PERGI

1027 Words
Riana mengenakan jas dan berjalan menyusuri jalanan di bawah guyuran air hujan yang masih turun rintik-rintik. tidak sederas siang dan sore hari tadi. Alam saja seolah-olah ikut merasakan kesedihan Riana. Riana beruntung jalanan yang dilaluinya meskipun sudah tengah malam tidaklah menyeramkan, karena Ia berada di lingkungan yang aman. Riana mencari handphone miliknya dari dalam tas dan setelah ketemu, lekas ia menekan aplikasi ojek online. Ia pun menyebutkan alamat di mana Ia berada dan menshare lock lokasi dirinya saat ini. Riana menunggu sekitar 15 menit, hingga ojek online yang dipesannya tiba. Tubuh Riana sidah sedikit menggigil kedinginan, sepertinya demamnya kembali kambuh. Namun, Ia bertekad untuk bertahan dan tetap sadar. Riana meminta kepada sopir ojek online yang dipesannya untuk mengantarkan ke sebuah penginapan sederhana. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 30 menit, akhirnya Riana pun sampai di sebuah penginapan. Riana langsung turun dari motor dan membayar ongkos ojek. Riana berjalan memasuki teras penginapan tersebut dan berharap masih ada yang berjaga untuk menerima tamu. Harapan Riana terkabul, terlihat seorang pria paruh baya sedang duduk di depan meja resepsionis, sepertinya Ia adalah pemilik dari penginapan tersebut. Riana menghampiri pria paruh baya tersebut, “Selamat malam, pak. Saya mau menyewa satu kamar di sini untuk beberapa malam, apakah masih ada yang kosong?” Pria paruh baya tersebut menyambut salam Riana dengan ramah, “Iya, masih ada kamar kosong, Non. Tarifnya permalam 50.000 rupiah. Bolehkah saya melihat KTP Nona sebagai bukti?” “Iya, Pak.” Riana lalu mengambil dompetnya dan menyerahkan KTP miliknya kepada pemilik penginapan untuk di catat. Selesai pria paruh baya tersebut membuat catatan, Riana pun diberikan kunci kamarnya. Ia akan menempati sebuah kamar yang terletak di ujung lorong. sebelah kanan. Pria paruh baya tersebut menjelaskan kepada Riana kalau kamar mandi, tersedia di dalam kamar. Riana bernapas lega, untuk mandi Ia tidak perlu bergantian dengan penghuni lainnya. Setelah mengucapkan terima kasih, Riana berjalan menuju ke arah kamarnya yang terletak di ujung lorong, kamar dengan nomor 404. Riana memasukkan anak kunci ke dalam lubang kunci dan pintu kamarnya dapat terbuka dengan mudah, Dinyalakannya lampu kamar, dan dilihatnya ke penjuru isi kamar. Ada sebuah kursi dari rotan dengan alas busa dan juga ada sebuah meja kecil. Riana meletakkan tas ransel yang di bawanya di atas meja tersebut dan diambilnya tas kecil peralatan make up. Di sudut ruangan terlihat sebuah ranjang kecil, cukup untuk satu orang. Alas tidurnya bersih dan wangi, lantai ruangan juga bersih dan tidak berdebu, sepertinya pemilik penginapan ini rutin membersihkan kamar yang ada, hingga orang yang datang untuk menginap dapat langsung masuk kamar dengan keadaan kamar yang bersih dan rapi. Rania melanjutkan langkahnya menuju ke kamar mandi yang meski kecil, tetapi itu lebih baik dari pada mandi bergabung dengan penghuni penginapan lainnya. Di dalam kamar mandi, hanya ada shower, tanpa bath up. Riana tertawa dalam hati, ‘konyol kamu Riana, mana mungkin penginapan semurah ini menyediakan bath up. Riana menuju ke wastafel dan membersihkan wajahnya. Dapat terlihat mukanya yang sembab, bekas menangis dan juga bibirnya yang membiru karena kedinginan. Cepat-cepat Rian menyelesaikan membersihkan wajahnya dan melepas pakaian basahnya, lalu menggantinya dengan memakai bathrobe. Ia lupa untuk membawa baju ganti saat memasuki kamar mandi. Riana ke luar dari kamar mandi dan berjalan ke luar menuju ke meja yang terletak tas ransel miliknya. Dikeluarkannya baju tidur dan juga pakaian dalam. Dengan cepat Riana kemudian memakainya dan setelah selesai, Ia langsung menuju ke tempat tidur untuk merebahkan badannya yang terasa menggigil. Riana menyelimuti tubuhnya dengan selimut yang dibawanya dari rumah. Dalam sekejap Riana tertidur, dengan tidur yang tidak lelap. Sebentar-sebentar Riana terbangun, karena demamnya semakin tinggi. Dengan memaksakan tubuhnya, Riana bangun dan mengambil obat yang dibawanya dari rumah. Riana lalu meminumnya dengan air mineral botol yang tersedia di atas meja. Selesai meminum obat pereda demam Riana kembali merebahkan badannya di atas tempat tidur, akan tetapi rasa kantuknya sudah hilang. Ia teringat kejadian tadi pagi saat Ia memergoki perselingkuhan kekasihnya dengan kakak kandungnya. Hatinya terasa sakit, mengapa Aryo, kekasihnya harus mengkhianatinya dengan kakak kandungnya. Tidak bisakah Ia memilih berselingkuh dengan orang lain saja, asalkan jangan kakak kandungnya. Air mata Riana kembali meleleh, teringat hal tersebut. Beragam penyesalan dan pertanyaan berputar di kepalanya. ‘Apa yang menyebabkan Aryo mengkhianatinya dan mengapa Aryo memilih kakaknya sebagai selingkuhannya.’ Mengapa kakaknya, Dena tega merebut kekasih nya. Tidak cukupkah selama ini kakaknya selalu menyakiti hatinya, mengapa Ia terus menerus menyakitinya. Tak lama berselang, obat yang diminum oleh Riana bekerja, kantuk pun menghampirinya, hingga Ia terbuai ke alam mimpi. Pagi harinya Riana terbangun dengan kepala yang terasa berat dan hidung yang berair. Riana memaksakan dirinya untuk bangun dan menuju ke kamar mandi. Karena kondisi badannya yang masih demam, Riana tidak mandi, Ia hanya menyeka tubuh dan mencuci wajahnya saja, juga menggosok giginya. Selesai dengan kegiatan membersihkan tubuhnya, Riana berjalan ke luar dan mengambil sweater dari dalam tas ranselnya. Ia lalu berjalan ke luar kamar, untuk memesan bubur ayam kepada pegawai penginapan atau siapa pun yang bisa diminta tolong olehnya. Petugas resepsionis penginapan ini telah berganti dengan seorang gadis cantik yang berusia sekitar 20 tahunan. “Maaf, mbak, apakah di sekitar sini ada yang menjual bubur ayam?, badan saya sedang demam dan saya mau makan bubur untuk memulihkan tubuh saya,” ucap Riana. Petugas resepsionis tersebut tersenyum ke arah Riana dan berkata, “Tentu saja, Mbak. Di sini ada OB yang bisa Mbak minta tolong untuk membelikan bubur. Tunggu sebentar ya, Mbak. Saya panggilkan OB tersebut dan Mbak nanti bisa memberikan tips untuk OB tersebut. Gadis resepsionis itu pun menekan interkom dan menghubungi seorang OB untuk datang ke meja resepsionis. Beberapa saat kemudian datang lah seorang OB dengan seragamnya. Ia bertanya ada apa dan dijelaskan kalau ada tamu mereka yang minta dibelikan bubur ayam. Riana menyerahkan uang lima puluh ribu dan meminta nanti bubur ayamnya di antarkan ke kamarnya, nomor 404. Setelah menyampaikan maksudnya, Riana pun berjalan kembali menuju ke kamarnya. Sesampainya di kamarnya, Riana langsung memasukkan tas ransel miliknya ke dalam lemari yang ada di samping tempat tidur. Riana merasa bersyukur, selama ini Ia rajin menabung uang sakunya, sehingga Ia memiliki uang yang cukup untuk kehidupannya beberapa hari ke depan. Setelah kondisi tubuhnya pulih Riana akan segera mencari pekerjaan untuk kehidupannya. Ia harus memupus angannya untuk menjadi seorang arsitek.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD