Wanita Paling Berharga

2453 Words
Ero mengendarai mobil sport-nya dengan kecepatan tinggi, sengaja tak ingin ditemani anak buahnya karena dia ingin menemui seseorang yang sudah sangat dia rindukan. Sudah hampir satu bulan dia belum menemui orang itu. Siapa lagi jika bukan kekasihnya, Franca yang berprofesi sebagai super model itu. Alasan mereka hampir sebulan tak bertemu karena Franca yang tengah pergi ke luar negeri demi kepentingan pekerjaannya, dan ternyata wanita itu sudah kembali ke Italia. Mobil mewah itu berhenti di depan sebuah gedung pencakar langit yang menjulang tinggi, salah satu apartemen elit yang berada di kota Roma, Italia. Setelah memarkirkan mobil dengan apik, Ero pun melenggang santai memasuki apartemen tersebut. Dia menaiki lift yang akan mengantarkannya ke lantai 25 di mana di sanalah apartemen sang kekasih berada. Sebenarnya itu apartemen yang Ero belikan untuk sang pujaan hati. Begitu tiba di depan pintu apartemen Franca, Ero memasukan beberapa angka yang merupakan password untuk bisa membuka pintu, tentu dia sangat hafal password itu karena dirinya sendiri yang membuatnya kala itu. Begitu pintu terbuka, yang menyambut Ero pertama kali adalah Franca yang sedang berdiri sambil bertolak pinggang dengan angkuh, tatapannya menghunus tajam dengan wajah yang memerah karena amarah. “Datang juga kau akhirnya.” Ero tak menanggapi ucapan Franca yang bernada ketus dan sinis itu, dia menghampirinya dan berniat mencium bibirnya, tapi Franca dengan cepat menghindar sehingga ciuman yang awalnya berniat mendarat di bibir, menjadi mendarat di pipi mulus wanita itu. Ero terkekeh, dia sudah terbiasa menghadapi sifat Franca yang seperti ini jika sedang merajuk, toh sudah bertahun-tahun mereka menjalin hubungan asmara. “Kau marah?” “Menurutmu?” Franca memutar bola mata. “Mana mungkin tidak ada orang yang marah jika saat dirinya bekerja, kekasihnya malah menikahi wanita lain di belakangnya. Semua wanita juga akan marah jika diperlakukan seperti itu, Ero.” Alih-alih meminta maaf, Ero justru tersenyum tipis melihat Franca yang tengah meluapkan amarahnya secara terang-terangan. “Kau ini b******k, ya. Kenapa tiba-tiba menikahi seorang wanita tanpa mengatakan apa pun padaku, hah?!” “Jawabannya seharusnya kau sudah tahu pasti. Aku melakukan ini untuk memenuhi syarat dari ayahku jika aku ingin diresmikan sebagai penerus keluarga Romanov. Aku sudah mengatakannya berkali-kali padamu, Franca. Ayahku menyuruhku untuk cepat menikah dan memberikan cucu laki-laki padanya. Walau bagaimana pun calon pemimpin keluarga Romanov yang baru harus memiliki keturunan anak laki-laki agar keluarga ini terus berlanjut dan tidak kehilangan penerus. Aku sudah melamarmu berulang kali, tapi kau selalu menolak karena lebih mementingkan karir modelmu, jadi sekarang jangan salahkan aku jika aku nekat menikahi wanita lain karena sampai kapan pun aku tidak akan pernah membiarkan posisi penerus keluarga Romanov diserahkan pada orang lain, terlebih pada Enzio.” Franca mengembuskan napas pelan, benar dia memang mengetahui masalah yang kerap kali dihadapai oleh Ero. Pria itu juga sudah berulang kali melamarnya dan berulang kali pula dia menolaknya karena karir modelnya sedang naik daun, tak mungkin dia melepaskan karirnya karena menikahi Ero. Namun, melihat pria itu kini menikahi wanita lain tanpa sepengetahuannya, tentu saja Franca tetap merasakan sakit di hatinya. Dia tak rela, dia tak terima berbagi Ero dengan wanita lain. Apalagi jika wanita itu sampai melahirkan keturunan Ero. “Apa tidak bisa ayahmu itu menunggu hingga aku siap menikah denganmu?” Ero mendengus keras. “Jika ayahku masih mau menunggu, mana mungkin aku sampai melakukan tindakan nekat begini dengan menikahi wanita yang tidak jelas asal usulnya.” Franca memicingkan mata, tampaknya mulai tertarik pada pembahasan ini karena dia ingin mengetahui siapa wanita yang sudah berani mengambil Ero darinya. “Memangnya siapa wanita itu?” Ero mengangkat kedua bahu. “Entahlah, yang kutahu dia itu seorang pencuri.” “Pencuri?” Satu alis Franca terangkat naik. “Maksudnya istrimu itu seorang pencuri yang suka mencuri barang atau uang orang lain?” Ero mengangguk. “Ya, aku juga bisa bertemu dengannya ketika dia menyusup masuk ke mansionku untuk mencuri. Dia pikir mansionku mudah untuk dimasuki, tanpa dia ketahui banyak kamera CCTV tersembunyi yang dipasang di setiap sudut mansion, tentu saja penyusup sepertinya akan mudah tertangkap.” “Ya ampun, Ero, jadi kau menikahi seorang pencuri? Aku tidak percaya ini.” “Ya, karena aku pikir bisa memanfaatkannya demi kepentingan untuk mengabulkan syarat dari ayahku.” Franca pun berdecak seraya melipat kedua tangan di depan d**a. “Tapi kenapa bisa dia bersedia menikah denganmu? Jangan bilang kau mengancamnya?” Ero pun menyeringai lebar karena tebakan Franca tepat adanya, wanita itu memang selalu memahami dirinya. “Ya, aku mengancamnya.” “Kau mengancam akan membunuhnya jika dia menolak?” “Bukan membunuhnya, melainkan membunuh kekasihnya karena dia melakukan penyusupan ini berdua dengan kekasihnya. Sekarang aku menyandera kekasihnya itu, jika dia tidak ingin kekasihnya mati maka …” “Dia harus menikah denganmu dan melahirkan anak laki-laki untukmu. Benar?” “Cerdas,” sahut Ero tampak puas karena dia tak perlu repot-repot menjelaskan, Franca sudah bisa menebak sendiri rencananya. “Kau ini memang licik, ya?” “Selama aku bisa mendapatkan semua yang kumau, aku tidak peduli walau harus bertindak licik atau curang sekalipun.” “Hah, tapi walau sekarang kau menikahi pencuri itu karena demi memenuhi syarat dari ayahmu, bagaimana jika nanti kau sampai jatuh cinta padanya?” Detik itu juga Ero tertawa terbahak-bahak. “Itu mustahil. Bagaimana mungkin aku akan jatuh cinta padanya, dia itu jelas bukan tipeku. Aku hanya memanfaatkannya, Franca. Jika nanti dia sudah melahirkan anak laki-laki untukku, aku akan menyingkirkannya.” “Kau akan membunuhnya?” Ero tersenyum miring. “Tergantung bagaimana sikapnya selama menjadi istriku. Jika dia menurut maka aku akan melepaskannya dan membiarkan dia hidup bebas di luar sana, tapi sebaliknya jika dia menyebalkan dan sering membuatku kesal maka …” Ero membuat gerakan mengiris lehernya sendiri dengan telapak tangan. “… aku akan membunuhnya dengan tanganku sendiri.” “Walau dia sudah melahirkan anak laki-laki untukmu, kau tetap akan membunuhnya?” “Ya, karena aku tak akan pernah memaafkan orang yang sudah membuatku jengkel dan marah.” “Kau ini memang mengerikan. Terkadang aku takut suatu hari nanti kau juga akan membunuhku.” Sekali lagi Ero tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan sang kekasih. “Jangan bicara melantur begitu, Sayang. Pengecualian untukmu. Mana mungkin aku bisa membunuhmu karena di dunia ini hanya kau satu-satunya wanita yang kucintai dan kuharapkan bisa menjadi istriku di masa depan.” Melihat Franca sudah kembali tersenyum dan tidak lagi memasang raut masam dan sinis di wajahnya, Ero pun menghampiri. Dia memeluk wanita itu erat dan mendaratkan ciuman lembut di keningnya. “Aku sangat merindukanmu.” “Aku juga. Maaf, ya, aku lama pergi karena pekerjaanku banyak.” “Tidak masalah selama kau menikmati pekerjaanmu itu, aku akan selalu mendukung.” Franca pun balas memeluk Ero dan membenamkan kepalanya di d**a bidang pria itu. “Walau kau bilang tidak akan mencintai si pencuri itu, tapi aku tetap saja takut.” Ero mengusap-usap lembut rambut panjang Franca yang dibiarkan tergerai dengan cantik. “Apa yang kau takutkan, hm?” “Bagaimana kalau kau sampai jatuh cinta padanya karena setiap hari kau bertemu dengannya? Kau juga pasti sering menghabiskan waktu dengannya dan yang paling menyebalkan kalian akan sering melakukan hubungan intim agar wanita pencuri itu bisa cepat mengandung anakmu.” “Jangan berpikir yang aneh-aneh, sudah kubilang tidak mungkin jatuh cinta padanya karena dia bukan tipeku. Lagi pula aku sudah memilikimu, bodoh sekali jika aku meninggalkanmu karena wanita rendah sekelas Fella.” “Namanya Fella?” Ero mengangguk. “Ya, Fella Donna Filippa.” “Huh, bukankah namanya berubah menjadi Fella Romanov karena dia itu istrimu sekarang?” Ero mendengus karena tersirat nada cemburu dalam suara Franca. “Hanya sementara dia menyandang nama keluargaku karena setelah dia selesai menjalankan tugasnya yaitu melahirkan anak laki-laki untukku maka kami akan segera bercerai.” “Dan setelah itu kau akan menikahiku, kan?” “Tentu saja,” sahut Ero tanpa ragu. “Kau kelak akan menjadi istriku dan juga ibu dari anak-anakku.” Franca mengembuskan napas pelan. “Ya, kau jangan khawatir karena kelak aku akan membesarkan anakmu dengan wanita itu, akan kuanggap dia seperti anakku sendiri.” “Terima kasih, Sayang. Kau memang yang terbaik.” Ero dan Franca pun berciuman bibir, awalnya hanya ciuman ringan hingga berubah menjadi penuh tuntutan. Lumatan demi lumatan terjadi sehingga yang terdengar di ruangan itu hanya suara kecapan khas pasangan yang sedang b******u mesra penuh gairah. Ciuman mereka baru terlepas setelah pasokan udara di dalam paru-paru mereka terasa menipis. “Ero, ada satu hal lagi yang mengganjal pikiranku.” “Apa itu?” tanya Ero penasaran. “Karena sekarang kau sudah menikah, artinya aku tidak bisa bebas main ke mansionmu. Aku juga tidak bisa secara terang-terangan berjalan denganmu di depan publik.” Ero mengulum senyum mendengar pemikiran Franca yang menurutnya berlebihan. “Tentu saja tidak seperti itu. Kau bebas datang ke mansionku kapan pun kau mau. Seperti dulu kau bebas ke sana tanpa perlu merasa sungkan hanya karena aku sudah menikah.” “Tapi nanti aku akan bertemu dengan istrimu.” “Memangnya kenapa kalau kau bertemu dengan dia?” “Nanti dia mengusirku,” rajuk Franca seraya memainkan kancing kemeja yang dikenakan Ero. “Huh, mana mungkin dia berani mengusirmu. Jika dia berani bersikap kasar padamu maka aku tidak akan segan-segan memberinya hukuman yang setimpal. Yang akan menjadi nyonya di mansionku hanya kau, sedangkan Fella … walaupun statusnya sebagai istriku tapi tetap saja dia hanya seorang budak.” Franca tersenyum penuh arti. “Artinya aku juga boleh kan memperlakukannya seperti b***k jika main ke mansionmu?” “Tentu saja. Kau bebas memperlakukannya sesukamu.” “Ah, Sayang, terima kasih. Aku lega mendengarnya. Sekarang aku tidak mengkhawatirkan apa pun lagi.” Ero mendengus pelan. “Memang seharusnya begitu karena sampai kapan pun tidak akan pernah ada wanita yang bisa menggantikan posisimu.” Setelah itu, entah siapa yang memulainya karena ciuman mereka kembali berlanjut, lebih dalam dan panas dibandingkan sebelumnya. *** Fella tak tahu sudah berapa lama dia meringkuk di tempat tidur masih dalam kondisi tubuhnya yang telanjang, dia hanya menggunakan selimut untuk menutupi tubuhnya tersebut. Air mata masih berjatuhan walau tak sederas sebelumnya, bayangan kejadian semalam di mana dia dan Ero melakukan hubungan intim terus terngiang di kepalanya. Kini Fella merasa bersalah pada Diego karena merasa telah mengkhianati kekasihnya. Fella yang masih sibuk melamun, seketika menoleh ke arah pintu begitu mendengar suara pintu yang terbuka. Ternyata itu seorang pelayan yang baru saja masuk sambil membawa pakaian baru. “Permisi, maaf mengganggu. Saya datang ke sini untuk memberikan pakaian ini untuk anda. Tuan Maverick yang memberikannya untuk anda kenakan.” Fella tertegun, dia tahu persis siapa orang bernama Maverick ini, tidak lain merupakan kaki tangan sekaligus orang kepercayaan Ero yang sudah pria itu anggap seperti ayahnya sendiri. Ternyata pria paruh baya itu sangat baik dan perhatian karena ingat untuk membawakan pakaian ganti untuk Fella. “Iya, terima kasih,” sahut Fella dengan suara serak karena terlalu banyak menangis. “Jika anda sudah membersihkan diri, anda diminta untuk keluar karena semua orang sudah menunggu anda.” “Menungguku?” Sang pelayan mengangguk. “Ya, menunggu anda untuk mengantar anda berbelanja. Tuan Ero yang memerintahkan mereka untuk mengantar anda pergi ke pusat perbelanjaan.” Fella mengembuskan napas lelah, benar juga tadi sebelum meninggalkannya, Ero memang berkata demikian. Menyuruhnya untuk berbelanja sebanyak mungkin pakaian dan semua kebutuhannya. “Apa ada yang anda butuhkan?” tanya sang pelayan masih berdiri di tempat karena dia ditugaskan untuk melayani Fella. Fella pun menggelengkan kepala. “Tidak. Aku tidak membutuhkan apa pun. Terima kasih.” “Baik. Kalau begitu saya permisi.” Setelah mendapat anggukan dari Fella, pelayan itu pun melenggang pergi dari kamar. Sedangkan Fella kini beranjak bangun dari ranjang, dengan malas dia pergi menuju kamar mandi yang berada di kamar itu. Dia lantas membersihkan diri. Fella kini berdiri di bawah guyuran air shower yang terasa menyegarkan saat menerpa tubuhnya yang lengket karena berkeringat semalam. Cukup lama membiarkan tubuhnya diguyur oleh air yang dingin, Fella beranjak menjauh setelah merasakan tubuhnya mulai kedinginan. Kini Fella berdiri di depan wastafel di mana ada cermin berukuran besar dipasang di sana. “Ck, pria b******k. Dia meninggalkan jejak banyak sekali di leherku,” gerutu Fella kesal begitu melihat di lehernya banyak tanda kemerahan karena ulah Ero. Berusaha menghilangkan tanda merah itu menggunakan sabun, sayangnya usaha Fella sia-sia karena tanda kemerahan itu tetap terlihat jelas. Fella mulai frustrasi hingga dia pun memutuskan untuk berhenti membersihkan dan tak peduli lagi dengan tanda itu, yang sebenarnya jika dibiarkan akan menghilang dengan sendirinya. Fella hanya tak tahan melihat tanda merah itu karena setiap melihatnya dia jadi teringat pada tindakan Ero yang begitu brutal dan kasar menghisap lehernya sehingga tanda-tanda merah itu tercipta. Fella kini sudah menyelesaikan kegiatan mandinya. Dia pun mengenakan pakaian pemberian Maverick yang dibawakan pelayan tadi. Fella tampil cantik saat mengenakan pakaian sederhana, tapi tampak elegan itu. Setelah memastikan penampilannya sempurna, Fella pun keluar meninggalkan kamar, dan benar saja … dia dibuat tersentak kaget ketika menemukan ada dua orang anak buah Ero yang sudah menunggunya di depan pintu kamar. “Anda sudah siap untuk berangkat, Nyonya?” tanya salah satu dari dua pria itu. Tentu Fella memahami maksud pertanyaannya, tidak lain menanyakan dia yang sudah siap berangkat menuju ke pusat perbelanjaan untuk berbelanja. Kepala Fella pun terangguk. “Ya, aku sudah siap.” “Baik. Kalau begitu mari kita berangkat.” Fella tak mengatakan apa pun, tapi dia menurut karena kini dia sedang berjalan mengikuti kedua pria itu yang berjalan di depannya. Setibanya di luar mansion, dua buah mobil sudah disiapkan karena akan mengantar Fella menuju pusat perbelanjaan. Fella menempati mobil yang terparkir di depan, duduk di kursi belakang, dia hanya ditemani pengemudi yang sudah siap melajukan mobil itu. Lalu satu mobil di belakang berisi dua pria tadi. Mereka ditugaskan untuk mengawal dan memastikan keselamatan Fella. Kedua mobil itu pun melaju menuju pusat perbelanjaan. Di sepanjang jalan, Fella hanya melamun sambil menatap kesepuluh jemarinya yang saling meremas di atas pangkuan, hingga tanpa sadar mereka tiba di pusat perbelanjaan. Fella pikir begitu tiba di tempat tujuan, dirinya akan dibiarkan pergi bebas seorang diri, membeli semua barang yang dia inginkan menggunakan kartu yang diberikan Ero, tapi yang terjadi di luar perkiraannya karena kedua pria tadi rupanya ikut turun dari mobil dan mengikuti Fella ke mana pun wanita itu melangkah. Melihat hal ini Fella semakin sadar bahwa dirinya memang tak akan pernah mendapatkan lagi kebebasannya karena ke mana pun dia pergi, dia berada dalam pengawasan Ero melalui anak buahnya. Mencoba mengabaikan keberadaan dua anak buah Ero yang terus mengikutinya, Fella yang sudah berada di dalam pusat perbelanjaan kini berhenti di depan sebuah toko pakaian. Ada pakaian yang menarik minatnya. Ketika dia berminat untuk menanyakan harga pakaian yang dipasang pada patung manikin …. “Hai, Fella, kan?” Sebuah suara tiba-tiba terdengar dari arah samping kiri. Ketika dia menoleh ke arah sumber suara, seketika kedua mata Fella melebar sempurna. Kenapa bisa dia bertemu dengan orang itu di sini?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD