Mas Aryan menahan langkah saat menyadari adiknya berdiri tak jauh dariku. Apa yang ada di pikirannya sekarang, aku tidak tahu. "Mas!" Aku memanggil suamiku dengan begitu bersemangat dan mata berbinar selepas menyudahi acara menyiram bunga pagi ini. Membuat Dimas sedikit kaget dan buru-buru menjaga jarak dariku. "Udah mateng sarapannya?" tanya suamiku sedikit kaku sambil sesekali melirik pada adiknya saat melontarkan tanya padaku. "Udah," balasku seraya menampilkan selarik senyum padanya. Terserah Mas Aryan suka atau tidak, yang jelas, di depan Dimas, aku memang harus menunjukkan sikap manis pada suamiku. Aku tak mau lelaki pecicilan ini menganggapku lelah memperjuangkan cinta suami sendiri. "Masak apa, Sayang?" Panggilan sayang yang Mas Aryan lontarkan kali ini membuat Dimas ternganga.