Bab 7... Perjalanan Cua...

1555 Words
Keberangkatan Cua, Dani dan Hartono ke Jogja.... Sudah hampir beberapa bulan Cua meniti kariernya sebagai team promosi di perusahaan Hartono. Kedekatan Cua dan Dani makin intens, walau lebih sering ribut. Kehadiran Cua dalam kehidupan Dani, merubah sudut pandang Dani menjadi wanita sangat sederhana, terus berkerja, menyelesaikan kuliah sesuai jadwal. Target yang diberikan Hartono juga mendekati 2,5 milyar. Sesuai keinginan Hartono. Jujur Hartono salut pada Cua dan Dani, mampu memberi yang terbaik untuk perusahaannya, tapi tidak dengan kecemburuan Dani terhadap Cua karena kedekatannya pada Randy. Randy memberi warna yang berbeda bagi Cua. Sebenarnya Dani tidak marah pada Cua untuk dekat dengan Randy, tapi ada perasaan tidak nyaman jika Cua dekat dengan siapapun. Bukan Randy saja. Ntah perasaan apa itu. Hanya Dani yang tau. "Om... Kita ketemu om Tio dimana.?" Tanya Cua saat turun dari pesawat. "Kamu hubungi Randy. Katakan kita sudah di Jogja." Perintah Hartono. "Jangan, biar gue aja yang hubungi Randy." Tolak Dani, merogoh hp dari kantong jacketnya. Panggilan tersambung. "Ran... Gue udah di Jogja." Tegas Dani. "Lo bareng Cua.?" Kekeh Randy. "Hmmm...." Sinis Dani sambil merangkul tubuh Cua yang imut. "Gue di kantor. Langsung ke kantor aja. Oke darling. See you." Randy menutup sambungan telfonnya. "Hmmmm..." Dani menghela nafas panjang. "Kamu kenapa.?" Tanya Cua penasaran. "Nggak apa-apa. Kita langsung ke kantor om Tio aja pi." Jelas Dani mengikuti langkah Hartono sambil terus merangkul tubuh Cua. Dalam perjalanan Cua menghubungi temannya Hery melalui pesan singkat wa. Hery anak pulau yang memilih kuliah di Jogja. Cua : "aku di Jogja." Hery : "ketemu dimana.? Kamu nginap dimana.?" Cua : "nanti aku kabarin aku dimana. Kalau sudah selesai urusanku kita jumpa. Oke." Hery : "oke." "Lo hubungi siapa.?" Tanya Dani sedikit kepo ala-ala abege. "Temen aku waktu SMA." Senyum Cua. "Cowok.?" Tanya Dani lagi. "Iya." Cua terkekeh. "Jangan buat gue marah yah." Sinis Dani. "Heeeeeh..." Wajah Cua berubah seketika, rasa tidak suka dengan sikap Dani yang sangat terlalu menurutnya. 'Gue normal kali... Iiiiigh.' batin Cua geram. Saat tiba di kantor Tio, Randy menyambut Hartono, Dani dan Cua sangat hangat. Apalagi saat bersalaman dengan Cua, sangat lama dan sengaja membuat Dani geram. "Udah deh... Lepasin. Jangan lama-lama." Sinis Dani. "Dari dulu kalian kayak tom and jery yah." Kekeh Tio menatap Hartono. "Apa kita nikahkan saja anak-anak kita Tio." Kekeh Hartono merangkul bahu Tio. "Lebih baik begitu." Kedua sahabat lama ini saling terbahak menatap tingkah anak-anak mereka. "Papi..." Rengek Dani memukul geram lengan Hartono. Mata Cua menatap Dani dan Randy. 'biar lebih aman, bagus di nikahkan.' Cua membatin. Hartono dan Tio makin suka menggoda putrinya. "Umur ku masih 19 yah Pi. Masih panjang dan aku masih sangat muda." Geram Dani meremas lengan Hartono seraya berbisik menegaskan dia tidak mau menikah muda. "Hmmm...." Hartono mencium puncak kepala putrinya. Memasuki ruangan Tio. Randy hanya terkekeh melihat salah tingkahnya Dani. Bagi Randy, Dani adalah penggemar beratnya dari dulu. Dari masa SMA. Masa yang tidak pernah dia lupakan. Saat dia mencium pipi Dani di awal sekolah. Karena ciuman itu Dani memilih pindah ke London, saat mengetahui status hubungan Randy memacari Luna. Dani merasa Randy mempermainkan perasaannya. 'Jika memang tidak suka, kenapa memperlakukan dia seperti menyukainya.' kata-kata itu yang terus terngiang di telinga Randy. Apalagi masa itu, masa transisi Dani pulih dari kekecewaan pada kedua orang tuanya. Sangat membingungkan masa itu. Masa-masa cinta SMA. **Nanti kita akan flashback hubungan Randy dan Dani.** Diruangan Tio, mereka membicarakan metode kerja sama bisnis mereka. Cua dan Dani berkali-kali memberi one point untuk persentasi mereka. "Bagaimana Tio.? Kita lanjutkan.?" Tanya Hartono sambil membuka kancing kemejanya. "Lanjutkan saja. Saya setuju perencanaan kalian. Masa transisi saya selaku partner hanya cukup 6 bulan. Selanjutnya saya serahkan kepada management kamu." Tio mengulurkan tangan pada Hartono, karena kerja sama mereka berjalan lancar. "Kita makan siang di restorant yang sudah saya reservasi. Kebetulan Nyonya, membuka makanan khas Jogja di Sleman." Tio menghubungi istrinya, agar mempersiapkan tempat untuk Hartono dan anak-anak mereka. Cua menatap Randy terus menggodanya. Memainkan rambutnya, merebut pulpen yang ada di tangan Cua. "Sana aaaagh... Jangan gangguin aku. Duduk sana deket Papa kamu." Bisik Cua pada Randy dengan wajah jutek. Dani hanya melirik gerak gerik godaan Randy pada Cua. "Galak amat. Anak perawan galak-galak ntar masuk got lhoo." Goda Randy sambil berbisik. "Heeeeemm... Biarin." Ejek Cua. "Kalian nggak akan terlibat cinta segitiga lagi kan.?" Sindir Tio menatap Dani dan Cua. Kerena melihat anaknya sangat intens saling menggoda kesal. "Haaaaah... Nggak om. Mas Randy emang suka banget isengin saya." Kesel Cua melapor pada Tio. "Jangan terlalu kesal, nanti cinta lhoo." Kekeh Tio menatap Hartono. "Ehmm... Hmmm... No coment om." Cua berpindah ke sofa dihadapan Dani dan Randy. Berdekatan dengan Hartono. Tio hanya tersenyum melihat tingkah Cua yang sangat salah tingkah. "Ran... Bawa keruangan kamu. Papi mau ngobrol serius sama om Hartono." Tegas Tio. "Oke pi. Yoook... Kita ke ruangan gue aja." Randy menarik kedua tangan anak perawan yang sangat menarik perhatiannya akhir-akhir ini. Saat tiba diruangan, Cua mendengus kesal. "Kamu tu emang begitu sama Papa kamu.?" Kesal Cua. "Ya iyalah. Emang kenapa.?" Kaget Randy akan sikap Cua. Dani hanya tersenyum melihat Cua yang tiba-tiba serba salah diperlakukan mesra oleh pria di depan orang tua. "Kita tuh yah, nggak begitu terlalu jaim sama orang tua. Yang penting kita menghormati mereka. Emang salah.?" Jelas Randy pada Cua. "Yaaaah... Hmmm. Terserah deh. Nggak ngerti aku." Cemberut Cua duduk di sofa bepangku tangan. "Heiii... Kamu makin cantik ngambek begini." Goda Randy. Mata Dani membulat seketika. Melihat Randy tengah bersimpuh dihadapan Cua. "Ehem... Gue keluar yah. Nggak enak mata gue." Sindir Dani. "Naaaah... Lo kenapa lagi.?" Randy menghampiri Dani menahan tangan Dani agar tidak keluar dari ruangan. Jujur Randy juga bingung pada perasaannya saat ini. Dia ingin menganggap Dani sebagai sahabat, tapi tidak bisa dilakukan karena pemikiran Dani sangat berbeda. Randy tidak ingin Dani kecewa untuk kedua kalinya. Tapi Randy juga tidak bisa menahan rasa sukanya perlahan berubah menjadi sayang pada Cua. Dilema. Randy menyukai Cua, tapi tidak mau Dani kecewa. Situasi sulit. Karena keduanya memiliki sifat yang sangat berbeda. Cua gadis polos apa adanya. Dani gadis jadi-jadian yang menyukai Cua dalam diam. 'Gue mesti gimana...??' batin Randy. "Sini duduk bareng. Lo mau minum apa.?" Pujuk Randy pada Dani. "Hmmm... Nggak usah, ntar lagi kan makan bareng kita." Jawab Dani sedikit ketus. "Udah dong... Jangan ngambek. Gue kan disini buat lo dan Cua juga. Buat kerjaan kita. Please jangan ngambek lagi." Mohon Randy pada Dani. Randy mengusap kepala Dani dan Cua yang duduk bersebelahan. Perlakuan Randy membuat kedua gadis ini merasakan perasaan yang berbeda. Cua makin berbunga-bunga. Dani juga makin gamon alias gagal move on. Randy mengalihkan pembicaraannya agar Dani mengubah stylenya menjadi wanita tulen. "What... Kamu minta aku jadi wanita kalem kayak Cua gini.?" Mata Dani menunjukkan ketidaksukaannya. "Sory... Gue nanya agak sedikit privasi. Sejak kapan lo jadi berubah seperti ini.? Jujur." Randi menatap lekat mata Dani. Dani terlihat gugup. Cua hanya memandang kearah Randy memberi tatapan yang berbicara melalui mata mereka. "Aku keluar aja mas. Biar aku nggak denger." Senyum Cua memilih berlalu. Takut jika Dani akan tidak nyaman dengan adanya Cua, atas pertanyaan Randy pada Dani. Randy membiarkan Cua meninggalkan mereka. Randy meminta Cua agar menunggu di kursi tamu yang sudah di persiapkan kantor om Tio. Saat kepergian Cua, Randy melanjutkan pertanyaannya. "Dan... Jawab gue jujur." Mohon Randy pada Dani. "Hmmm... Apaaan seeeh. Apa mesti gue jawab pertanyaan bodoh lo itu.?" Sinis Dani. "Setidaknya lo berubah semenjak lo di london Dan. Gue nggak mau, lo kecewa karena siapapun. Bisa kita bicara jujur.?" Tanya Randy. "Udah deh... Gue nggak bisa jawab sekarang. Jangan paksa gue." Rungut Dani menghindari tatapan mata Dani. "Apa ini karena Papi dan Mami.?" Tanya Randy tanpa memperdulikan wajah Dani yang mulai berubah. "Apa seeeh." Dani makin kesal. "Rahmadhani Widya Sukoco. Lo anak Pak Hartono Wijaya Sukoco. Jangan merubah kodrat lo. Apa ini karena kekecewaan lo.? Gimana kalau papi kita benar-benar menjodohkan kita.? Apa lo siap.?" Randy menatap serius mata Dani. "Ck..." Ada perasaan marah Dani pada semua pertanyaan Randy. "Jawab gue. Lo tuh sahabat gue Dan." Randy menggenggam jemari Dani sangat lembut. "Hmmm... Kalau kita di jodohkan lo mau nerima gue.?" Tanya Dani malas memandang Randy. "Heeeeiii... Gue bertanya sama lo. Bukan pertanyaan dijawab pertanyaan lagi dong Dan. Come on. Gue nanya lo. Kasih gue jawaban, agar gue bisa ngambil sikap." Tegas Randy. "Sikap apa.? Sikap lo untuk Cua.? Kenapa seeeh lo nggak pernah menganggap gue.? Kenapa lo lebih suka sama Cua.? Kenapa lo nggak pernah mau tau perasaan gue Ran." Dani menatap wajah Randy yang mulai memanas. "Jadi... Lo beneran cemburu ama Cua.?" Randy memeluk Dani. "Aaaagh... Jangan peluk-peluk. Dari dulu lo nggak pernah nunjukin gimana lo ke gue. Gue begini karena banyak hal. Gue nyaman begini." Ketus Dani. "Lo nyaman, tapi lo berubah.... Merubah semuanya." Tegas Randy menangkup pipi Dani. "Kenapa...??? Karena gue lebih ganteng dari lo kan.?" Senyum Dani dengan sinis. "Halloo... Heii... Lo masih tetap cewek tulen buat gue, nggak akan pernah bisa berubah jadi apapun. Kamu ngerti." Randy mencium kening Dani. Membuat tubuh Dani menjadi dingin atas perlakuan Randy. "Sebenarnya perasaan lo gimana seeeh ama gue Ran.? Gue nggak pernah dapat jawabannya sampai saat ini." Ketus Dani melepas tangan Randy dari wajahnya. "Hmmm... Seketika gue laper. Yuuuk... Kita makan dulu. Nanti kita lanjut lagi." Senyum Randy merangkul Dani. 'Gue sendiri bingung Dan. Maafin gue.' batin Randy. Randy membukakan pintu untuk Dani menghampiri Cua. Ternyata, Tio dan Hartono sudah menunggu Randy dan Dani. "Time to lunch..." tobe continue....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD