Cuaca tidak begitu cerah hari ini, seakan mewakili suasana hati gadis cantik berambut panjang itu. Ia senang karena sebentar lagi akan melihat kekasihnya, namun juga sedih bila mengingat bagaimana hubungan ini terjalin. Tidak ada restu, yang ada hanya tentangan karena ia terlahir di tengah keluarga sederhana.
Apa cinta hanya milik orang kaya saja? Apa kebahagiaan dan restu hanya akan diberikan kepada orang dengan derajat tinggi?
Ia tidak menyalahkan keadaan, ataupun Tuhan karena memberikannya keluarga yang sederhana. Tapi, ia menyalahkan pemikiran orang kaya yang menganggap orang dengan kehidupan sederhana tidak pantas bersanding dengan mereka, para orang kaya. Memang tidak semua orang kaya seperti itu, namun ia bertemu dengan orang yang berpikiran seperti itu.
Lelah berkutat dengan pikiran tentang orang kaya membuat Jiwon menghela napas berat, kemudian fokus menatap ke depan. Seorang pria tampan dengan kulit putih pucat sedang tersenyum padanya, bahkan pria tampan itu sampai meninggalkan kopernya begitu saja hanya untuk berlari ke arah Jiwon dan memeluknya.
"Aku merindukanmu." Oh Sehun, pria itu bersuara ketika sudah memeluk Jiwon dengan sangat erat.
"Aku juga merindukanmu," balas Jiwon, dan ia juga membalas pelukkan Sehun.
Sehun melepas pelukkannya, kemudian menatap Jiwon yang terasa berbeda kali ini. Bukan karena lama tidak bertemu, tapi Sehun sungguh merasa ada yang berbeda dari Jiwon. Gadis di depannya bicara seperti penuh rasa cemas, mungkin juga takut.
"Kau kenapa? Kau khawatir kalau Ibu dan Ayahku akan datang kemari? Tenang saja, aku tidak mengatakan pada mereka kalau aku pulang hari ini," ucap Sehun, tapi Jiwon menggeleng sebagai tanda bahwa bukan itu yang ia pikirkan.
Untuk sekarang, sungguh bukan ayah dan ibu Sehun yang Jiwon pikiran. Tapi, ia memikirkan annoying boss. "Aku harus pergi bekerja sekarang. Sampai nanti!" Jiwon langsung pergi setelah ia bicara dengan sangat cepat, membuat Sehun mendengus kesal karena ternyata pekerjaan lebih penting darinya.
Sehun tahu Jiwon bekerja di mana dan apa jabatannya, Sehun pun juga tahu kalau bss Jiwon sangatlah menjengkelkan. Dari mana Sehun tahu? Tentu karena Jiwon bercerita padanya. Kini setelah berada di Korea, Sehun menjadi begitu ingin bertemu dengan si annoying boss itu dan melihat bagaimana cara dia memperlakukan Jiwon.
"Tunggu aku, Cho Kyuhyun!" ucap Sehun, lengkap dengan smirknya.
****
Pukul 9 pagi dan Jiwon benar-benar sudah terlambat! Jiwon berjalan dengan terburu-buru ke ruangan Kyuhyun, beberapa pegawai juga sampai memberikan tatapan iba padanya sembari berdoa dalam hati agar Jiwon baik-baik saja.
Terlambat menghadap Kyuhyun diibaratkan sebagai selangkah menuju gerbang kematian. Siapa yang tidak tahu kalimat itu? Semua pegawai di Hanyoung Group atau orang-orang yang mengenal Kyuhyun mengetahuinya, namun tidak semua pernah mengalaminya. Kalau saja sampai mengalaminya, maka bisa dikatakan kalau itu adalah kesialan terbesar dalam hidup mereka.
Begitu sampai di depan ruangan Kyuhyun, Jiwon lebih dulu bercermin dan membenarkan rambutnya. Baru kemudian ia mengetuk pintu, lalu masuk ke ruangan annoying boss. Sudah bisa ditebak apa yang Jiwon dapatkan sekarang? Benar, tatapan tidak bersahabat dari Kyuhyun. Bahkan jika lihat lagi, Kyuhyun seperti ingin menelan Jiwon saat itu juga.
"Kau tahu jam berapa sekarang?!" tanya Kyuhyun dan siapa yang mendengarnya pasti akan merinding, seperti sedang berada di sebuah ruangan penuh mahkluk tak kasat mata.
"Pukul 9:05 pagi," jawab Jiwon lemah, kepalanya pun sudah tertunduk.
Kyuhyun memutar kedua bola matanya dengan sangat malas, lelah menghadapi pemalas seperti Jiwon. Di mata Kyuhyun, Jiwon tidak lebih dari batu. Tahu apa artinya? Jiwon tidak akan bergerak jika tidak dipindahkan, sama seperti dia tidak akan bekerja lebih baik jika tidak dituntut untuk menjadi lebih baik. Dia akan tetap berada di zona nyaman, namun malangnya zona nyaman Jiwon adalah zona kemalasan.
Mungkin Jiwon menganggap sudah melakukan pekerjaan dengan sangat baik, tapi kenyataan tidak seperti itu. Empat kali terlambat saat minggu pertama masuk kerja, begitukah definisi baik dalam bekerja bagi Jiwon?
"Karena kau terlambat untuk yang 10 kali dalam kurun waktu 2 bulan, maka gajimu bulan ini aku potong 30 persen!"
Ucapan Kyuhyun membuat Jiwon merasa seperti baru saja di lempar dari atap gedung Hanyoung Group. Gajinya dipotong? 30 persen? Terkutuk kau, Cho Kyuhyun! Jiwon mengumpat dalam hati, walau sebenarnya menyadari kalau ia memang salah. Tapi, tidak mungkinkan ia menyalahkan Sehun karena datang terlambat. Memang Kyuhyun saja yang tidak memiliki pengertian dan tidak bisa memaklumi keterlambatan sebanyak 10 kali.
"Apa tidak bisa 10 persen saja? Aku membutuhkan uang itu, Presdir," mohon Jiwon, di saat ia sangat ingin memukul kepala Kyuhyun menggunakan tab di tangannya.
"Kau sedang berhadapan dengan atasanmu, bukan penjual yang bisa di ajak tawar menawar!" inilah balasan dari permohonan Jiwon, menandakan kalau Kyuhyun sudah sangat kesal sekarang.
Tidak ada lagi yang bisa Jiwon katakan setelah kalimat ketus Kyuhyun keluar, ia hanya membungkuk sebagai permohonan maaf dan berharap kalau semua hanya sampai di sini. Jangan ada lagi pekerjaan di luar tugas sebagai hukuman, cukup hanya potong gaji meski ia sangat tidak rela itu terjadi.
Tapi kenyataan tidak selalu seperti harapan Jiwon. Setelah memotong gaji sesuka hatinya, sekarang Kyuhyun memberikan kunci mobil dan mengucapkan kalimat yang membuat Jiwon ingin mati saja.
"Jemput Na Na di tempat Lee Donghae dengan mobilku. aku akan mengirimkan alamatnya ke ponselmu," ucap Kyuhyun, tidak mempedulikan betapa takutnya Jiwon sekarang.
Jiwon tidak peduli siapa itu Na Na, sebab ia sedang memikirkan bagaimana nasibnya ketika harus membawa mobil Kyuhyun. Bagaimana kalau mobil Kyuhyun lecet? Atau bagaimana kalau ia mengalami kecelakaan karena terlalu gugup? Mungkin bukan hanya nyawanya yang melayang, tapi ibunya juga bisa menderita karena harus mengganti mobil mahal Kyuhyun.
"Aku naik bis atau taksi saja, karena aku tidak pantas menaiki mobil Presdir." Jiwon memberikan alasan, sedangkan Kyuhyun terlihat seperti sedang berpikir dengan sangat keras dan memakan waktu cukup lama.
Dalam hatinya, Jiwon berharap Kyuhyun akan berubah pikiran dan ia tidak harus mengendarai mobil mewah Kyuhyun. Di luar sana pasti ada banyak orang yang ingin mengendarai mobil mewah seperti mobil milik Kyuhyun, tapi Jiwon sungguh tidak berpikir seperti itu. Ia lebih memilih naik bis atau taksi, agar tidak pusing memikirkan segala kemungkinan terburuk.
"Baiklah, kalau begitu aku yang akan menyetir dan kau ikut denganku!" Beginilah hasil pemikiran Kyuhyun, setelah berpikir selama 1 menit lamanya.
Kali ini ucapan Kyuhyun terdengar cukup baik, namun tidak membuat Jiwon merasa lebih baik. "Apa harus sekarang menjemput Na Na? 1 jam lagi, Presdir ada pertemuan dengan Tuan Park."
"Kita akan kembali ke kantor sebelum Tuan Park datang." Kyuhyun menjawab dengan acuh, kemudian pergi mendahului Jiwon.
Tadi Jiwon tidak peduli siapa itu Na Na, tapi sekarang ia jadi sangat memikirkan Na Na. Siapa dia? Apa anak Kyuhyun, selain Han Byul? Dan siapa itu Donghae? Kenapa kehidupan Kyuhyun dipenuhi begitu banyak teka-teki? Membuat ia pusing saja.
••••••
bersambung ....