***
Selamat membaca.
***
Aku mencintaimu, dari langit ke tujuh hinga ke surga, aku mencintaimu sampai matahari bertemu dengan bulan, dan aku mencintaimu sampai aku mati.
---
"Memang, Hari keserempet apa?" Aluna membetulkan baju mandinya, lalu menyusuri kamarnya menuju lemari besar, yang menyimpan pakaiannya. "Kamu sampai enggak balik ke sekolah loh Ndre, padahal ini hari pertama kita masuk." Aluna kembali masuk ke dalam kamar mandinya, menguncinya dan membiarkan Andre menjawab pertanyaannya di luar, yang dapat dipastikan Aluna tidak mendengar akan jawaban Andre tersebut.
Aluna kembali ke luar kamar mandi, dengan pakaian rumahannya bermotif micke mouse, "Apa tadi?" tanya ulang Aluna, karena ia hanya mendengar Andre seperti mengomel dari dalam kamar mandi.
Andre berdecih, Aluna itu cerewet sebenarnya, tampangnya aja sok jutek, padahal dia sungguh ribet. "Hari ditabrak anak kecil naik sepeda, eh dianya yang jatuh," jawab Andre.
Aluna memutar tubuhnya menghadap Andre, "Seriusan?"
Andre menganggukan kepalanya, ia bahkan sudah tertawa terbahak-bahak, mengingat bagaimana Hari bisa menjadi seperti itu, ya, mungkin kalau Andre dalam keadaan seperti itu, mungkin Andre juga akan jatuh, lebih tepatnya menjatuhkan diri sendiri.
Aluna hanya menggelengkan kepalanya, tidak mengerti lagi bagaimana naisb Hari, ada-ada aja. "Oh ya Ndre...." Aluna menggantungkan perkataannya, "Enggak lapar?" sambungnya lagi.
Andre mengacak gemes pucuk kepala Aluna, lalu menghadap ke jendela kamar Aluna, "Laper, tapi Mamah belum pulang,” adu Andre.
Aluna tersenyum, ya, itu lah yang menyebabkan Andre datang ke kamarnya setiap malamnya, Ibu dan Ayahnya jarang pulang cepat, kalau pun pulang, mereka akan berantem, jujur saja, Aluna tidak mengerti harus bersikap bagaimana, tapi ia dan orangtuanya sepakat, membebaskan Andre berada di rumahnya, menyuruh Andre menganggap rumah ini sebagai rumahnya. "Aku tadi beli bakso, bentar aku ambilin ya, apa mau makan di meja makan?" tanya Aluna lagi, ya, semenjak kejadian itu, kejadian yang membuat Andre seolah menjadi anak terbuang, Aluna benar-benar memperhatikan sahabatnya sekaligus kekasihnya itu.
Andre tersenyum, Aluna sempurna di mata Andre. "Di sini aja ya Al." Aluna menganggukan kepalanya, lalu berjalan ingin keluar kamar mengambilkan bakso untuk dia dan Andre.
Tapi nasib baik sedang mengikuti keduanya, di depan kamar Aluna sudah terlihat asisten rumah tangga Aluna, membawakan dua mangkok bakso yang tadi sore Aluna bawa. "Bi Inah, Ya Tuhan," ucap Aluna, "Makasih banyak." Aluna menerima nampan yang berisikan dua mangkok bakso, dengan senyum merekah.
Bi Inah ini adalah Asisten rumah tangga di rumah Aluna, dan selalu hapal kegiatan Aluna, salah satunya Aluna akan mengajak Andre makan, dan Insting bi Inah selalu pas, diwaktu yang tepat pula.
Aluna dan Andre akhirnya duduk di atas karpet bulu di kamar Aluna, disela-sela makanya Aluna teringat tentang kejadian siang tadi di sekolah. "Ndre, tadi ada yang ngajakin aku kenalan," Andre beralih menatap Aluna dari bakso yang ingin masuk ke mulutnya, setelah perempuan itu bercerita seperti itu.
Ya, walau terlihat begitu santai, walau terlihat seolah tidak peduli dengan Aluna dan semaunya sendiri, sesungguhnya Andre termasuk dalam deretan orang-orang yang mudah terbakar api cemburu, apalagi Aluna tidak hanya sebagai sahabatnya, tidak hanya sebagai keksaihnya, Aluna adalah pilar Andre, Andre yang hancur karena kejadian satu tahun yang lalu, pasti tidak akan pernah bertahan kalau tidak ada Aluna, tidak ada orangtua Aluna.
"Terus?"
Flasback on.
"Rama," ucap laki-laki itu setelah meletakan tas, dan mengulurkan tangannya, kepada teman sebangkunya sekarang.
Aluna hanya diam lalu kembali memperhatikan ibu Rosa.
Tak sampai situ, saat istirahat pun Rama tetep kekeh untuk tahu nama teman sebangkunya itu, dan Rama benar-benar tidak mendapatkan respon baik dari perempuan yang duduk di sampingnya itu, Aluna tidak mengatakan apa pun kepada laki-laki itu.
Flashback off.
"Terus?" Tanya Andre lagi, kini ia sudah menyelesaikan makannya, menyingkirkan mangkok bakso itu dari hadapannya, dan benar-benar mendengarkan cerita Aluna.
"Ya, aku tetap enggak mau dia tahu namaku," jawab Aluna lagi.
Andre diam, Aluna memang begitu, ia hanya mempunyai teman sedikit, tapi Aluna itu baik, baik sekali sebenarnya, hanya saja ia jarang bisa terbuka dengan orang baru, karena Aluna pernah berucap, adanya dirinya, dan Aljeno sudah cukup di hidup Aluna, Aluna tidak butuh orang lain lagi, asal, Andre dan Aljeno selalu di sampingnya, padahal bagi Andre, keinginan Aluna ini terlalu susah untuk dilaksanakan, tidak sampai sepuluh tahun, persahabatan mereka dengan Aljeno saja sudah rusak, sudah hancur, bukan, bukan persahabatan mereka, tapi sebenarnya persahabatan dirinya dan Aljeno, yang menyebabkan semuanya menjadi kacau begini, yang menyebabkan Aluna hanya berpegangan dengan Andre saja.
"Aku enggak ngelarang kamu dekat dengan cowok lain," ucap Andre, mengingatkan perempuan itu, Aluna harus terbuka, karena menjaga Aluna sendirian, cukup berat bagi Andre, tapi, ia juga tidak bisa terima kalau Aljeno kembali kehidup mereka.
Aluna menganggukan kepalanya, lalu meraih minum dan tisu yang selalu berada di atas nakas samping tempat tidurnya. Ia pun melempar satu kotak tisu itu ke arah Andre, untuk laki-laki itu. "Iya," ucap Aluna sambil membereskan mangkok yang dipakai Andre untuk makan bakso tadi.
Aluna mengerti bahwa Andre itu sama sekali tidak pernah melarang ia dekat dengan siapa saja, begitu juga dengan Aluna sendiri ia pun sama sekali tidak melarang Andre berteman dengan siapa saja, karena Aluna mau pun Andre percaya pada pasangan masing-masing.
Aluna memasukan tubuhnya di dalam selimut kasur yang berukuran king miliknya itu, tepat di depannya berada telivisi yang menempel di dinding, dan di ujung tempat tidur Aluna terdapat sofa guna dirinya bersantai. Kamar tidur Aluna terbuka sedikit, memperlihatkan laki-laki yang setiap hari selalu ke rumahnya, dan tanpa permisi laki-laki itu masuk ke kamarnya dan duduk di sofa milik Aluna. Hanya tiga orang yang berani memasuki kamar Aluna tanpa permisi seperti ini sebenarnya, pertama Ibunya, ke dua adalah laki-laki ini; Andre, dan ke tiga adalah Aljeno, tapi sebenarnya dua orang yang terakhir sebelumnya selalu mengetuk kamarnya lebih dahulu sebelum benar-benar masuk, salah-salah, lebih tepatnya Andre, karena setelah kejadian itu Aljeno sama sekali tidak pernah ke kamar Aluna lagi, bahkan muncul di depan mata Aluna saja tidak. Aluna bangkit dari posisi sebelumnya, ia menatap Andre yang memegang banyak kaset horror untuk mereka tonton malam ini.
"Kita nonton yuk," ajak Andre lalu memasukan kaset itu ke DVD milik Aluna.
Aluna menganggukan kepalanya sebagai jawaban, mengeluarkan tubuhnya dan duduk di sofa, di ujung kasurnya yang tepat sekali berada di depan televisi. "Aku ambil cemilan dulu." Aluna keluar dari kamar menuju dapur, mengambil beberapa cup cake yang kebetulan tadi siang ia buat dengan Ibunya.
Aluna memang mempunya hobi memasak, karena ia sering ditinggalkan orang tuanya, membuat Aluna harus pandai memasak sendiri, walau memang perempuan itu ditemani oleh asisten rumah tangganya, lengkap dengan supir, tapi itu lah yang malah membuat Andre makin jatuh hati dengannya. Sebelum Alunabenar-benar masuk ke kamarnya dengan sepiring cup cake yang sudah ia bawa, perempuan itu menghela napasnya dengan kuat, karena rasanya hampa sekali, tidak-tidak hubungannya dengan Andre yang hampa hanya saja, menurut Aluna ada yang berbeda sejak salah satu dari mereka pergi.
Dahulu, bukan hanya dirinya bersama dengan Andre, tapi ada satu anak laki-laki lagi, namanya Aljeno, laki-laki dengan mata yang sangat cantik, dahulu Aluna menjadi anak perempuan yang selalu bahagia, yang selalu ceria walau temannya adalah dua laki-laki, dahulu juga sebelum Aljeno meninggalkannya dengan Andre berdua, hidupnya terasa sangat lengkap, tapi sekarang, rasanya sunggu berbeda sekali.
Aluna melihat Andre yang kini sudah duduk di sofa kamarnya dengan menatap televise. Perempuan itu langsung tercengan saat film horor yang ada di televisinya yang sedang ditonton oleh Andre, padahal Andre itu sangat tahu bahwa Aluna tidak suka fil yang berbau horror, terlebih saat ini mereka tengah menonton di malam hari.
"Andre." Aluna menatap Andre dengan muka yang sudah ketakutan.
Jujur saja, Andre ingin sekali menonton film ini, awalnya tadi ia sudah menebak bahwa Aluna akan tidak setuju dengan film yang Andre pilih kali ini, tapi Andre benar-benar ingin menonton film ini. "Ada aku, sini duduk." Andre mepuk tempat tepat di sebelahnya, memerintahkan Aluna duduk di situ, menemani dirinya.
Aluna akhirnya menurut ia duduk di situ dengan sepiring cup cake tadi, walau masih ketakutan tapi Aluna mencoba memahami bahwa laki-laki itu memang ingin menonton film itu.
"Kamu yang buat?" tanya Andre dan mengambil salah satu cup cake itu yang kini sudah ada di depannya itu.
Aluna menganggukan kepala, memang tadi siang sehabis pulang sekolah ia memasak cup cake, karena bosan menanti Andre yang tidak ada kabar sama sekali.
"Enak," puji Andre tulus, memang menurut Andre kue itu enak, bila tidak enak pun Andre tetap mengatakan enak, menghargai apa yang sudah diperbuat oleh Aluna kata Andre.
Aluna menganggukan kepala, melihat jam dinding yang tepat di atas meja belajarmya, pukul setengah sepuluh malam, dan Andre masih setia menonton film horor di kamarnya, mau diusir enggak enak, enggak diusir Aluna tidak bisa tidur, membuat Aluna bingung sendiri jadinya.
Andre mengusap kepala Aluna yang tepat berada di bahu kirinya, sedari tadi memang Aluna sudah tertidur di sampingnya, padahal Andre sudah menyuruhnya tidur saja karena ia ingin menonon filmnya lagi, tanggung baru setengah, dan Andre sama sekali tidak bisa kalau harus menonton setengah-setengah seperti ini, ia pasti akan kepikiran dengan lanjutan film tersebut, dan Andre tidak mau hal itu terjadi nantinya.
Andre pun dengan hati-hati mengangkat tubuh Aluna, menyelimutinya dan mengusap pucuk kepalanya sebentar, ia pun lalu mematikan DVD di kamar Aluna, dan meninggalkan kamar Aluna dengan lampu yang masih menyala, karena Aluna tidak bisa tidur dengan lampu dimatikan.
Sebelum benar-benar meninggalkan Aluna, Andre kembali melewati bingkai foto yang memperlihatkan fotonya bersama dengan Aluna, tidak hanya berdua dengan Aluna, tapi di dalam foto itu juga ada Aljeno, temannya yang lain, sahabatnya yang lain, Andre menyempatkan berdiri di depan pintu kamar Aluna sebelum benar-benar pergi dari sana, lalu berucap, "Jangan pernah pergi meninggalkan gua ya, Al, karena cuman lo satu-satunya yang gue punya, selain diri gue sendiri."
----