Beberapa hari telah berlalu, Kelana bahagia sekali ketika mendengar perkataan Panji di taman belakang tempo hari, Panji mengatakan bahwa ia ingin lebih serius kepadanya dan mau membina hubungan halal dengannya, Kelana tentu saja bahagia karena ia tak perlu bersusah payah untuk menghindari hubungan yang tak Allah inginkan. Hubungan kekasih atau apa pun itu, jika menikah semua hal yang tak baik akan menjadi sesuatu yang menyenangkan, bangun pagi bersama, makan malam bersama, bahkan mandi bersama, hal itu terus dibayangkan oleh Kelana jika suatu saat nanti ia menikah dengan Panji. Ia manusia biasa yang bisa memikirkan itu semua. “Hei kamu kenapa?” tanya Iza menatap Kelana. “Kamu kesambet apaan? Kita udah duduk di sini dari tadi dan kamu belum mengatakan apa pun.” Kelana dan Iza duduk di sal