangan yang tampak sangat mewah. Kursi-kursi dan juga perabotan yang ada di sana tampak terlapiskan emas. Bahkan, permadani yang di pakai juga tampak sangat mewah dan mahal. Terdapat juga, beberapa patung yang terbuat dari permata murni. “Tempat apa ini Ma? Kenapa semuanya tampak dilapisi oleh emas dan juga permata?” Ardyan tampaknya bingung karena ini kali pertama dia berkunjung ke tempat semewah ini. Ya Sedangkan, di ruangan lain Hulli Zhing dan Arya sedang dijamu dengan sangat baik oleh pelayan Drago. Semua makanan enak, buah-buahan, dan juga minuman tersedia di atas meja. Tidak lupa mereka berdua juga dijamu dengan suguhan tarian dari para Kelinci berwarna merah muda dan biru. Serta kupu-kupu yang beterbangan. “Ini luar biasa. Aku belum pernah mendapat sambutan yang seperti ini,” kata Arya sambil tertawa bahagia. “Dulu, aku selalu menikmati suguhan seperti ini setiap hari. Hingga, aku mengenal seorang manusia yang membuatku dibuang oleh pihak kerajaan.” Wajah Hulli Zhing tampak bersedih mengingat masa lalunya. “Aduh! Maaf Ma, gara-gara Papa semua yang harusnya Mama lupakan ....” Hulli Zhing menghentikan Arya melanjutkan kalimatnya. “Sttt!! Semuanya, sudah selesai tidak ada yang perlu disesali lagi Pa.” Hulli Zhing tersenyum yang menunjukkan bahwa dia sudah tidak apa-apa. Lalu, di tengah banyaknya makhluk yang menyambut kedatangan mereka. Hulli Zhing melihat seseorang yang sepertinya dia mengenalnya. “Kamu tunggu di sini sebentar ya, Pak,” kata Hulli Zhing sambil berdiri dari tempat duduknya. “Kamu mau ke mana Ma!” teriak Arya agar Hulli Zhing mendengarnya. Namun, Hulli Zhing tetap saja berjalan berbaur di tengah kerumunan. Arya akhirnya kembali duduk dan melanjutkan makannya, karena dia mengerti pasti Hulli Zhing melihat makhluk yang berasal dari klannya. Hulli Zhing terus mengikuti seorang gadis yang berparas cantik dengan telinga rubah putih yang muncul di kepalanya. “Heii tunggu!!” kata Hulli Zhing berusaha menghentikan langkah gadis itu. Namun, hal tersebut malah membuatnya lari dan meninggalkan Hulli Zhing di depan sebuah ruangan kosong yang tampak menyeramkan. “Ke mana dia?” Hulli Zhing tampak mencarinya di luar karena tadi dia menghilang di bagian taman bunga yang sangat luas dan indah. “Hei! Aku masih bisa merasakan kamu di sini keluarlah! Ini aku Hulli Zhing!” teriak Hulli Zhing di tengah taman bunga. Namun, sayang tidak ada jawaban dan tanda-tanda akan adanya makhluk lain. “Anda mencari siapa?” Tiba-tiba Wula dikagetkan dengan kedatangan Alen dari arah belakang. “A-ah tidak. Maaf jika saya sudah membuat keributan di sini.” Kata Hulli Zhing langsung membungkukkan badannya, pertanda bahwa dia menyesali perbuatannya. “Namanya Sinta! Dia berasal dari klan Anda 200 tahun yang lalu dia ditolong oleh Tuan Drago. Saat itu, dia hampir mati karena tertembak di bagian punggung oleh senjata beracun. Dia bercerita saat itu dirinya kabur dari kejaran prajurit kerajaan Rubah Putih.” Seketika, Hulli Zhing tampak lemas saat mendengar cerita dari Alen. “Shinta, kenapa kamu masih nekat melakukan itu?” Hulli Zhing meneteskan air mata dan terduduk tak berdaya. “Yang saya tahu, dia melakukan pemberontakan terhadap kerajaannya sendiri. Dengan, tujuan untuk mengembalikan kekuatan sang Kakak yang sudah diambil.” Alen tampaknya mengetahui banyak hal tentang kisah kerajaan dan juga para pengikutnya. “Itu benar Nona, dan sang Kakak yang tidak tahu diri itu adalah saya!” Hulli Zhing menundukkan wajahnya dengan derai air mata yang membasahi pipi. Seketika, Alen dibuat kaget mendengar kalimat yang diucapkan oleh Hulli Zhing. Dia tampak terdorong beberapa langkah. Lalu, menunduk dan memberikan hormat kepada Hulli Zhing. “Ampuni saya yang tidak mengenali Anda Nona Hulli Zhing.” Alen langsung tidak berani berdiri setelah tahu bahwa Hulli Zhing adalah bekas majikannya dulu. “Alen, saat ini aku bukanlah majikanmu lagi bangunlah. Sekarang, majikanmu adalah Tuan Drago dan Lisa,” kata Hulli Zhing dengan karisma yang penuh wibawa dan juga aura yang sangat positif. Dulu, Hulli Zhing memang selalu dikenal sebagai seorang Putri yang ramah dan juga memiliki karisma yang sangat baik. Segala, keputusan yang diambil oleh Hulli Zhing akan menjadi keberhasilan. Namun, saat dia diketahui kedua orang tuanya menjalin hubungan dengan manusia. Maka, dia pun diperlakukan lebih rendah dari pada Iblis Klan terendah! “Maafkan saya Nona.” Alen tetap saja menganggapnya majikan yang patut untuk disembah dan juga dijunjung tinggi. “Sudahlah Alen, saya tidak apa-apa. Yang saya inginkan saat ini adalah bertemu dengan Sinta.” Alen berdiri dari memberikan penghormatan kepada Hulli Zhing dengan cara membungkukkan badannya satu kali. “Saya tahu Sinta sekarang di mana. Mari, ikut dengan saya Nona.” Kata Alen mempersilahkan Hulli Zhing untuk mengikutinya. Mereka menaiki sebuah benda yang berbentuk Labu. Namun, memiliki sayap dan juga mata layaknya makhluk hidup. Setelah, mereka menaikinya Alen menarik tali yang terletak pada bagian bawah kaki mereka. Layaknya, menunggangi seekor Kuda cara Alen mengendalikannya menggunakan tali tersebut. Setelah, beberapa saat mereka tiba di sebuah Gua yang tampak terang benderang dengan pantulan cahaya berwarna biru menyala. “Kita sudah sampai Nona.” Alen mempersilahkan Hulli Zhing untuk turun. Dan mereka berdua berjalan memasuki Gua tersebut. Pada, mulut Gua mereka di sambut dengan tumbuhan merambat yang menumbuhkan bunga-bunga indah. Setelah, berjalan beberapa langkah makan akan di sambut dengan pemandangan yang menakjubkan. Terdapat, sebuah danau kecil dengan air biru yang menunjukkan dasar dari danau tersebut. Dinding Gua tersebut di lapisi marmer dan pada bagian atas danau ada sebuah lubang yang menganga. Membuat, cahaya matahari dapat masuk tepat mengenai air danau dan memantulkan cahaya Biru yang indah. Mereka memasuki lubang Gua yang kecil dan bertapa tidak disangka. Di balik Gua ini terdapat Pantai yang indah dengan pasir yang berwarna biru dan juga tumbuhan yang berwarna-warni. “Alen, seindah inikah teretorik yang dikuasai oleh Tuan Drago?” Hulli Zhing tampaknya sedikit terpukau akan keindahan yang terpampang nyata di hadapannya saat ini. “Benar Nona, dan Tuan sangat mencintai kepunyaannya. Beliau sangat tidak menyukai jika ada yang merusak apa pun keindahan yang sudah tercipta.” Alen menghirup udara segar pantai dan menghembuskan. Dia tersenyum ke arah Hulli Zhing. “Nona, inilah alasan saya betah berada di sini. Ditambah, Tuan tidak pernah bertindak arogan. Meskipun Beliau terlihat dingin dan tidak memiliki belas kasihan. Tapi, yang sebenarnya Tuan sangat lembut dan memiliki sisi romantis yang dalam.” Alen mengajak Hulli Zhing berjalan menyerupai pantai dan mereka berhenti di depan sebuah bangunan. “Sinta!” Alen berteriak memanggil nama Sinta. “Iya Al ....” Sinta menghentikan kalimatnya saat dia melihat Alen bersama dengan Hulli Zhing. Dia ingin berlari menghindari mereka. Namun, ternyata Hulli Zhing masih cekatan. Dia mampu menghentikan Sinta yang ingin kabur. “Kenapa kamu kabur dari Kakak?” Tanya Hulli Zhing yang matanya sudah mulai berkaca-kaca. Sinta tampak terdiam tidak menjawab pertanyaan Hulli Zhing. Dia menundukkan wajahnya tidak berani menatap langsung wajah sang Kakak yang sudah lama tidak ditemuinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD