Kebusukan [3-D]

1601 Words
Dengan Calmanac Barbara harusnya jadi perkara mudah untuk menghabisi Shun secara langsung. Justru masalah yang tersisa tinggal di sisi Bayu. Jika ada di dekat anak itu maka seperti terdapat medan penolak aneh yang buat apa pun serangan yang ia lakukan tak akan mempan pada Shun. Masih berpihakkah Dewi Fortuna kepada dirinya? Suatu malam saat semua orang telah terlelap, ia berusaha untuk mengendap-endap menyelinap masuk ke dalam kamar Shun. Di tangannya sendiri telah ada sebilah pisau yang akan ia gunakan untuk menghabisi anak itu. Setelah semua masalah ini beres ia merasa tinggal menimpakan kesalahan pada orang lain dengan menggunakan suatu taktik manipulasi kenyataan yang biasa ia pelajari saat masih ada di pelatihan calon mata-mata dulu. Semua itu (harusnya) akan jadi sangat sederhana dan bisa berjalan sesuai dengan rencana. Walau pada kenyataannya belum pasti juga semua akan berjalan semudah itu. Karena lagi-lagi, semua yang terjadi di dunia ini kadang tak bisa hanya sekadar diukur menggunakan prediksi. Tidak bisa serta merta ada kepastiannya. Semua pasti seperti itu adanya. Bahkan untuk siapa pun juga. TANG!!! Ah? Eh? Oh? Tidak mungkin. Sebilah benda tajam yang telah ia asah dengan bak itu malah sampai terlepas dari pegangannya. Seperti terdapat suatu medan antibodi Calmanac di sekujur tubuh Shun yang senantiasa melindungi anak itu. Padahal Bayu sedang tak ada di dekatnya. Kenapa bisa seperti ini? Siapa anak ini sebenarnya? Rupanya ia tak bisa semudah itu menghabisi Shun. Apa yang harus ia katakan pada Kirika? Malah wanita itu bisa balik menghabisinya. Gawat. Sekitar dua hari lagi Bayu dan Kanbara akan kembali dari investigasi yang sedang mereka jalankan sekarang. Kekuasaan dari keluarga Shinosaki memang telah melancarkan segalanya. Para trainer pasti tak mau buat ulah juga dengan mereka. * “Shun, apa kau memasukkan orang lain ke sini selama aku tak ada?” tanya Bayu sebelum memulai rapat mereka setelah ia kembali dari perjalanannya. Shun hanya menjawab, “Tidak ada, kok. Memangnya kenapa?” ia balik bertanya. “Aku merasakan adanya atmosfir Calc. aneh yang terasa cukup kental di sepenjuru ruangan ini. Aku yakin sekali kalau sebelum aku pergi tak ada. Aku seperti merasa ada serpihan Ceaen Treated di ruangan ini,” terang Bayu. “Aku rasa itu tidak mungkin,” bantah Shun, “Satu-satunya yang berhubungan dengan Ceaen Treated di ruangan ini ya cuma kau.” Karena tak kunjung temukan penjelasan masuk akal untuk hal aneh yang ia rasakan. Rapat sederhana mereka pun dimulai saja. Kanbara memulai percakapan dengan mengatakan laporan soal bagaimana keadaan yang ada di dalam dinding. Yah, tak ada yang istimewa. Hanya seperti mukim perkantoran biasa. Dari yang ia dengar, orang-orang yang bekerja dalam dinding memperdayakan dinding untuk mengatur keseimbangan kadar Calc. yang memenuhi wilayah tempat mereka tinggal. Lain lagi dengan Bayu. Ia mengaku menemukan seperangkat mesin aneh di dalam Fair Fire Wall. Mesin itu miliki wujud yang memanjang sepanjang dinding dan berada di setiap tingkatan. Calmanac Barbara-nya yakin sekali kalau ia telah rasakan semacam resonansi menarik dari perangkat tersebut. “Kanbara, apa kau mendengar sesuatu soal mesin-mesin itu dari para pegawai?” tanya Shun. Kanbara menganggukkan kepala lantas menjawab, “Mereka bilang itu hanya mesin untuk lakukan distorsi pada gangguan dari luar Fair Fire Wall yang bisa jalankan rekonstruksi otomatis pada kestabilan Calmanac penduduk wilayah yang ada di dalam dinding,” jawabnya. “Kalau penemuannya cuma itu kita bisa apa?” tanya Shun menopangkan dagu dengan raut serius di atas meja. Ia tentu saja sangat menghargai seluruh perjuangan Bayu dan Kanbara yang telah rela berkorban lakukan semua ini. Hal yang tak bisa ia lakukan. Tapi, jika seperti ini juga memang lantas apa bedanya jika mereka tak lakukan hal apa pun? Apakah akan ada berbeda terjadi hanya dari informasi yang sangat sedikit ini? Ia, Shun, dengan tanggung jawab yang ia rasa ia punya, harus merancang sesuatu yang solid dari serangkaian informasi implisit agar bisa menghasilkan sesuatu yang bekerja. Yang berdaya guna. Yang mana hal itu sangat sulit untuk dilakukan bagaimanapun duduk perkaranya. Jadi, sekarang apa yang bisa ia lakukan demi dapatkan apa yang diinginkan demi sesuatu bernama kebaikan? “Shun, Bayu,” panggil Kanbara hati-hati. Ia khawatir ucapannya akan beri dampak kurang baik. “Sebenarnya aku berhasil mencuri dengar sesuatu." "Apa itu sesuatu yang penting?" tanya Shun tidak begitu banyak berharap pada temannya satu itu. Yah, mencegah diri dari rasa kecewa berlebihan. Hal itu akan tidak baik juga rasanya. Kanbara melanjutkan laporannya, "Ini semua adalah tentang identitas dari pelaku p*********n kali ini. Ia menggunakan nama SEA dalam tiap aksinya.” “Yang melakukan ini pasti menghendaki kekacauan seluruh negeri. Tanpa terkecuali,” kata Shun merasa mulai kembali cukup b*******h walau ia masih berusaha sembunyikan apa yang sebenarnya tengah ia rasakan dalam perasaan. Tapi, melihat respon yang diberi oleh seseorang kenapa sepertinya kurang menyenangkan. Ia pun bertanya lagi pada anak itu, “Kenapa wajahmu jadi pucat seperti itu, Bayu?” Anak remaja itu hanya merespon dengan senyuman yang tampak sangat biasa. Dalam hati sebenarnya ia juga sangat khawatir. Semua kerusakan yang terjadi akibat telpon yang ia terima beberapa hari lalu. Apakah ini salahnya, Tuhan? Bayu hanya tak ingin mengecewakan siapa pun. Tapi, tak ingin mengecewakan siapa pun kadang juga bermakna bahwa ia harus mengecewakan sebagian yang lain. Bagaimanapun juga dalam hidup ini tak akan ada yang bisa selalu sepenuhnya dipuaskan. Diberi kebahagiaan. Tidak, ini bukanlah dunia semacam itu bahkan setalah diketemukannya Ceaen Treated. “Apalagi yang kiranya bisa kita gunakan untuk menangkap penjahata itu? SEA?” tanya Bayu. “Polisi saja tidak bisa. Bukankah sebaiknya kita tak usah berlaku macam-macam? Aku jadi sedikit khawatir pada kalian,” akunya jujur. Kanbara dan Shun malah tersenyum. Mereka sudah berjanji untuk bersama berjuang mengakhiri konflik yang melanda dunia. Cobaan kecil begini kalau tak mereka hadapi, kedepannya bisa apa? ... Di minggu keempat wajib militer sesi ketiga. Terjadi peningkatan stres area di wilayah dalam Fair Fire Wall Saitama. Para murid dengan Calmanac tinggi saja pada tepar dibuatnya. Golongan pertama dan golongan kedua apalagi, mereka jauh lebih parah loyonya. Konflik yang ditimbulkan oleh SEA bagai dapat mengacaukan rasionalitas banyak orang dengan Calmanac mereka masing-masing. Semua orang diserang stres berkepanjangan yang berbahaya untuk Calmanac mereka. Shun sebagai ketua OSIS merasa kalau dirinya tak akan bisa biarkan semua keadaan ini terus berlanjut. Apalagi komplotannya belum berhasil menemukan informasi apa pun yang bisa bawa mereka pada sang pelaku, SEA. ... Suatu sore di rapat OSIS untuk mencari tahu solusi masalah. Shun merasakan pandangan tak enak dari Kanon. Orang itu sikapnya makin menjadi saja anehnya. ... Malam di kamarnya. Ia ganti berkeluh kesah pada Bayu karena tak bisa menemukan solusi penanggulangan stres area camp pelatihan. “Kenapa tidak kita adakan pesta?” usul Bayu. “Festival bisa memakan banyak Calc. Yang aku maksud pesta dansa gitu, lho. Kalian anak orang kaya semua, kan?” tanya Bayu. GOTCHA! ... Tiga hari kemudian stres area mengalami penurunan semenjak diumumkannya penyelenggaraan pesta malam. Para siswa dan siswi kembali ke rumah mereka mengambil peralatan bersolek dan baju-baju yang harganya akan membuat seseorang dari kalangan bawah menangis. Sampai akhir pesta, Shun menuai kesepakatan dengan Rinji, pelatihan akan diliburkan. Gadis itu sendiri sebenarnya juga senang akan keputusan ini. “Ide yang sangat bagus, Shun kun,” kata Rinji saat tengah memoleskan gincu di bibir. Malam ini ia akan berpasangan dengan Pak Hijiri, guru Kimia yang terkenal paling ganteng dan rupawan banyak diidolakan satu sekolahan. ... Sementara itu di kamar Shun dan Bayu sendiri. Mereka bersama Kanbara tengah bersiap untuk pesta yang akan diadakan pukul tujuh malam nanti. Saking sibuknya mengurus akomodasi pesta, Shun sampai lupa memilih pasangan. Agak kurang keren kalau datang sendiri. Tapi ia hanya ingin berdansa dengan seseorang. Berbeda dengan Kanbara yang senengnya amit-amit jabang bayi. Pesta ini akan dihadiri oleh para keluarga bintang selaku donatur utama. Di hadapan orang tua mereka, Kanbara harus berpasangan dengan Touki. Walau gadis itu masih menolak, ia akan buat gadis itu jatuh cinta padanya. Kalau dengan Bayu sendiri... “Aku nggak akan ikut,” kata anak remaja Indonesia itu sambil tiduran di kasur dengan kaos abal dan boxer santai yang rada kebesaran karena merupakan bekas milik Shun. “Jangan katakan hal yang tidak masuk akal seperti itu! Kau yang beri kami usul untuk acara ini. Malah tidak ikut. Mau nyari mati apa bagaimana, ya?!” kata Shun sambil berusaha memiting leher Bayu dengan tidak serius. “Bukannya seperti itu. Aku ini kan sama sekali nggak punya baju bagus. Aku kurang suka acara seperti itu juga, lho,” begitulah alasan yang ia beri. Shinyou dan Reika sendiri tampak begitu patah hati saat tahu Bayu memutuskan tak ikut serta. Beberapa cewek yang sudah siap memberanikan diri untuk mengajak Shun juga harus bersabar. “Kalau masalahnya baju, bilang dari kemarin, dong. Bakal aku minta Binjou bawakan sepasang,” kata Kanbara mengetik pesan di telpon genggamnya. Sekarang ia tak punya alasan lagi agar bisa tak ikut. Kenyataannya ia memang tak suka pesta. Sejak kecil juga tempatnya di dapur. Kemewahan akan terlalu terang untuk pandangannya yang sempit. ... Beberapa saat kemudian. Di hall pesta yang bertempat di balai pertemuan sekolah. Berpasang mata tak berkedip memandang setto kaicho. Tepatnya pasangan setto kaicho. Seorang gadis bertubuh jenjang dengan rambut hitam ikal panjang. Quircky hat penghias kepalanya tampak sangat menarik dan memiliki pesona. Tapi mereka tetap diam. Touki yang bersama Kanbara, Reika, Shinyou, dan Akako juga tak urung terperangah. Iyalah, orang yang jadi pasangan Shun itu Bayu. “Demi Tuhan, aku akan menghabisimu di tempat, Shun!” bisik Bayu merutuki kejadian yang menimpanya. Ia jadi berpakaian menggelikan begini gara-gara dua temannya yang sedang sedeng kuadrat. Kira-kira kakaknya jika melihat ini semua akan tertawa atau tidak? Masalah bermula saat Binjou datang membawakan pesanan Kanbara. Rupanya ia salah mengambil baju dengan baju kakak sepupu Kanbara. Lagipula Binjou pikir, Kanbara hanya peduli sama cewek. Jadilah...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD