Sepulang dari kantor milik Alfan untuk mengantar berkas, Adrea mampir ke Coffe Shop milik Kai. Sudah lama rasanya tidak mampir disana. Ia merindukan bau kopi yang semerbak saat membuka pintu.
Begitu tiba, Adrea segera memarkir motor maticnya dan bergegas ke dalam. Langkahnya terhenti, saat di depan pintu berpapasan dengan laki-laki yang sudah membuatnya menangis berhari-hari karena cinta yang tak terbalas.
"Rea ...," Sapa Liam dengan senyum manis.
Yang di sapa hanya menampilkan wajah manyun.
"Kenapa manggil-manggil ? Mau buat aku sedih lagi ya ?" Rea mulai ketus. Bagaimana enggak ketus, dia yang dengan nekat menyatakan cinta pada barista tampan itu,tapi belum juga mendapatkan jawaban pasti.Malah ia tertampar kenyataan saat melihat Liam berciuman dengan seorang wanita yang tidak dikenalinya. Tapi dasar Rea, ia masih berpikiran jika wanita itu yang sedang memaksa Liam berciuman.
"Hahaha ... Kamu manis kalau lagi manyun, masuklah, aku akan buatkan pesanan kamu yang seperti biasa kan ?" Tanya Liam sambil mengedipkan mata pada Adrea.
"Dasar playboy cap curut, dulu bos nya mantan playboy, eh sekarang karyawannya juga palyboy," gumam Adrea yang masih bisa di dengar Liam.
"Kalau ngomel jangan tanggung-tanggung," ucap Liam sambil mengacak rambut Adrea.
"Tumben kamu enggak kayak kanebo kering ? Lagi dapet ya ?" Tanya Adrea heran melihat sikap Liam yang tiba-tiba menjadi hangat.
"Kanebo kering ?" Tanya Liam dengan dahi berkerut.
"Eh iya kamu si kanebo kering, gak ada baik-baiknya, gak ada senyum-senyumnya." Adrea ber api-api mengutarakan kekesalan hatinya pada Liam.
"Hahaha ... Ayo masuk, ngobrolnya nanti saja." Liam melangkah masuk yang diikuti oleh Adrea di belakangnya. Gadis itu tersenyum menatap punggung Liam. "Hmm ... Kanebo kering kalau lagi baik, bikin betah," batin Adrea masih dengan senyum terkembang di bibir. Sejenak rasa kesal pada Liam menguap. Anggap saja dirinya adalah gadis yang terlalu bodoh. Berkali-kali sakit pada Liam, tapi masih saja berharap.
Drrrrt!
Saat sedang asyik menanti pesanannya, ponsel Adrea bergetar. Panggilan masuk dengan nama Alfan terlihat di layar. Cepat Adrea mengangkatnya.
"Kamu dimana ?" Tanya suara di seberang saat panggilan tersambung.
"Aku lagi di coffe shop milik pak Kai. Ada apa ?" Tanya Adrea dengan dahi yang berkerut. Tumben Alfan meneleponnya.
"Aku cuma mau bilang,nanti aku pulang larut malam. Kamu makanlah dulu, tapi jangan makan sembarangan ya. Aku tadi ada masakan lauk. Nanti tinggal kamu panaskan saja," ucap Alfan di seberang yang dibalas Adrea dengan manggut-manggut yang tentu saja tidak dilihat Alfan.
"Terimakasih," ucap Adrea lalu panggilan terputus.
Alfan tipe perhatian, mungkin karena sudah dewasa, jadi lebih perhatian. Batin Adrea menatap ponselnya.
Ia kembali teringat saat Alfan mengajaknya menikah tadi malam.
"Dasar laki-laki," gumam Adrea.
"Lagi mengumpat siapa ?" Tanya Liam yang tiba-tiba sudah ada di sampingnya sambil membawakan pesanan. Adrea hanya tertawa tanpa menjawab.
"Eh ... Kamu ada waktu enggak nanti malam ?" Tanya Liam menatap Adrea.
"Emang kenapa ? Mau ajak makan malam yang romantis ?" Adrea bertanya sambil bercanda, yang ia tahu kalau bukan itu maksud Liam.
"Iya, aku mau ajak kamu makan malam," ucap Liam yang membuat Adrea tersedak.
"Pelan-pelan makannya," ucap Liam cepat berdiri untuk mengusap punggung Adrea.
"Eh ... kamu lagi dapet apa lagi kesambet jin ?" Tanya Adrea sambil meletakan punggung tangannya di dahi Liam. Tumben cowok tampan di depannya ini bersikap manis.
"Hahaha ... beneran, anggap saja sebagai permintaan maaf karena sudah buat kamu kesal," ucap Liam sambil memamerkan senyum manisnya.
"Hmm ... Baiklah, dimana ?" Tanya Adrea menanyakan tempat makan.
"Nanti ada mobil yang jemput kamu, pulangnya aku yang antar, gimana ?" Tanya Liam tidak sabar mendapat jawaban Adrea.
"Wow ... tentu saja aku mau. Restorannya yang menyediakan makanan yang enak ya, siapa tahu bisa bungkus," canda Adrea sambil tertawa yang membuat Liam juga ikut tertawa. Mereka ngobrol santai, hingga akhirnya Adrea pamit pulang.
Malam hari, tampak Adrea sudah berdandan cantik. Ketika mobil yang menjemputnya tiba, ia segera menaikinya dengan senyum lebar, membayangkan makan malam indah yang akan dirasakannya.Makanan yang sudah dimasak Alfan belum dilihatnya.
Adrea tiba di restoran yang dimaksud Liam. Masuk ke dalam dan disambut Liam dengan buket bunga yang indah. Dahi Adrea sedikit berkerut, tumben Liam bersikap romantis.
Mereka duduk berdua, tapi entah mengapa semenjak tadi, tatapan Liam terus terarah ke belakang punggung Adrea, dan hanya sesekali tersenyum lalu mengajak Adrea ngobrol.
Hingga akhirnya Adrea pamit untuk ke toilet. Saat keluar toilet, ia seperti melihat Liam yang menarik seorang wanita. Dengan langkah pelan, Adrea mengikuti mereka.
"Kamu sengaja buat aku cemburu ?" Tanya si wanita pada Liam yang terlihat marah.
"Iya !" Jawab Liam dengan emosi.
"Jangan seperti ini, aku hanya membuat Mama tidak marah padaku, sehingga aku bisa bertemu denganmu kembali," ucap si wanita membelai pipi Liam.
Lalu ciuman panas terjadi, yang membuat Adrea menutup mulutnya menahan tangis. Rupanya ini alasan Liam bersikap baik padanya sedari siang.
Adrea cepat meninggalkan tempat itu tanpa diketahui Liam yang sedang asyik terbuai cinta. Rasa laparnya menguap. Ia segera keluar dari restoran, membuka high heelsnya lalu melangkah pergi sambil menahan tangis.
Adrea berhenti di taman yang asri. Duduk lalu menutup wajah dengan kedua tangannya. Menangis tentunya, untuk b******n yang kembali mematahkan hatinya. Harusnya ia tidak terbujuk kebaikan Liam. Tapi cinta bodohnya membuat ia kembali berharap pada Laki-laki itu.
Drrrt !
Ponselnya bergetar, ia segera melihat siapa yang meneleponnya. Tampak nama Liam tertera di layar.
Beberapa kali, ia malas mengangkat. Tapi pada Akhirnya ia mengangkatnya.
"Rea ... Kamu dimana ?" Suara khawatir Liam dari seberang.
Adrea menghapus air matanya sebelum menjawab panggilan Liam.
"Hmm ...aku pulang dulu, aku lupa kalau ada laporan yang harus diselesaikan hari ini, karena besok pagi akan dipakai," ucap Adrea dengan suara bergetar menahan tangis.
"Kamu baik-baik saja ?" Tanya Liam di seberang yang menyadari suara Adrea seperti menahan sesuatu.
"Iam okay, eh sudah dulu ya." Adrea segera menutup teleponnya sebelum ia benar-benar membuat Liam tahu jika dirinya tengah menangis saat ini. Menjadi lemah di depan seseorang bukanlah tipenya. Kebodohannya adalah terlalu percaya saat cinta sedang menguasai hatinya.
Adrea kembali menangis hingga beberapa saat. Beruntung ia duduk di tempat yang sedikit tertutup, sehingga beberapa pasangan yang sedang berada di taman itu tidak memperhatikannya.
Drrrt !
Ponselnya kembali bergetar, Adrea malas melihatnya, karena pasti Liam yang meneleponnya kembali.
Tapi ponselnya terus saja bergetar, akhirnya dengan malas ia kembali mengambil benda pipih itu dari dalam cluthnya.
Tampak nama Alfan yang tertera di layar ponsel. Adrea segera mengangkatnya.
"Kamu dimana ?" Tanya Alfan di seberang.
"Aku di taman, tadi temanku ada urusan jadi aku minta turun di taman. Kamu dimana ?" Tanya Adrea pada Alfan.
"Aku sudah di kontrakanmu, pekerjaanku bisa cepat selesai. Aku lihat motor kamu ada di rumah jadi aku menelepon," jawab Alfan di seberang.
"Iya, aku tadi sama teman," ucap Adrea mulai menahan tangis lagi.
"Kamu kenapa ? Suara kamu aneh ?" Tanya Alfan di seberang.
"Share lokasi, aku akan menjemputmu," ucap Alfan lalu mematikan panggilan.
Karena sudah lelah, Adrea segera mengirim lokasi keberadaannya saat ini.
Menunggu beberapa saat, akhirnya Alfan tiba di mana Adrea berada. Gadis itu tersenyum manis pada Alfan.
"Kamu habis nangis ? Diputusin pacar ?" Tanya Alfan bercanda,yang malah membuat Adrea kembali menangis. Kali ini dengan suara.
"Hushhh ... jangan keras-keras kalau nangis, nanti dikirain aku apa-apain kamu," ucap Alfan sambil menutup mulut Adrea dengan telapak tangannya.
"Aduh ...!"
Alfan segera melepaskan tangannya pada mulut Adrea, karena gadis itu menggigit tangannya.
"Aku lapar, ayo pulang," ucap Adrea lalu menarik tangan Alfan untuk pergi. Alfan menatap Adrea yang saat ini memegang tangannya. Gadis itu terlihat ceria tapi menyimpan sakit untuk dirinya sendiri.
"Loh mobil siapa ini ?" Tanya Adrea saat mereka tiba di depan mobil.
"Oh ... ini mobil kantor, tadi pak bos menyuruhku membawanya pulang, agar bisa menjemputnya pagi-pagi sekali," ucap Alfan yang dibalas anggukan Adrea.
Adrea menyandarkan kepalanya ke kursi saat sudah di dalam. Air mata masih terus mengalir walau tanpa suara.
Mereka tiba di kontrakan Adrea.
Betapa kagetnya Adrea melihat Liam yang saat ini duduk di teras rumahnya.
"Kamu darimana Rea ? Aku sudah dua kali kembali kesini ?" Tanya Liam yang melihat mata sembab Adrea.
"Aku capek, pulanglah," ucap Adrea hendak masuk ke rumah, tapi Liam cepat menahan tangannya.
"Liam ... biarkan dia sendiri !" Merasa namanya disebut, Liam menggerakan kepala melihat siapa yang sudah menyebut namanya.
"Kamu !" Ucap Liam sangat terkejut melihat Alfan. Tampak kilatan kemarahan di kedua netra Liam.