Darahku serasa mendidih kala dia dengan lancang menyusurkan bibir di leherku. Bukankah ini sudah sangat keterlaluan? Bukankah ini sudah melampaui batas? Berani sekali dia! Apa dia pikir aku w**************n yang semudah itu bisa dia sentuh? Apa dia pikir aku gadis murahan yang dengan mudahnya dia lecehkan seperti ini? Aku membalikkan badan dengan napas memburu menahan rasa kesal yang kian membuncah dalam dadaku. Tanpa melihat-lihat dulu, dengan kekuatan penuh aku menampar orang yang secara kurang ajar telah berani memeluk dan mencium leherku pagi ini. Plak! "Jangan keterlaluan kamu, Dimas!" pekikku pasca menamparnya. Mataku membelalak dengan jantung yang berpacu lebih cepat saat menyadari ternyata aku sudah salah orang. Ya, aku sudah salah orang. "Mas Aryan?" Suaraku bergetar, semen