“Aku ada bekal makan untuk kamu,” kata Panji memberikan kotak bekal seperti biasanya untuk sang kekasih. “Apakah Bang Panji gak lelah selalu menyiapkan bekal untukku?” tanya Kelana. “Gak kok. Di rumah setiap hari aku sarapan, jadi sekalian siapin bekal untuk kamu, karena kamu selalu saja gak sarapan kalau ke kantor,” jawab Panji tersenyum menatap wajah sang pujaan hati. Bagaimana ia bisa mengakhiri hubungannya dengan Panji jika Panji sebaik ini kepadanya. Sungguh, hal ini sulit untuk di lakukan, namun jika tidak melakukannya sekarang, Panji pasti akan selalu berharap dan sulit untuk menerima. “Kenapa diam saja?” tanya Panji. “Sebenarnya aku bawa bekal juga, Bang.” “Ya udah. Terima aja bekal ini, nanti dibagi sama Iza.” Panji memaksa Kelana menerima kotak bekal itu. Kelana mengangguk