Wanita cantik bermarga Kim itu meneguk sebotol air minum sampai habis, kemudian meremas botol kosong hingga tampak sangat mengenaskan. Andai botol itu adalah Kyuhyun, tidak terukur lagi betapa tingkat kesenangan Jiwon karena bisa meremas Annoying Boss sampai remuk. Tapi lagi-lagi ia hanya bisa berandai-andai dan berkhayal, sebab kesabaran harus diutamakan.
"Menyebalkan!" umpat Jiwon, lalu membuang botol yang sudah mengenaskan ke dalam tempat sampah.
Setelah merasa lega karena baru saja melampiaskan kekesalan pada botol, Jiwon mulai mengambil sumpit dan berniat makan siang. Meladeni sifat menyebalkan Kyuhyun membuat Jiwon tidak hanya kesal, namun juga lapar dan haus berlebih. Untung Jiwon masih bisa bersikap normal, hingga Kyuhyun tidak ia telan setelah di mutilasi. Lihat? Gara-gara Kyuhyun, jiwa kriminal dalam diri Jiwon perlahan bangkit.
Satu suap makan siang siap masuk ke mulut Jiwon, namun ponselnya tiba-tiba berdering karena telepon dari orang bernama Annoying Boss. Melihat nama itu tertera pada layar ponselnya membuat Jiwon kembali meletakkan sumpit dengan sangat kasar, hingga ia menjadi pusat perhatian dari seisi kantin perusahaan.
Kedua tangan Jiwon mengepal dan wajahnya memerah menahan emosi. Apalagi sekarang? Menganggu makan siangnya? Jiwon yakin pasti ada malapetaka di balik telepon Kyuhyun, tidak mungkin si Annoying Boss itu meneleponnya hanya untuk basa-basi.
Ingin rasanya Jiwon mengabaikan telepon Kyuhyun, tapi ia bisa tamat hari ini juga kalau sampai mengabaikan telepon Kyuhyun. Dengan terlebih dulu menghela napas guna meredam sedikit emosi, baru sesudahnya Jiwon menjawab telepon dari Kyuhyun.
"Halo, Presdir?" sapa Jiwon halus, sampai tidak terlihat seperti sedang menahan emosi.
"Kenapa lama sekali mengangkat teleponku?!"
Helaan napas kembali keluar dari mulut Jiwon, sebelum menjawab pertanyaan Kyuhyun dengan begitu halus. "Saya sedang makan siang. Apa Presdir membutuhkan sesuatu?"
"Ya! Makanlah dengan cepat, lalu ke ruanganku!" setelah mengatakan ini, Kyuhyun langsung memutuskan sambungan telepon tanpa memberikan kesempatan bagi Jiwon untuk bicara.
Jiwon menjauhkan ponsel dari telinga kanannya. Jiwon meremas ponsel berwarna rose gold itu, setelahnya kembali meneguk sebotol air dan mengunyah makanan dengan begitu sadis. Kyuhyun benar-benar kurang ajar, bahkan ibunya saja tidak pernah menyuruh ia makan dengan cepat dan malah mengatakan makanlah dengan pelan-pelan agar kau tidak tersedak. Sesudah berkata seperti itu, ibunya pasti akan tersenyum dan sekarang Jiwon membutuhkan senyum ibunya agar bisa kembali meladeni si Annoying Boss.
****
"Jiwon, baju ...."
"Besok saja!" Jiwon menyela ucapan Min Ji sambil berlari, sebab Kyuhyun pasti sudah menunggunya dan juga siap mencibirnya lagi.
Min Ji hanya bisa menghela napas dan pasrah saja. Min Ji tahu kenapa Jiwon sampai lari seperti itu, apalagi kalau bukan karena Kyuhyun, si Annoying Boss. "Semoga dia baik-baik saja," ucap Min Ji, seolah Jiwon akan berhadapan dengan maut.
Sembari berlari, Jiwon sesekali menatap arloji untuk melihat berapa lama waktu yang sudah ia habiskan dari sejak makan hingga saat ini. Sepuluh menit, selama itulah waktu sudah berlalu dan ini sudah sangat cepat, bukan? Bagi kebanyakan orang mungkin sudah, tapi rasanya tidak untuk Kyuhyun.
Saat bayangan cibiran Kyuhyun semakin memenuhi otaknya, langkah Jiwon juga semakin cepat menuju ke ruangan Kyuhyun. Ketika ia semakin dekat dengan ruangan Kyuhyun, entah kenapa Jiwon merasa kalau malapetaka semakin mendekat padanya.
Begitu sudah sampai di depan ruangan Kyuhyun, Jiwon dengan cepat mengetuk pintu, lalu masuk. Benar dugaannya, Kyuhyun sudah bosan menunggu hanya dalam waktu 10 menit dan sekarang memberikan tatapan intimidasi padanya. Bibir pria itu bahkan nampak mulai bergerak, pertanda siap mengeluarkan cibiran atau perintah aneh.
"Lamban!" sudah Jiwon duga ini akan keluar dari mulut Kyuhyun, si Annoying Boss.
"Maafkan Saya," ucap Jiwon, sembari membungkuk di hadapan Kyuhyun.
Berdecak. Benar, Kyuhyun berdecak setelah mendengar permintaan maaf Jiwon. Kebiasaan? Bisa dikatakan demikian, sebab Kyuhyun selalu berdecak atau berdecih setiap kali Jiwon membuat ia kesal. Tanpa sadar bahwa Jiwon juga kesal karena sifatnya yang terlalu perfeksionis, menjengkelkan dan terkadang bisa sangat cerewet.
"Kenapa Presdir meminta saya kemari? Apa ini tentang jadwal? Presdir ...."
"Diam! Ikut aku." Kyuhyun menyela ucapan Jiwon, bersamaan dengan ia bangkit dari duduknya dan berjalan mendahului Jiwon.
"Apa malapetaka benar-benar datang padaku?" Jiwon bergumam, sebelum ia mengikuti langkah Kyuhyun dengan penuh keterpaksaan.
****
Tahu ke mana Kyuhyun mengajak Jiwon pergi? Membeli bahan makanan yang seharusnya ini tidak menjadi keharusan bagi seorang sekretaris. Sejak kapan sekretaris harus menemani pimpinan berbelanja keperluan dapur? Jiwon rasa ini hanya terjadi padanya.
Jika biasanya saat berbelanja biasa si pria yang mendorong troli, sementara si wanita mengambil barang belanjaan. Maka sekarang terbalik, yaitu Jiwon mendorong troli sedangkan Kyuhyun mengambil bahan makanan yang diperlukan.
Sudah hampir 1 jam lamanya mereka berkeliling mencari barang belanjaan, namun Kyuhyun sepertinya belum merasa cukup. Bahkan sejak 1 jam berkeliling, ia baru mengambil daging, beberapa sayuran dan 3 sekotak sereal. Kini satu fakta kembali Jiwon ketahui, yaitu Kyuhyun sangat pemilih dalam berbelanja.
"Bantu aku juga, jangan hanya mendorong troli!" Kyuhyun bicara dan membuat lamunan Jiwon buyar, tergantikan oleh keterkejutan juga kekesalan.
"Baik, Presdir." Nada bicara Jiwon masih sangat halus, walau kedua tangannya sudah mengepal dengan sempurna.
Setelah mendapat kalimat menjengkelkan dari Kyuhyun, Jiwon akhirnya mulai memilih bahan makanan dengan sesekali bertanya apa yang Kyuhyun butuhkan. Namun anehnya Kyuhyun malah mengatakan bahan makanan yang tidak ada di rumahmu, seolah semua ini untuknya. Ketika ingin bertanya lebih lanjut, Kyuhyun malah meninggalkannya.
"Apa maunya si Annoying itu?" Kesal Jiwon, hingga tanpa sadar ia menendang troli dan mengakibatkan kakinya terasa sakit.
"Ini benar-benar malapetaka!" kesal Jiwon, lalu ia mengikuti langkah Kyuhyun dengan lagi-lagi mendorong troli.
****
Hari sudah menunjukkan pukul 3 sore, si Annoying Boss dan sang Sekretaris sudah mendapatkan berbagai belanjaan. Sekarang mereka sedang dalam perjalanan dan Jiwon merasa ini seperti jalan menuju ke rumahnya. Bukan lagi merasa, tapi ini memang jalan menuju ke rumahnya!
"Presdir, kenapa ...."
"Diam, atau kau yang menyetir!" ancam Kyuhyun dan seketika membuat Jiwon terdiam.
Sebenarnya Jiwon bisa mengendarai mobil, tapi ia tidak mau mengambil resiko dengan mengendarai mobil super mahal milik Kyuhyun. Kalau saja ia sampai menabrak, maka ia harus bersiap menanggung biaya perbaikan mobil atau bahkan membelikan mobil baru dengan jenis yang sama. Semoga ini tidak akan pernah terjadi, sebab menabung seumur hidupnya terasa tidak akan bisa mengganti mobil Kyuhyun.
20 menit kemudian. Mobil Kyuhyun sudah terparkir di depan rumah sederhana Jiwon yang ditinggali bersama sang ibu. "Bukakan pintunya!" Kyuhyun kembali memberi perintah di luar tugas sekretaris, sebab Jiwon rasa ini seharusnya menjadi tugas seorang supir.
"Apa sekertaris harus melakukan itu?" tanya Jiwon, masih mempertahankan nada halus.
"Menurutmu? Dengan gaji lebih tinggi dari sekretaris di luar sana, maka sudah sepantasnya kau mendapat lebih banyak tugas." Dengan cepat Kyuhyun menjawab pertanyaan Jiwon, membuat wanita yang berstatus sebagai sekretarisnya itu hanya bisa tersenyum tipis.
"Saya mengerti," ucap Jiwon pasrah, kemudian keluar dan membukakan pintu mobil untuk Kyuhyun.
Begitu pintu terbuka, Kyuhyun keluar dengan gaya angkuhnya. Kyuhyun sungguh tidak tahu betapa besar keinginan Jiwon untuk melemparnya ke Antartika dan keinginan Jiwon semakin menjadi ketika Kyuhyun tersenyum pada ibunya yang baru saja keluar dari rumah, parahnya lagi ibunya, Jang Nara, membalas senyuman Kyuhyun.
“Apa ini? Si Annoying Boss ingin berkencan dengan Ibu?” ucap Jiwon dalam hati. Jiwon tidak percaya kalau ibunya yang selama ini mengaku tidak suka pada Kyuhyun justru tersenyum dengan begitu manis pada pria itu.