Riana menunggu kedatangan OB yang akan mengantarkan bubur untuk nya di dalam kamar. Ia harus sehat, karena sekarang ia jauh berada dari rumah orang tua nya dan ia harus bisa menjaga dirinya sendiri. Riana bertekad dalam hati nya, agar tidak menjadi gadis yang lemah, ia harus menjadi gadis yang kuat dan tidak ia tidak akan membiarkan apa yang sudah dilakukan oleh kakak dan kekasih nya membuat dirinya terpuruk.
Pintu kamar Riana diketuk, Riana pun memaksakan dirinya untuk bangun dari rebahannya. Di bukanya pintu kamar nya dan dilihatnya seorang OB yang hampir seumuran dengannya membawakan bungkusan berisi bubur pesanannya.
“Kata resepsionis nya tadi, Mbak sedang sakit karena kehujanan tadi malam. Di dalam bungkusan itu, Saya juga membelikan obat untuk Mbak.” Riana pun mengucapkan terima kasih dan ia memberikan uang tips dan juga membayar obat yang dengan baik hati sudah dibelikan oleh Office boy tersebut.
Riana kemudian duduk di atas kursi dan memakan buburnya, yang meski terasa hambar di lidahnya yang sedang sakit, tetapi ia harus memakannya supaya cepat sembuh. Riana pun hanya bisa memakan sampai separuh saja bubur nya, kemudian ia meletakkannya di atas meja. Riana meminum obat demam yang dibelikan oleh OB tadi, lalu ia pun meletakkan gelas ke atas meja.
Riana berjalan dengan perlahan menuju ke atas tempat tidur. Kepala nya terasa berayun-ayun dan langkah nya pun terasa berat. Dengan perlahan Riana merebahkan badan nya di atas tempat tidur nya. Diselimuti nya tubuh nya yang menggigil kedinginan. Riana pun dalam waktu yang tidak lama jatuh tertidur.
Sore hari nya Riana terbangun dari tidur lelapnya dan langsung saja ia memaksakan dirinya untuk bangun dari tempat tidur, ia harus kuat dan sehat kembali, kemudian ia harus mencari pekerjaan demi kehidupannya sehari-hari.
Riana berjalan perlahan menuju ke kamar mandi dan mengguyur tubuh nya dengan air hangat. Usai mandi dan berpakaian, Riana berjalan ke luar dari kamar nya dan menuju ke bagian resepsionis. Ketika Riana hampir mencapai meja resepsionis ia bertemu lagi dengan OB yang sudah membelikan dirinya bubur dan obat. Riana pun memanggilnya dan mengatakan, kalau ia minta tolong kembali untuk dibelikan makanan.
OB yang bernama Danu itu melihat kondisi Riana yang masih kurang sehat pun berinisiatif untuk memanggilkan dokter untuk Riana dan Riana pun setuju, ia juga minta tolong kepada OB tersebut untuk dibelikan roti. Setelah OB tersebut berlalu dari hadapannya Riana pun berjalan kembali menuju ke kamarnya.
Di dalam kamar nya, sambil menunggu kedatangan dokter Riana pun kembali membaringkan badan nya. Riana sudah tertidur ayam, ketika pintu kamarnya diketuk. Dengan suara serak riana mempersilahkan kepada yang mengetuk pintu kamar nya untuk masuk, karena ia sudah tidak sanggup untuk membuka kan pintu.
Seorang dokter yang masih muda dengan stetoskop yang tergantung di lehernya memasuki kamar Riana diikuti oleh Danu. Danu meletakkan roti pesanan Riana di atas meja dan kemudian ia pun ke luar dari kamar Riana.
Dokter pun memeriksa tensi badan Riana dan ternyata tekanan darah Riana rendah , 90/80 mmHg. Kemudian dokter pun mengecek suhu tubuh Riana dan ternyata suhu tubuh nya 40°C, Riana mengalami demam. Dokter tersebut hendak memberitahukan kepada Riana kondisi tubuh nya, tetapi Riana nya sudah terlelap.
Riana yang telah jatuh tertidur, karena demamnya tidak mengetahui, kalau dokter sudah selesai memeriksanya.
Dokter tersebut menatap wajah Riana yang sedang tertidur dengan lelap, tampak damai dan begitu cantik. Dokter tersebut pun kemudian ke luar dari dalam kamar Riana dan berjalan menuju ke meja resepsionis.
“Tolong kamu tebuskan obat ini untuk penghuni kamar 404 dan juga kamu belikan bubur untuk gadis itu!” ucap dokter tersebut dan kemudian menyerahkan catatan resep obat dan juga dua lembar uang berwarna merah ke tangan gadis resepsionis yang berjaga. “Kamu jangan khawatir, Saya yang akan berjaga di sini menggantikan kamu.” Tambah dokter tersebut.
“Kamu kenal dengan gadis penghuni kamar 404 tersebut?, sampai kamu mau menebuskan obat untuknya, meski yang meresepkan obat kamu sendiri?, atau kamu mau Saya memasukkan ke dalam tagihan gadis di kamar 404 itu?” Tanya Tantri.
Tantri memang merupakan pegawai baru di penginapan ini, sehingga ia tidak mengetahui, kalau pria yang dikiranya seorang dokter praktik ini merupakan anak dari pemilikan penginapan.
“Saya tidak mengenalnya, tetapi apa salahnya membantu orang yang sedang kesusahan.” Sahut dokter tersebut dan ia menyuruh kepada Sang resepsionis untuk segera menebuskan obat. Gadis itu pun pergi menuruti perintah sang dokter yang juga merupakan anak dari pemilik penginapan ini, sekaligus saudara sepupu nya.
Beberapa menit kemudian Tantri, gadis yang bertugas sebagai resepsionis datang dengan membawakan obat yang sudah diresepkan. Dokter itu pun kemudian beranjak dari duduk nya menuju ke kamar Riana.
Dokter tersebut pun masuk ke dalam kamar dan membangunkan Riana. Dokter itu meminta kepada Riana untuk menyantap bubur nya, barulah setelah itu meminum obat nya.
Riana pun menganggukkan kepalanya dan di bawah pengawasan sang dokter ia memaksakan dirinya untuk memakan bubur dan setelahnya barulah ia meminum obat yang diperintahkan oleh dokter tersebut. Selesai minum obat, Riana kembali merebahkan badannya dan tidur.
“Benar-benar tidak sopan, sudah ditolong tidak mengucapkan terimakasih, sekarang malah langsung tidur.” Gerutu sang dokter kesal.
Riana lamat-lamat dapat mendengar kekesalan sang dokter dengan suara mengantuk, ia pun mengucapkan terima kasih. Sang dokter yang mendengar ucapan terima kasih dari Riana tertawa pelan. “Ternyata masih bisa mendengar suara Saya toh.” Kata Sang dokter. Ia lalu ke luar dari dalam kamar Riana dan membiarkannya tidur dengan nyenyak.
Sang dokter berjalan menuju meja resepsionis dan menghampiri sepupunya tersebut, “Kamu tahu tentang gadis yang menginap di kamar 404?” Tanya nya.
“Saya tidak tahu, tetapi menurut cerita yang kudengar, gadis itu datang tengah malam pada saat hujan turun dengan derasnya diantar ojek online. Untung saja ia tidak dikira makhluk astral datang tengah malam.” Cerita Tantri.
Sang dokter yang bernama Jaka Pratama itu pun mengatakan, kalau sepupunya itu terlalu penakut, mana ada makhluk astral yang diantar oleh tukang ojek. Jaka pratama, sebenarnya belumlah resmi menjadi seorang dokter, ia baru saja lulus kuliah di Fakultas Kedokteran dan pada saat ini sedang menjalani program profesi (koas). Jaka pun meninggalkan sepupu nya itu berjaga di mejanya.
Keesokkan pagi nya, Riana terbangun dengan kondisi tubuh yang sudah jauh lebih baik. Ia sudah dapat mandi tanpa merasa menggigil kedinginan sesudahnya. Riana pun ke luar dari kamar nya dan menuju ke meja resepsionis. Ia akan mencoba mencari tahu apakah gadis yang berjaga di resepsionis mendengar informasi orang mencari pekerja, ia tidak mempermasalahkan jenis pekerjaannya selama bisa menambah uang untuk biaya hidupnya sehari-hari, selama jauh dari rumah.