Aluna Tidur (3)

1745 Words
                                                                                    __                                                                     Selamat membaca.                                                                                     __                                                     Aku mau kamu, aku sayang kamu, pokoknya kamu, bukan dia apalagi orang lain, kamu, ia kamu hanya kamu.                                                                                     ---             "Al, cepetan." Andre mengetuk-ngetuk rumah Aluna, dan hasil yang ia dapatkan nihil, yang muncul di depannya adalah Bi Inah, bukan seseorang yang ia setiap hari menunggunya di dalam mobil, Andre memang menginginkan berangkat ke sekolah dengan motornya hari ini, ganti suasana katanya.             Aluna berjalan dengan santai sambil memegang roti yang baru setengah dimakan, melihat anak majikannya datang Bi Inah pun kembali masuk ke dalam rumah Aluna. "Ini masih jam enam lewat sepuluh menit loh, Ndre." Aluna memasukan kembali potongan rotinya ke dalam mulutnya dan berjalan mengikuti Andre ke halaman rumahnya, "Kamu mau bantuin satpam buka-bukain kelas jadi datang sepagi ini?" tanyanya lagi, tapi, mau bagaimana pun Aluna mengomel perempuan itu tetap mengikuti apa yang diinginkan Andre, berangkat sepagi buta ini.             Andre tidak menjawab pertanyaan yang dilemparkan Aluna kepadanya, ia hanya menaiki motor berwarna merahnya, dan menjulurkan tangannya membantu Aluna naik ke motornya. Selepas Aluna naik Andre masih saja diam tidak menjawab pertanyaan dari Aluna, padahal Andre paham sekali bahwa Aluna adalah perempuan yang benci pertanyaannya tidak dijawab.             "Kamu mendadak tidak bisa bicara ya, Ndre?" Aluna memajukan wajahnya dan sedikit berteriak saat bertanya kepada Andre, mencoba menanyakan keadaan laki-laki itu.             Andre yang di depan Aluna pun terkekeh terlebih dahulu ia tahu bahwa Aluna akan berkata pedas seperti itu saat ia mendiamkan pertanyaannya perempuan itu sejak tadi. "Aku mau bawa motor pelan-pelan ya, biar kamu tidur."             Kening Aluna bertautan, mencoba mencerna apa yang dikatakan oleh Andre. "Tidur?" ulang Aluna yang tidak mengerti jawaban Andre kemana-mana.             Andre memilih menggoyangkan bahunya dan Aluna mulai mengerti arti pembicaraan Andre kemana. Ia dan Aluna itu sudah temenan dari kecil dan Andre tahu bila Aluna tidak bisa tidur atau kurang tidur karena memikirkan suatu masalah atau masih mengkhayalkan n****+ yang ia baca, ia akan meminta Ayahnya untuk keliling komplek dan tidur di atas motor, karena sejuk kata perempuan itu, dan Andre mengerti bahwa tadi malam Aluna pasti tidak bisa tidur karena sebelumnya perempuan itu menonton film horror, ya Andre tengah melakukan perminta ma’afan kepada perempuan itu.             Aluna merapatkan duduknya dengan Andre lalu mulai menyandarkan kepalanya di punggung Andre, ya, dia akhirnya tertidur di sana.                                                                                         ***             Andre kembali menggoyangkan punggungnya, membangunkan Aluna dengan cara lembut dulu, sebelum ia menarik paksa Aluna turun dari motonya, ya Andre memang sekasar dan setidak lembut itu kadang kepada Aluna, jujur saja, jangan terlalu merasa bahwa Andre akan sebaik yang dikira, tidak, Andre kadang tidak sebaik itu.             Aluna mengeliat dan menghapus jejak ilernya di bibirnya, merasa bahwa ia sudah tak lagi berada di jalan,             Andre yang melihat itu mengerutkan hidungnya lalu melihat kemejanya di bahu kirinya. "Ih, liatin Al ada iler kamu enggak di situ." Andre mengarahkan punggunya kepada Aluna, dengan keadaan Aluna yang masih setengah sadar dan bersandar di motor gedenya Andre.             Aluna yang mendengarkan itu pun melebarkan matanya, dan pertanyaan itu sukses membuat rasa ngantuk Aluna hilang. Aluna memilih mencubit lengan Andre tanpa mau melakukan apa yang disuruh oleh laki-laki itu, "Aku tuh enggak ileran ya Andre," belanya tidak terima dengan apa yang dikatakan oleh Andre.             "Loh kalau kamu enggak ileran, itu apa yang kamu elap tadi?" tanya Andre tak mau kalah.             Andre jahat, ia bahkan membuka kartu Aluna, Aluna enggak suka itu, kalau ia ileran kenapa memangnya, itukan manusiawi, tapi kenapa kini Andre malah mengatainnya begitu, "Tahu ah." Aluna ngambek dan berjalan lebih dulu dari Andre, sedangkan Andre hanya tertawa geli melihat kelakuan Aluna yang seperti itu.                                                                                         ***             Aluna menghentakan tasnya di atas meja, dan itu membuat Rama yang tengah duduk membaca komik sedikit tersentak, dan itu semua tidak luput dari penglihatan Andre yang masih berada di depan pintu kelas, yang berjalan lebih lambat dari Aluna.             "Lo, kenapa?" tanya Rama ramah, saat melihat Aluna yang sudah duduk di kursinya.             Aluna diam dan menggeleng, tanpa mau menyahut apa yang ditanyakan oleh Rama, toh hal itu juga tidak bisa diceritakan kepada orang lain.             "Misi, ini kursi gue," ucap Andre ramah menunjuk kursi yang tengah diduduki oleh Rama, karena memang kursi yang ada di samping Aluna itu kursinya, harusnya.             Rama menaikan alisnya pertanda bingung dengan ucapan murid itu, "Sorry, ini kursi gua,” jawabnya, Rama lalu mengalihkan fokusnya kepada komik yang kembali ia baca.             Andre menghela napas, "Tapi ini kursi gue boking duluan,” jawab Andre lagi, yakan memang ini sebenarnya kursinya dan Aluna, kemarin kan ia tidak masuk karena ada hal yang mendesak, karena Hari yang tertabrak anak kecil itu, tapi hari ini kan dia sudah masuk, dan kembali mengambil alih kursinya, lagi pula ia juga tidak bisa berpisah dengan Aluna.             Aluna yang melihat itu diam, lalu beranjak pergi meninggalkan kursi yang di perebutkan Andre dan Rama itu, Aluna duduk di bangku paling belakang, di samping Indra yang pagi-pagi sudah berisik dengan teman di kursi di depannya.             Sedangkan Andre dan Rama saling pandang saat menyadari bahwa Aluna sudah pergi dari tempat duduknya, tatapan mata keduanya saling menyalahkan karena salah satu dari keduanya membuat Aluna pergi, atau lebih tepatnya karena Andre yang membuat kekacauan ini.             "Al," panggil Andre, akhirnya.             Aluna diam, menatap kelakuan Andre, "Kalian kayak anak kecil," ucapnya bernada dingin, menatap Rama mau pun Andre, sungguh, mereka berdua tidak mau mengalah sama sekali, ya Aluna juga jujur saja tidak bisa menyalahkan Andre, karena Andre memang sudah meminta kursi itu untuk mereka, tapi Andre ada salahnya juga, kemarin ia tidak masuk alias bolos, sedangkan Rama juga sebenarnya di satu sisi tidak salah, karena Ibu Rose langsung yang memilihkan tempat duduk untuknya, tapi kemarin Rama juga sudah ditegur oleh Aluna kan untuk pergi dari kursi itu.             Aluna sedang tidak mood, ia sedang sakit kepala gara-gara kurang tidur, iya, selapas Andre pergi dari kamarnya tadi malam, ia tiba-tiba kebangun dan menghayalkan film horor yang habis di tontonnya, dan ia menjadi parno sendiri, menyebabkan ia tidak tidur hingga pagi.             Rama menghela napas lalu berdiri, menyusul Aluna yang duduk dibelakang dengan posisi sudah menempelkan kepalanya di atas meja, dengan alas tangannya. "Duduk di depan gih," ucapnya pada perempuan itu, satu tangan Rama hampir saja terangkat untuk mengelus rambut perempuan itu.             Aluna seketika membangunkan badannya, terkejut dengan ucapan Rama dan juga pilihan laki-laki itu, tapi tak urung perempuan itu untuk melangkahkan kakinya kembali menuju kursi yang sudah diduduki oleh Andre, dan kembali merebahkan dirinya.             Andre tersenyum, tapi senyumnya jelas langsung dibalas dengan wajah masam Aluna. Aluna kembali duduk di kursinya semula, sedangkan Andre di sebelah kanannya, menatap perempuan itu dengan senyumnya yang lebar.             Andre memilih meraih pipi Aluna, tapi langsung di tepis Aluna, "Apa sih Ndre, pagi-pagi sudah m***m," balasnya ketus, menatap laki-laki yang benar-benar menggangunya itu.             Andre kembali terkekeh geli, laki-laki itu pun semakin menggoda Aluna.             Aluna kembali merebahkan kepalanya di meja, ia mencuri-curi waktu untuk memejamkan matanya sebelum bel tanda pelajaran pertama dimulai berbunyi, kepalanya rasanya berat sekali.             Melihat Aluna yang kembali memejamkan matanya, Andre memilih untuk merapikan rambut perempuan itu, mengelusnya pelan mencoba meredam kemarahan kekasihnya itu. "Jangan marah," bisik Andre tepat di atas duan telinga Aluna.             Hari yang melihat kelakuan Andre dari depan pintu pun berteriak heboh, "Woy ngapain tuh Andre, pagi-pagi udah cium ceweknya," katanya mengundang tatapan beberapa murid yang sudah ada di kelas memandang kearah Andre berada.             Andre yang mendengar suara Hari itu pun langsung membelakkan matanya, memang temannya yang bernama Hari ini mulutnya tidak pernah disaring kalau berbicara itu.             Aluna kembali mengangkat tubuhnya, menatap Hari yang masuk ke dalam kelas dengan cengirian tanpa dosa, sedangkan Aluna sendiri menatapnya seperti pembunuh yang tengah menemui mangsanya.             "Mampus, lo di tatap singa kan lo," ledek Andre melihat wajah Hari yang sedikit melembut karena melihat mimik wajah Aluna yang masih menatapnya itu.             Aluna kembali menarik napas, dan menatap Andre, rasanya Aluna ingin sekali menyumpal mulut Andre dengan mulutnya, eh salah dengan apa pun itu maksudnya, karena sungguh meresahkan sekali laki-laki itu sejak tadi pagi. Amarah Aluna kembali tertahan karena wali kelasnya memasuki ruang kelas karena bel pelajaran sudah berbunyi.             "Ibu Isna tidak bisa masuk, jadi sekarang Ibu yang mengambil alih, nama Ibu adalah Ibu Rosa, wali kelas kalian." Ibu Rosa ibu yang kelihatanya masih muda menurut Aluna, mungkin masih berumur dua puluh delapan tahun. "Kita mengadakan pemilihan ketua kelas, atau kalian saja yang memilih sendiri?" ucap Ibu Rosa sedangkan murid-murid menjawab dengan pemilihan yang dilakukan Ibu Rosa saja, karena menurut murid itu akan terlihat lebih adil.             Aluna mengangkat tangannya saat Ibu Rosa menanyakan siapa yang ingin menjadi Bendahara di kelas Sebelas A IPA ini, karena memang sejak sekolah menengah pertama Aluna menjadi langganan Bendahara, dan rasanya akan ada yang kurang kalau perempuan itu melepas jabatannya. Pemilihan pun berlanjut, Andre yang awalnya tidak ingin mendaftarkan diri kini mengangkat tangannya untuk melamar lowongan menjadi ketua kelas. Tidak ada yang mengangkat tangannya selain Andre, dan itu menghasilkan Andre lah yang kini menjabat menjadi ketua kelas di Sebelas A IPA.             "Oke anak-anak masih ada dua jam pelajaran lagi, ibu bebaskan asal tidak ada keributan yang berlebihan ya, kalau sampai ada keributan bukan hanya ketua kelas saja yang ibu jemur, tapi kalian semua." Ibu Rosa berdiri lalu melangkah keluar kelas setelah melakukan sesi pemilihan instruktur kelas.             Aluna yang sedari tadi masih mengantuk pun kembali merebahkan kepalanya di atas meja wajahnya kini menghadap Andre yang tepat di sebelah kananya.             "Kamu pasti enggak tidur sama sekali ya?" Tanya Andre saat melihat mata Aluna yang sudah tertutup kembali.             "Iya," jawab Aluna masih dengan matanya yang tertutup.             Andre mendaratkan tangannya di atas pucuk kepala Aluna dan sedikit mendekatkan wajahnya ketelinga Aluna sambil berucap, "Ma’afin aku, pasti gara-gara nonton film horor tadi malam ya?"             Aluna kembali membuka matanya, ia kembali menunda tidurnya, mumpun jam kosong Aluna harus memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya, "Iya Andre," jawabnya masih dengan sabar. Aluna tersenyum dan kembali merebahkan kepalanya di meja, "Jangan ganggu aku lagi Ndre, aku ngantuk," ucap Aluna saat Andre kembali membuka mulutnya ingin mengeluarkan kata-kata lagi.             Sebenarnya Andre itu cerewet, ia ribet seperti perempuan, tapi entah kenapa cerewet Andre lah yang menambahkan mood bahagia bagi Aluna, tapi terkadang cerewet Andre itu salah tempat, seperti ini conyohnya.             "Ish," desis Andre merasa tidak terima, Aluna tidak asik, tangannya kini sudah mendarat mulus di kepala Aluna, mengelus-ulusnya seperti mengelus kepala bayi agar cepat tidur.             Hari yang melihat kejadian di depannya itu pun mendadak sebal, karena melihat adegan yang terlarang bagi jomblo sepertinya itu. "Pacaran aja terus Pak ketua kelas," ledeknya sambil terkekeh."             Andre memalingkan kepalanya, menatap Hari dan berucap, “gua sama Aluna cuman teman," jelas Andre penuh penekanan.             Perkataan Andre tadi tanpa terkira membuat Aluna tersenyum kecut dalam hatinya, ya, dirinya dan Andre hanya sebatas teman, teman.                                                                                             ---
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD