Tok! Tok!
"Masuk."
Sandra membuka pintu ruangan Aditya dan melenggang menuju ke depan meja kerja pria itu.
"Ini dokumen pekerjaan saya yang harus Bapak cek. Dan ini, di sini ada file lowongan pekerjaan. Mau Bapak sendiri yang posting atau saya?"
Bukannya menjawab pertanyaan Sandra justru Aditya mengerutkan dahinya heran dengan sikap sang sekretaris umumnya saat ini. Sandra terlihat senang bahkan terlalu semangat. Padahal baru dua jam berlalu tapi permintaannya untuk mengurus lowongan pekerjaan sudah siap ditambah ia membawa berkas pekerjaan yang ahrus ia ketahui pula.
"Tunggu-tunggu. Kamu kelihatan seneng ini ada apa? Tumben baru dua jam udah beres semua?"
Sandra hanya melesungkan senyum lebarnya dan kini ia menunjukkan cincin di jemari kanannya. Perihal sikap Sandra ke Asitya yang tampak santai memang jika tidak di depan kolega dan karyawan lainnya Sandra dan Marco bisa bersikap seperti sahabat bagi Aditya. Hanya saja Marco masih menjunjung tinggi status Aditya sedangkan Sandra seperti yang terlihat.
"Marco melamarmu?"
"Iyaaaa! Aku seneng, akhirnya Marco melamarku."
"Kenapa baru sekarang?" tanya Aditya yang sembari meraih dokumen milik Sandra.
"Bapak masih tanya kenapa? Jelas karena perusahaan Bapak banyak project lah, kita jadi kerja rodi. Marco juga sering ke Paris kan?"
Aditya terkekeh pelan. Namun, tampaknya Sandra terlampau senang hingga ia tak peduli tentang pekerjaan yang selalu memburu waktunya dan Marco bahkan sempat menjadi bahan debat mereka tadi pagi.
"Ya saya minta maaf. Projek akhir-akhir ini juga banyak sekali yang masuk. Tapi saya turut bahagia mendengar kabar ini. Segerakan ya ...," ujar Aditya lagi.
"Kalo deket-deket ini gak bisa deh Pak, kayaknya tunangan dulu aja kali ya. Kerjaan kantor lagi padet banget kan, masa iya habis nikah gak ada cuti," kode Sandea pada Aditya.
Aditya kembali tertawa sebab memang kedua tangan kanannta itu jarang menfajukan cuti karena pekerjaanya tak mungkin ditinggalkan. Hal itu juga yang membuat Aditya pun jarang mendapatkan waktu libur walau weekend sekalipun.
"Saya ada EO kalau kamu sama Marco mau ngadain acara pertunangan. Kalau butuh ballroom pakai punya saya saja, atau mau pakai di dalam restoran, punya saya juga boleh."
"Pak Adit nawarin begini ada biayanya?"
Aditya menggelengkan kepalanya dwngan santai dan tersenyum meyakinkan Sandra bahwa tawarannya tak akan membebankan biaya pada kedua tangan kanannya itu.
"Seriusss Pak?"
"Iya Sandra, sejak kapan saya berbohong?"
"Wahhhh, Marco harus tau, kalo ada yang gratis kenapa enggak. Ya kan? Makasih loh Pak Adit, baik banget sekarang."
Aditya kembali terkekeh melihat Sandra dengan tingkahnya. Wanita itu langsung keluar masih dengan tampang sumringahnya. Ya, sejak masalah hati dengan Sandra selesai semuanya berubah. Berunah menjadi lebuh baik, berubah menjadi lebih terbuka dan ia turut bahagia melihat Sandra yang tampak bahagia dengan kehidupannya sekarang.
Mungkin memang Marco adalah hal terbaik untuk Sandra selama ini. Sama seperti dirinya, Anggi adah hal terbaik baginya.
•°•°•°
Dua minggu kemudian acara pertunangan Marco dan Sandra benar-benar digelar. Tamu undangan dari keluarga dan orang-orang terdekat turut berbahagia dengan acara tersebut. Acara yang digelar di sebauh restaurant terkenal di Jakarta dengan venue eropa klasik membuat suasana menjadi tampak sakral.
"Kak Sandra cantik banget," ujar Anggi yang sedari tadi tampak menjadi tim sukses acara tersebut.
Sandra tersenyum, di depan kaca rias ia sedikit gugup. Rasanya baru kali ini ada yang mengajaknya serius dan orang tersebut adalah sosok yang selama ini ia kenal baik. Memang tak sama seperti Aditya yang menjadi obsesinya dahulu dan justru sekarang seorang suami Anggi, tapi bersama Marco ia menemukan cintanya.
"Makasih ya Nggi, mau aku repotin hari ini, aku makasih banget loh sama kamu dan suami kamu. Udah mau minjemin restoran ini buat acaraku sama Marco. Dan semua ini juga support kalian, aku jadi gak enak sebenanrnya."
"Kak Sandra, kalian itu udah dianggap keluarga sama Mas Adit. Gak mungkin Mas Adit diem aja, bahkan sebelum aku datang, kalian yang setia nemenin Mas Adit, jadi ya cuman seperti ini yang bisa Mas Adit lakukan untuk membalas jasa dan kesetiaan kalian selama ini."
Sandra menggenggam tangan Anggi erat. Perempuan itu benar-benar sangat bijak, pantas jika Aditya memilihnya sebagai seorang istri. Sikap lemah lembutnya sangat mendamaikan hati, tutur sopannya selalu membuat orang disekitarnya secara tak langsung juga segan padanya. Dan bahkan Sandra akui bahwa Anggi bukan hanya baik tapi juga sangat cantik.
"Ayo, Kak Sandra, keluarga Kak Sandra, Marco dan yang lainnya pasti nunggu Kak Sandra."
Sandra menganggukkan kepalanya dan mulai berdiri. Ia tampil secara anggun dengan balutan kebaya terusan tipe peplume berbahan brokat premium berwarna creame. Rambut yang terurai rapi memancarkam kecantikannya. Kedatangannya bersama Anggi membuat takjub orang-orang yang datang termasuk Marco yang menatap calon tunangannya itu intens.
Di tempat ini lah keluarga Sandra dan Marco dipertemukan. Raut bahagia tampak di kedua belah pihak keluarga. Sang MC dari Event Organizer selalu memandi acara dengan baik. Hingga saat ini, setelah saling mengenalkan keluarga besar masing-masing di depan beberapa tamu undangan akhirnya Marco menyatakan lamarannya pada Sandra.
"Aku tidak tau, mengapa Tuhan mempertemukan kita setelah kita kenal cukup lama. Yang jelas saat ini, hal yang paling berharga untukku itu kamu dan keluarga kamu. Aku ingin membawa hubungan kita lebih serius lagi. Aku mencintai kamu dan tentunya juga aku menghormati keluargamu. Semakin ke sini semua yang ada di dalam diri kamu membuatku jatuh cinta. Dan sekarang ijinkan aku untuk menjadi pemimpin di keluarga kita kelak, menjaga kamu, melindungi keluarga kita sampai maut memisahkan."
Kata-kata romantis yang baru saja tercetus dari bibir Marco benar-benar merubah sisi lain dari pria itu. Pria yang selalu bersikap dingin apalabila di kantor. Pria dengan sejuta kemisteriusannya ternyata memiliki sisi lembut dan romantis. Sandra bahkan takjub mendengar pernyataan Marco. Hampir saja ia tak mampu berkata apa pun untuk menanggapi pria itu. Matanya mulai berkaca-kaca menatap pria di depannya.
"I don't have many words to say thanks to you. Terima kasih sudah mencintaiku, terima kasih kamu sudah menerima aku apa adanya. Atas restu orang tuaku, aku Sandra Calista menerima lamaran Marco untuk menjadi calon suamiku."
Suasana haru dan bahagia bercampur menajdi satu saat sebuah cincin tersemat di jari manis Sandra dan Marco. Hari itu juga resmi mereka mengikrarkan keseriusannya dalam hubungan mereka. Semua tamu undangan pun merasakan bahagia itu termasuk Anggi yang selalu ada di sisi Aditya, ia turut bahagia akhirnya Sandra menemukan calon suami terbaik. Tanpa terasa pun ia turut menitikkan air matanya, air mata bahagia.
"Mereka cocok ya, Mas. Aku seneng Kak Sandra bahagia hari ini," ucap Anggi yang masih menatap kedua tangan kanan suaminya itu.
"Kamu benar, mereka sangat cocok. Saya bahagia akhirnya mereka bersatu."
Anggi menganggukkan kepalanya, ia pun merasakan hal yang sama. Dari sekian hal yang mereka lalui, melihat momen bahagia tampaknya membawa aura positif juga. Anggi tersenyum tipis kala mengingat segala bentuk pertentangannya dulu dengan Sandra karena suaminya. Beruntung semuanya berlalu dengan cepat dan Aditya tetap memilihnya menjadi istrinya. Acara pun terus berlangsung dengan saling sulang sebagai tanda penghormatan dan rasa bahagia. Kemudian acara pun berjalan dengan semestinya.
"Oh iya Nggi, sebentar lagi juga ada undangan acara di pelelangan bukan? Kamu gak lupa kan, Sayang."
"Jadi ini langsung, Mas?"
Aditya menganggukkan kepalanya dan mereka berdua pun berjalan ke arah Marco dan Sandra yang tengah berbincang dengan sanak saudaeanya.
"Marco, Sandra, saya dan Anggi harus pergi. Ada acara yang harus saya datangi. Sekali lagi selamat untuk kalian ya, semoga setelah ini semuanya di lancarkan," ujar Aditya turut mrndoakan.
"Terima kasih Tuan Aditya, berkat Tuan juga semua ini terlaksana dengan baik. Terima kasih tempatnya yang disediakan untuk acara kita."
"It's okay. Kalian lanjutkan saja, saya pamit dulu ya ...."
Aditya dan Anggi pun berlalu setelah berpamitan pada Sandra dan Marco. Tujuannya sekarang adalah ke tempat acara yang diselenggarakan oleh kolega Aditya.
"Kamu gak capek kan, Sayang?" tanya Aditya sambil fokus ke jalanan di depannya.
"Hah? Enggak lah, Mas. Capek kenapa? Selama ini aku di rumah terus gak ada kegiatan apa-apa juga, jadi capek ngapain? Enggak kok," ujar Anggi sambil men-touch up makeup-nya.
Aditya hanya mengangguk kecil dan tersenyum. Ia pun kembali berfokus pada jalanan di depannya hingga beberapa menit berlalu mobil itu berbelok ke arah hotel bintang lima. Aditya memarkirkan mobilnya di basemant hotel.
"Ayo turun, Sayang," ajak Aditya.
Anggi mengangguk lantas mengikuti Aditya turun dari mobilnya. Mereka segera menuju ballroom hotel tersebut, di mana setiap tahun memang di adakan acara pelelangan oleh salah satu keluarga terhormat di wilayah Jakarta ini. Bahkan bisa dibilang acara ini bersifat private dan tak sembarnagan orang bisa masuk tanpa memiliki golden member.
Anggi berjalan dengan anggunnya sambil mendekap lengan suaminya. Long dress dengan bagian bahu terbuka dan tipe v-neck merubah Anggi menjadi sosok yang benar-benar anggun dan elegant. Di padukan dengan Aditya yang memang selalu memiliki kharisma tersendiri membuat mereka menajdi pasangan yang sangat serasi.
"Selamat malam, Tuan," sapa penjaga pintu ballroom dengan setelan jas serba hitam dan terlihat sangat rapi.
Aditya hanya menganggukkan kepalanya seraya menunjukkan golden membernya. Setelah itu barulah mereka dipersilakan masuk ke dalam ballroom tersebut. Jujur saja Anggi pernah di dalam acara ini, dulu sebelum menjadi istri Aditya dan hanya sebagai sekretarisnya. Dan lagi-lagi suasana private class memang terlihat cukup jelas. Orang-orang di dalamnya juga bukan orang sembarangan. Kekayaan para member rata-rata di angka 7 digit.
"Pak Aditya, wah kita bertemu lagi di sini," sapa Bayu—pemilik perusahaan Kencana Mas.
"Pak Bayu, anda juga datang. Tahun lalu saya tidak melihat anda di sini."
"Ah iya, tahun lalu saya absen karena ada urusan di luar negeri. Sekarang baru ada waktu lagi."
Aditya kembali memasang senyumnya dan berbincang dengan koleganya itu. Sedangkan Anggi menelusuri acara tersebut hingga matanya tertuju pada sosok Angela yang berjalan ke arah mereka.
"Kak Angela di sini juga?" Anggi merespon baik perempian itu. Seolah mendapatkan sosok teman yang jarang ia temui di tempat seperti ini.
"Anggi juga datang ya?"
Wanita di deoannya itu sangat terlihat cantik dan seksi. Long dress berwarna hitam dengan tipe backless yang menunjukkan kulit punggungnya membuat Angela terlihat sangat seksi. Kulit putihnya sudah tak mampu ia sembunyikan, terekspose dengan jelas walau rambut panjang bergelombangnya mengurai menutupi punggungnya. Sedangkan Aditya tampak datar menatap kedatangan Angela yang sudah ia duga saat melihat Bayu hadir.
Sampai akhirnya Aditua dan Bayu dusuk di sebuah kursi dengan meja melingkar. Posisinya Aditya berada di sisi Anggi dan perempuan itu berada persis di sisi Angela. Setiap meja pun hanya terisi 4 orang saja. Acara pun mulai dengan serangkaian yang bahkan Anggi tak begitu paham.
"Nggi," sapa Angela.
Anggi yang tadinya fokus ke acara kini menolehkan wajahnya ke arah Angela. Sedangkan Angela sudah lama ingin membuat wanita itu tahu bahwa hubungannya dengan Aditya pernah sedekat nadi. Ia melakukannya karena ia rasa Aditya sama sekali belum menceritakan siapa dirinya.
"Aditya sudah cerita belum?" bisik Angela.
Deg.
Anggi sedikit terkejut wanita di sebelahnya bahkan tak lagi memanggil suaminya dengan embel-embel 'Pak'. Dan benar seperti dugaan Angela, memang Aditya sama sekali belum membahas perihal siapa dirinya dan Anggi sendiri pun lupa dengan semua itu. Hingga hari ini tampaknya Anggi menemukan sesuatu yang selama inu mengganjal hatinya.
"Mas Adit? Emang kenapa ya Kak? Cerita apa ya?"
Angela lantas tersenyum bahwa dugaannya selama ini adalah benar. "Jadi belum cerita ya, mau kuceritakan?" pancing Amgela membuat penasaran istri Aditya itu.
"Apa sih, Kak? Memangnya ada apa sama Mas Adit?"
"Kita pernah sedekat nadi, kita berdua pernah memiliki momen bersama," ujarnya.
Anggi tak langsung menjawab. Ia masih mencerna ucapan Angela yang nyatanya mampu membuat ia merasa sesak. Entah apakah karena ucapan Angela atau memang karena ia mengetahui dari orang lain bukan suaminya sendiri yang berbicara.
Selama ini bahkan ia berpikir bahwa Aditya selalu mengalihkan pembicaraan seputar Angela hingga ia sendiri lupa dengan segala pertanyaan yang mengganjal hatinya.
"Maksut Kak Angela, kalian pernah memiliki hubungan?"
"Sangat dekat bahkan bisa dibilang belum berakhir. Dulu kami saling mencintai, Aditya bahkan rela berkorban apa pun. Semuanya harus terpisah karena aku merasa belum pantas untuk Aditya tapi saat itu Aditya masih mencintaiku. Jujur saja aku pergi hanya untuk memantaskan diri dan sekarang kayaknya aku telat tapi apa kamu percaya kalau suamimu setia setelah bertemu denganku lagi?"
Kebohongan yang tercipta dari bibir Angela nyatanya membuat Anggi kembali membisu. Wanita itu bahkan sangat menikmati raut cemas Anggi. Sedangkan Anggi memang cukup terpengaruh oleh ucapan Angela. Bahkan pernikahannya dengan Aditya saja masih hitungan bulan. Ia juga belum tahu banyak tentang sosok suaminya walaupun ia merasa sudah sangat mengenal Aditya. Selama ini memang benar rumor suaminya yang banyak dekat dengan beberapa wanita. Pikiran itu kembali menyerang apalagi semenjak ia keguguran, ia takut kali ini. Takut Aditya meninggalkannya. Berkali-kali ia menampik perasaan gusarnya tapi nyatanya gagal.
Hingga ia berdiri, matanya sudah perih menahan air mata yang mulai menggenangi pelupuk matanya. Pikirannya sudah dipenuhi oleh pengaruh ucapan Angela.
"Sayang, are you okay?" tegur Aditya.
Entah, rasa itu mulai menyesakkan dadanya. Ia menepis tangan Aditya yang memegang pergelangan tangannya. Ia sabet tas kecil yang berada di meja dan pergi meninggalkan tempat itu. Sedangkan Aditya yang sama sekali tak mengetahui tabiat Angela tampak terkejut dengan kepergian Anggi. Ia meminta maaf pada Bayu selaku koleganya dan langsung berpamitan. Sebelumnya ia tatap Angela dan tampak sebuah senyum penuh arti mengarah padanya. Dan Aditya tahu apa yang tengah terjadi.