Innovator dalam Pertunjukan Opera [2-B]

1011 Words
Penuh senyum keramahan pemuda itu mendekati Kanon. Dbuk! Memukulnya hingga tak sadarkan diri. Sambil memegang earphone di telinganya ia berkata dalam bahasa asing, “Menjawab pertanyaan rakyat sipil tak ada dalam daftar tugas.” Ia mulai melihat sekeliling yang sepi. “Kenapa aku bisa sampai sini? Gawat.” * Setelah membaringkan tubuh Kanbara yang terluka di rumahnya, Shun kembali ke tempat tadi untuk mencari orang yang sudah menolongnya. Keadaannya terlihat tak begitu baik. Ia harus menolongnya juga. Agak jauh dari tempat kejadian perkara, ia temukan seorang pemuda asing mencurigakan yang (entah bagaimana telah menyelamatkannya) tengah terseok-seok dengan tubuh tak berdaya di jalanan yang sepi dengan penampilan sangat kumuh bin kotor. Tidak enak dipandang. Tidak seperti umumnya masyarakat bintang. Ketika berusaha Shun dekati, pemuda yang tadi tampak lemah itu malah auto bergerak sigap untuk mengunci tubuh Shun. Slaat sleet sleet. Bruuk! Tak ayal Shun pun terpaksa harus berciuman dengan aspal jalan yang kering kerontang. “Wieso folgst du mir? Bist du ein Spion für den Feind? (Kenapa kau mengikutiku? Apa kau mata-mata pihak musuh?)” ia kembali bicara dalam bahasa asing. Bahasa Jerman. Melihat kebingungan Shun ia melanjutkan, “If you can't speak Germany, can you speak English or something more general? (Kalau tidak bisa bicara bahasa Jerman, apa kau bisa bicara bahasa Inggris atau sesuatu yang lebih umum?)” “That's my line, Mr Foreigner! Who are you and how did you come in and be within the Fair Fire Wall? (Itu kalimatku, Tuan Asing! Siapa kau dan bagaimana bisa masuk dan berada di dalam Fair Fire Wall?)” balas Shun jauh lebih ngegas dalam bahasa Inggris sesuai yang orang aneh itu kehendaki. Entah siapa juga orang asing aneh bin mencurigakan ini. Tapi, rasanya tidak bisa diabaikan begitu saja. Hmm… Bruuk! Tubuh pemuda asing berambut putih dan bermata violet itu terjatuh disisinya. Nafasnya tersengal kelelahan. “Oh, demi Dewa Matahari Tenno Haika,” tatap Shun dengan wajah tidak percaya sekaligus terkejut juga… tidak bisa dideskripsikan betapa kacau balau perasaannya sekarang. * Di rumah Shun beberapa saat kemudian. Jadilah ia dan Kanbara berakhir membuka sesi introgasi terhadap pemuda asing itu. “…” “…” “…” Jadi, pemuda asing mencurigakan itu mengaku bahwa ia memiliki nama Bayu. Ia memperkenalkan diri sebagai pemuda asing… maksudnya pemuda yang berasal dari Indonesia dan “terpaksa” terdampar di tempat itu karena habis diculik oleh para tentara musuh. Statusnya sebagai siswa sekolah menangah atas di Indonesia dan kalau boleh jujur sama sekali tidak bisa bicara dalam bahasa Jepang. “Da Sie kein Mitglied einer Sternenfamilie sind, müssen Sie viel über die Kriegsangelegenheiten wissen, die da draußen wüten (Karena kau bukan anggota keluarga bintang, kau pasti tahu banyak mengenai masalah perang yang tengah berkecamuk di luar sana),” kata Kanbara dalam bahasa Jerman yang secara kebetulan pernah ia pelajari saat menemani orang tuanya berbisnis di negara tersebut beberapa tahun silam, “Mungkin dia berguna untuk wajib militer sekolah kita.” “HAH??! Seit wann will eine Starfamilie wie Sie zum Militär gehen? (HAH??! Sejak kapan keluarga bintang seperti kalian acara mau ikutan wajib militer segala?)” tanya pemuda asing bernama Bayu itu keheranan. Bisa dibilang sangat heran malah. Shun langsung menyenggol lengan Kanbara sambil asyik bertanya, “Apa yang baru saja dia bicarakan? Kenapa dia terlihat terkejut?“ “Jadi…“ Kanbara pun menerjemahkan apa yang baru saja Bayu katakan dalam bahasa Jerman. Mungkin ia akan membutuhkan beberapa saat sampai bisa berbicara dengan baik menggunakan bahasa Jepang. “Justru kami para masyarakat bintang lah yang seharusnya berperang!” jawab Shun sengak. Ah, mungkin ia hanya terlalu semangat. Terlalu antusias sampai tak segan mengangkat kedua kepalan tangan ke udara. Menunjukkan betapa besar harapan yang ia miliki pada semua hal yang mungkin saja terjadi. Tidak bisa dipungkiri. Walau ia bukan orang yang sungguhan baik untuk seluruh umat manusia di alam semesta sekalipun. Ia tak ingin lagi menutup mata akan apa yang selama ini telah terjadi. Terlebih karena... Kanbara menerjemahkan, “Shun, ich meine ich, wir Starfamilien denken eigentlich, dass wir diejenigen sein sollten, die auf das Schlachtfeld springen sollten. Es geht nicht nur darum, still und passiv zu sein, wenn Menschen wie Sie ihr Leben auf dem Schlachtfeld riskieren (Shun, maksudku aku, kami para keluarga bintang sebenarnya berpikir bahwa kamilah yang seharusnya terjun ke medan perang. Bukan hanya bersikap diam dan pasif saat orang-orang seperti kalian mempertaruhkan nyawa di medan perang).“ Bayu hanya terdiam, “…“ “Das dachten wir, Bayu san (Seperti itulah yang kami pikirkan, Bayu san),“ pungkas Kanbara. “Robot humanoid mecha yang digunakan dalam perang,” ucap Bayu berusaha bicara dalam bahasa Jepang, menunjuk menuju luar area Fair Fire Wall, “mereka disebut dengan nama Innovator. Innovator aktif dengan menghisap Calc. milik pilot dan lingkungan sekitarnya. Jika pilot Innovator tak melakukan pemulihan re source setelah batas waktu, Innovator akan menghisap seluruh Calc. milik pilot.” “Apa yang akan terjadi jika seorang manusia sampai kehabisan Calc. mereka?” tanya Shun. “Setiap manusia memiliki susunan Calc. yang jauh berbeda. Ada yang memiliki kadar sangat rendah. Namun, ada juga yang sebaliknya yaitu memiliki kadar Calc. cenderung sangat tinggi. Sejauh pengetahuanku hanya mereka yang memiliki Calc. diatas 1800/s yang mampu mengendalikan sebuah Innovator. Di luar itu… end of the story.” “Apa kau sendiri pernah menaiki Innovator?” tanya Shun semangat. Walau anak remaja laki-laki di depannya terlihat sangat canggung saat berbicara menggunakan bahasa Jepang. Ia tidak begitu peduli. Yang paling penting adalah apa yang ingin ia ketahui segera terpenuhi. Untuk sejenak Bayu berusaha memikirkan jawaban terbaik atas pertanyaan Shun setelah itu mengubahnya dalam susunan kata serta bahasa yang jauh lebih mudah untuk dipahami. Ia menjawab, “Hanya angkatan bersenjata yang boleh menyentuh mereka. Tapi, pelatihan militer dan Innovator sudah jadi kurikulum wajib untuk kami. Semua itu tidak lebih dari pengetahuan yang benar-benar dasar untuk digunakan bertahan hidup.” Tak salah lagi, semua orang memang harus berperang, batin Shun semangat 45. Karena kemanjaan yang ia terima sebagai keluarga kelas atas. Ia sampai tak mengetahui informasi sederhana macam itu. Ah, buat aku jadi malu saja… Benar-benar, deh!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD