Nasihat Sophia

2168 Words
"Ah, ternyata memang benar Fella. Aku ingin menegur, tapi takut salah orang. Untunglah memang benar kau, aku tidak salah mengenali." Fella meringis mendengar ucapan sosok wanita cantik nan anggun yang dia ketahui merupakan istri dari adik Ero, yang sekarang pun telah menjadi adik iparnya, Sophia. Mereka baru berkenalan kemarin saat pesta pernikahan berlangsung, tak disangka mereka kembali bertemu secara tak sengaja di pusat perbelanjaan itu. "Hai, Sophia. Apa kau juga sedang berbelanja di sini?" Fella bertanya demikian, tetapi tatapan matanya tertuju pada dua pria yang berjaga di belakang Sophia, tentu saja mereka anak buah Enzio yang ditugaskan untuk mengawal sang istri demi menjaga keselamatannya. Kedua pengawal itu kini saling melempar tatapan tajam dengan kedua pengawal yang berjaga di belakang Fella. Tentu saja karena biasanya mereka bertemu sebagai musuh. "Ya, begitulah. Aku bosan di rumah karena itu refreshing sebentar dengan berbelanja di sini," jawab Sophia ramah. "Lalu di mana anakmu? Mario kan namanya?" "Ya, namanya Mario. Dia tidak ikut karena aku titipkan bersama ibuku. Kau tahu terkadang wanita seperti kita membutuhkan waktu sendiri untuk bersenang-senang. Membawa anak hanya akan mengganggu. Oh, ya, di mana Ero? Kau tidak pergi ke sini bersamanya?" Fella pun menggelengkan kepala karena memang dia tak datang ke pusat perbelanjaan itu bersama Ero. "Dia tidak ikut bersamaku." "Huh, padahal kalian ini kan pengantin baru, kenapa malah tidak bersama-sama? Lalu apa rencanamu sekarang?" "Ero menyuruhku untuk membeli pakaian dan beberapa perlengkapanku yang lain karena itu aku ke sini." "Wow, apa dia menyuruhmu berbelanja sepuasnya?" "Kurasa ya karena dia memberiku kartu yang bisa kugunakan untuk membeli benda apa pun yang aku inginkan." Sophia pun bersiul. "Ini menakjubkan dan luar biasa. Tak kusangka Ero sebaik itu pada istrinya. Apa kau butuh bantuanku untuk memilihkan pakaian untukmu?" "Memangnya kau tidak sedang sibuk?" Sophia menggelengkan Kepala. "Tidak sama sekali. Aku memiliki banyak waktu luang hari ini. Jadi bagaimana? Mau aku temani belanja?" Fella pikir dia memang membutuhkan bantuan Sophia karena walau bagaimana pun dia tidak pernah belanja sebanyak itu, dia bingung pakaian apa saja yang harus dipilihnya. Tawaran Sophia itu seperti bantuan tak terduga baginya dan tentu saja Fella tak akan menolaknya karena memang membutuhkan bantuan wanita itu. "Jika kau tidak keberatan, baiklah. Tolong temani aku memilih pakaian dan kebutuhanku yang lain ya karena sepertinya aku memang membutuhkan saran dan pendapatmu." Sophia mengangkat dua jarinya membentuk kata OK. "Baiklah. Ayo berangkat. Aku akan mengajakmu ke butik langgananku." Fella mengangguk antusias. Dia senang karena pertemuan dengan Sophia ini bagaikan keberuntungan baginya. Mereka kini berjalan beriringan bersama para pengawal mereka yang mengikuti di belakang. Kruuk! Hingga tiba-tiba suara memalukan itu terdengar, seketika mereka menghentikan langkah. Fella menyengir lebar saat Sophia menoleh padanya karena menyadari suara memalukan khas perut yang keroncongan itu berasal dari perut Fella. "Kau lapar?" tanya Sophia. "Ya, begitulah. Maaf ya, aku sebenarnya belum makan apa pun sejak semalam." "Ya ampun, pantas saja perutmu sampai bunyi begitu. Ya sudah kalau begitu, kita makan dulu saja sebelum mulai belanja. Ayo kuajak kau makan di restoran favoritku yang ada di tempat ini." Fella mengangguk setuju, dia lalu mengikuti ke mana pun Shopia membawanya pergi, hingga langkah mereka berhenti tepat di depan sebuah restoran. Tanpa ragu mereka memasuki restoran elit itu dan menempati salah satu meja. Tentu saja keempat pengawal mereka tidak ikut masuk karena mereka kini sedang menunggu di depan restoran, mereka tak ingin mengganggu acara makan santai majikan masing-masing. "Hah, akhirnya kita bisa bebas juga dari para pengawal itu. Aku saja yang sudah lama selalu ditemani ke mana pun pergi oleh pengawal merasa risih dan tidak nyaman, apalagi kau yang baru mengalaminya sekarang. Kau juga pasti tidak nyaman, kan?" tanya Sophia di tengah-tengah kesibukannya yang sedang menyantap makanan. Fella mengangguk setuju karena dia pun merasakan hal yang sama dengan Sophia. Dulu sebelum dirinya terlibat dengan Ero, dia selalu hidup bebas. Tak pernah ada yang melarang atau mengikuti ke mana pun dia pergi. Namun, sekarang jangankan di dalam mansion, di luar mansion pun Fella telah kehilangan kebebasannya karena ke mana pun dia pergi maka pengawal akan selalu mengikuti dan mengawasinya. Hah, rasanya dia merindukan kebebasannya. "Ngomong-ngomong Fella, kau dan Ero tidak pergi berbulan madu? Padahal kalian baru menikah kemarin seharusnya hari ini kalian sedang menikmati kebersamaan dengan pergi berbulan madu." Dengan cepat Fella menanggapi dengan gelengan kepala. "Mana mungkin kami pergi berbulan madu, pernikahan kami tidak seperti pernikahan pasangan pada umumnya." Mendengar jawaban Fella, terlihat jelas rasa penasaran Sophia mulai naik ke permukaan. "Memangnya kenapa? Sebenarnya aku heran dengan pernikahan Ero yang mendadak ini, terlebih …" Sophia menjeda sejenak ucapannya sebelum dia pun berdeham pelan. "... maaf mengatakan ini tapi setahuku dia sudah memiliki kekasih, dan kekasihnya bukan kau." "Aku memang bukan kekasih Ero dan tidak pernah menjalin hubungan apa pun dengannya, apalagi hubungan asmara. Pernikahanku dengan Ero tidak lebih dari sebuah perjanjian dan kesepakatan." Sophia melebarkan mata, tampak terkejut. "Benarkah itu? Memangnya kesepakatan apa yang kalian buat sampai kau bersedia menikah dengannya?" Seolah mempercayai Sophia sepenuh hatinya, Fella pun menceritakan semuanya pada wanita itu tanpa ada satu pun yang ditutupi. Dimulai dari dia yang tertangkap basah menyusup masuk ke mansion Ero untuk mencuri, dirinya dan sang kekasih yang diancam akan dibunuh jika menolak persyaratan dari Ero hingga puncaknya pernikahan kontrak ini terpaksa dilakukan demi menyelamatkan nyawa Diego yang dijadikan sandera. Selama Fella bercerita, Sophia tak mengatakan apa pun, wanita itu mendengarkan dengan seksama tanpa sedikit pun menyela. "Hm, begitu ya. Sudah kuduga alasan Ero menikah secara mendadak karena demi memenuhi syarat dari ayah jika dia ingin diresmikan menjadi calon kepala keluarga Romanov yang baru, tapi aku tidak menyangka dia sampai bertindak senekat ini. Dia mengancammu dan menyandera kekasihmu. Kau pasti sangat menderita, Fella," ucap Sophia begitu Fella menyelesaikan ceritanya. Fella tak sanggup lagi menahan kesedihan sehingga air matanya pun mulai berjatuhan. Melihat hal itu, dengan sigap Sophia memberikan tissue untuk Fella menyeka air matanya. "Maaf, ya. Aku jadi menangis begini." Sophia menggelengkan kepala. "Tidak apa-apa. Menangislah jika dengan begitu bisa membuatmu sedikit tenang. Lagi pula mengungkapkan kesedihan dengan air mata jauh lebih baik dibandingkan kau memendamnya dalam hati." Fella tersenyum, lega karena akhirnya menemukan seseorang yang bisa dia ajak bicara dan berkeluh kesah, dia bersyukur karena mengenal Sophia. "Ero memang keterlaluan. Dia selalu ketakutan posisi penerus keluarga Romanov akan diambil oleh Enzio." Karena Sophia tiba-tiba membahas ini dan menyebut nama suaminya, seketika rasa penasaran muncul di benak Fella dan merasa dia harus menanyakannya sekarang juga. "Sophia, Memangnya benar suamimu mengincar posisi penerus keluarga Romanov juga?" Ditanya seperti itu, Sophia tiba-tiba mengembuskan napas pelan. "Awalnya tidak. Enzio sadar posisi itu hanya untuk Ero mengingat dia merupakan anak tertua dari ayah. Enzio selalu mendukung Ero yang akan menggantikan posisi ayah kelak, tapi Ero selalu berpikir buruk pada adiknya sendiri dan menuduh yang tidak-tidak. Hanya karena ayah memberikan cabang perusahaan yang awalnya milik Ero pada Enzio. Perusahan cabang itu berkembang pesat setelah dipimpin oleh Enzio, tidak seperti saat dipimpin Ero. Ero menjadi iri karena hal itu. Apalagi saat ayah dan ibu selalu membanggakan Enzio karena keberhasilannya memimpin perusahaan, Ero sepertinya sangat marah dan tidak suka pada keberhasilan Enzio. Sejak saat itu dia selalu memusuhi Enzio, berpikir dia akan merebut juga posisi penerus keluarga Romanov darinya. Padahal Enzio tidak pernah memiliki niat begitu." "Artinya Ero salah paham selama ini?" tanya Fella tampak syok. "Ya, awalnya dia hanya salah paham. Tapi lambat laun suamiku juga kesal dan tak terima terus dituduh yang tidak-tidak dan dimusuhi oleh Ero. Karena itu dia berubah pikiran sekarang." "Berubah pikiran? Maksudnya sekarang suamimu memang mengincar posisi penerus keluarga Romanov juga?" Sophia mengembuskan napas lelah seraya mengangguk lesu. "Ya, begitulah. Karena sakit hati pada sikap kasar Ero dan tuduhannya yang tidak benar, Enzio jadi berubah pikiran dan ingin melakukan seperti yang dituduhkan Ero padanya. Dia sekarang bertekad untuk mengambil posisi penerus keluarga Romanov dari Ero." "Ini mengerikan. Bukankah ini artinya kedua saudara itu akan selalu bertengkar dan bermusuhan?" "Ya, begitulah. Aku lelah menghadapi mereka berdua. Selalu ingin membuat mereka berdamai lagi, tapi sepertinya itu mustahil. Mereka akan selalu bermusuhan sampai ayah menobatkan salah satu di antara mereka menjadi penggantinya kelak." Fella tak mengatakan apa pun karena awalnya dia tak tahu ternyata serumit itu hidup di kalangan keluarga mafia. "Fella, tentang pertemuan dan perbincangan kita hari ini sebaiknya kita rahasiakan dari suami kita karena jika mereka sampai tahu kita berdua bertemu dan berbincang di sini, mungkin mereka akan marah." Fella meringis karena dia pun sependapat dengan Sophia, Ero pasti marah besar jika mengetahui kebersamannya dengan Sophia." Ya, tenang saja. Aku tidak akan menceritakan apa pun pada Ero tentang pertemuan kita ini. " "Bagus. Aku juga tidak akan menceritakan apa pun pada Enzio." Sophia mengulas senyum di akhir ucapan. "Aku harap semua bisa cepat diselesaikan dengan baik. Ero dan Enzio bisa mengakhiri permusuhan mereka dan kau … aku tulus berdoa untukmu semoga kau dan kekasihmu yang sedang disandera oleh Ero bisa selamat dan cepat bebas kembali." Fella tersenyum miris. "Terima kasih untuk doanya, Sophia. Tapi masalahku dan kekasihku baru bisa selesai jika aku sudah memenuhi tugasku yaitu melahirkan anak laki-laki untuk Ero. Semoga ini bisa cepat terwujud agar aku tidak perlu berurusan lagi dengan Ero." "Fel, boleh aku bertanya sesuatu?" Ekspresi wajah Sophia tampak serius sangat bertanya ini. Fella mengangguk. "Ya, tentu saja boleh. Apa yang ingin kau tanyakan?" "Tentang kau yang berencana pergi dari hidup Ero setelah melahirkan anak laki-laki untuknya. Apa benar kelak kau sanggup meninggalkan anak yang kau lahirkan? Karena dari pengalamanku yang sudah menjadi seorang ibu, rasanya berat kehilangan anak yang telah kau kandung selama sembilan bulan dan kau lahirkan dengan mempertaruhkan nyawamu. Sungguh itu menyakitkan jika harus berpisah dengan anak kandung. Kau yakin sanggup melakukannya? " Fella pun terdiam seribu bahasa karena dia tak tahu harus menjawab apa. Saat ini dia memang sangat yakin untuk meninggalkan Ero setelah melahirkan anak laki-laki untuknya, tapi bagaimana perasaannya nanti saat harus berpisah dengan anak yang dia lahirkan, Fella belum memikirkan sampai ke sana dan ucapan Sophia barusan menyadarkannya tentang hal itu. Menyadari kediaman Fella karena pertanyaannya, Sophia bergegas meralat ucapannya, "Tapi sudahlah, tidak perlu dipikirkan sekarang karena kita tidak ada yang mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan nanti. Lebih baik kau menjalankan apa yang harus kau jalankan sekarang, tentang masa depan nanti, kita hanya bisa menjalaninya. Benar, bukan? " Fella tak mengeluarkan suara, tapi kepalanya terangguk beberapa kali tanda dia menyetujui perkataan Sophia tersebut. "Ayo habiskan makananmu, Fel. Setelah ini kita harus berbelanja, kan? Jangan terlalu lama di sini atau suami kita akan mengamuk ketika kita tidak ada di mansion saat mereka pulang." "Ah, ya, kau benar juga." Mereka berdua pun tak mengatakan apa pun lagi dan menyibukkan diri dengan makanan masing-masing. Setelah mereka selesai makan, mereka pun pergi dari restoran tersebut. Seperti rencana awal mereka, mereka kini mendatangi salah satu butik yang merupakan langganan Sophia jika berbelanja. Di butik yang terbilang elit dan hanya orang-orang dari kalangan atas yang berbelanja di saja, Fella dan Sophia mulai memilih-milih pakaian yang akan dibeli oleh Fella. Dengan cekatan Sophia memilihkan banyak pakaian utnuk Fella, di saat Fella sendiri kebingungan menentukan pakaian yang harus dia beli. Walau bagaimana pun selama ini Fella selalu tampil apa adanya dan sederhana karena itu di saat dia harus berbelanja pakaian mewah, Fella benar-benar tak paham sedikit pun. Lagi-lagi Fella sangat bersyukur karena tanpa sengaja bertemu dengan Sophia di pusat perbelanjaan itu sehingga dia bisa meminta bantuan padanya. "Coba kau kenakan pakaian-pakaian ini. Kita lihat apa cocok di tubuhmu." Sophia menyarankan seraya menyerahkan semua pakaian yang dia pilihkan untuk Fella. Fella menurut dan setelah itu satu demi satu pakaian yang dipilihkan Sophia, dia coba kenakan, dan hasilnya semua pakaian itu sangat cocok dikenakan Fella mengingat wanita itu memang memiliki wajah yang cantik dan tubuhnya yang ideal untuk ukuran seorang wanita. Tidak sampai di sana kegiatan belanja mereka, karena setelah itu Sophia memilihkan tas, sepatu, peralatan make up sampai perhiasan untuk Fella. Fella hanya bisa melongo saat melihat betapa banyak belanjaannya dan semua berharga fantastis. "Apa tidak terlalu banyak belanjaan kita, Sophia?" tanya Fella khawatir. "Tentu saja tidak. Ini semua kebutuhanmu. Bukankah Ero yang bilang kau bisa membeli apa pun dengan kartu yang dia berikan untukmu?" Fella mengangguk karena Ero memang berkata demikian padanya saat memberikan kartu untuknya. "Selain itu, Fel, karena Ero sudah memanfaatkanmu demi kepentingannya, kau harus membalasnya. Setidaknya dengan menggunakan uangnya untuk berfoya-foya. Manjakan dan puaskan dirimu dengan menggunakan uang Ero, toh dia juga menggunakan tubuhmu demi mencapai keinginannya, bukan? " Fella tertegun mendengar ucapan Sophia dan tak dia pungkiri yang dikatakan wanita itu memang benar. Dia tidak boleh kalah dengan Ero. Jika pria itu bersenang-senang dengan tubuhnya, maka Fella akan bersenang-senang menggunakan uang pria itu. "Terima kasih Sophia," ucap Fella seraya tersenyum lebar. "Tidak perlu sungkan. Aku senang bisa membantumu berbelanja." Fella menggelengkan kepala karena bukan itu yang dia maksud. "Maksudnya terima kasih karena kau sudah menyadarkan aku bahwa aku tidak boleh kalah dari Ero. Kau benar … jika Ero memanfaatkan tubuhku demi kepentingannya maka aku akan memanfaatkan uangnya untuk bersenang-senang." "Nah, itu baru benar. Semangat Fella. Manfaatkan kondisimu yang sekarang menjadi istri seorang bos mafia besar yang memiliki harta yang melimpah. Ok?" Fella pun menyeringai, ya dia akan melakukan seperti yang dikatakan Sophia mulai sekarang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD