SAMA-SAMA DIKHIANATI

1057 Words
“Halim bukankah itu UNI?” kata Sundari. Dia melihat seorang gadis manis bersama seorang lelaki matang yang berusia sekitar 30 atau 35-an dan mereka sepertinya sangat mesra Halim menoleh arah yang ditunjuk ibunya, dia melihat Uni yang disebut sang ibu mendapat kecupan mesra dari seorang lelaki, mereka duduk agak jauh dari meja seberang Halim. Halim mengambil ponselnya, dia membuat video zoom saat Uni langsung memeluk lelaki tersebut dan menerima kotak panjang kecil beludru berwarna hitam. Gadis manis yang bu Sundari katakan bernama Uni itu membuka kotak beludru tersebut. Dari kejauhan terlihat isinya adalah gelang. Lelaki di depannya langsung mengambil gelang dan mengenakan di tangan kiri Uni. Uni langsung mencium pipi lelaki tersebut dengan sangat mesra. “Kamu di mana?” tanya Halim dia menghubungi gadis tersebut. “Oh ya sudah, kalau begitu coba tengok kanan sebentar,” pnta Halim yang semakin tahu kalau Uni memang membohonginya, karena barusan Uni bilang sedang di teras rumahnya. Halim lalu melambaikan tangannya pada gadis yang menoleh kepadanya. Dan telepon langsung Halim sudahi. “Siapa dia Bu?” tanya Hersa. “Seorang gadis lugu yang selalu menerima limpahan kasih sayang dari Halim putra saya. Bahkan demi Yunita atau yang biasa dipanggil Uni itu kadang Halim bersedia membantah saya. Kadang juga Halim berani meminta jatah lebih saat masih kuliah dulu, demi memberi sesuatu buat Uni perempuan yang dia bilang sangat polos dan naif,” ucap Sundari. Halim hanya diam. Rahangnya terlihat keras menandakan bahwa sedang sangat marah. Kekasihnya sejak SMA dulu ternyata berselingkuh di belakangnya dengan seorang lelaki mapan yang cukup umur. Halim yakin lelaki tersebut berusia 10 tahun di atas dirinya. Yunita gadis tersebut tidak berani mendatangi Halim, karena dia sudah melihat Halim bersama sang ibu dan dia juga sedang bersama kekasihnya di luar Halim. Kekasih yang akan memberikan apa pun untuknya karena dia juga memberikan tubuhnya untuk sang kekasih. Pada Halim Yunita tidak pernah memberikan tubuhnya, bahakan bibir pun belum pernah Halim sentuh. Tapi pada dua kekasih lainnya di luar Halim tentu saja Yunita selalu memberikan tubuhnya karena dari merekalah uang mengalir ke pundi-pundinya. “Telepon dari siapa?” tanya sang kekasih pada Yunita. “Kakak kelas di kampusku, dia mengatakan aku ada di mana karena seperti melihat aku tapi takut salah. Ternyata dia ada di sini bersama keluarganya. Aku yakin dia bersama tunangan dan kedua orang tuanya. Itu mereka duduk di sana,” kata Yunita menunjuk meja Halim. Sang kekasih Yunita melihat memang ada sepasang orang tua dan juga sepasang manusia dewasa, tapi masih muda mungkin itu yang disebut kakak kampusnya NITA. Sesungguhnya kekasih Nita ini sudah punya istri, tapi selama dia bisa jajan why not. Dia senang dengan Nita. Karena Nita tidak terlalu merongrong dirinya. Kalau diberi Nita akan berterima kasih, tapi kalau tidak diberi Nita tidak akan merengek atau mengajak-ngajak untuk meminta sesuatu, asal setiap mereka bertemu Nita diberi uang jajan minimal sekitar dua juta untuk sekali pertemuan. Walau mereka tak melakukan apa pun. Nita adalah satu-satunya perempuan yang tidak membuat dia emosi dengan rengekannya. Itu yang membuat Justin kekasih Nita saat ini betah dengan Nita. Nita juga tidak meminta waktu harus bertemu. Kalau tak dihubungi, Nita tak akan menghubunginya lebih dulu. Alasan Nita takut istri Justin yang terima atau curiga. Jadi dia lebih baik menunggu. Begitu yang Nita katakan padanya. Nita hanya manut dengan waktu yang Justin tetapkan, sedang sugar baby lainnya selalu merengek minta bertemu dan ujung-ujungnya mereka minta dibelanjain atau makan di mana atau minta transferan. Jadi Justin memang lebih suka mempunyai sugar baby seperti Nita yang terlihat sangat manut. Apa pun yang diberikan oleh Justin juga tak pernah dia protes. ≈≈≈≈≈ “Sudah ayo kita nikmati makan siang ini saja. Urusan sakit hati nanti kita bahas belakangan,” ajak Hersa. Rupanya sekarang ada dua orang muda yang sama-sama sakit hati terhadap pasangannya. Satu anaknya yang sangat sakit hati karena ternyata selama ini dijadikan istri kedua tanpa cinta sama sekali dan yang kedua adalah pengacara si anak yaitu Halim. Pengacaranya Mega ternyata di depan matanya dia mengetahui perselingkuhan kekasihnya yang dua bulan lagi akan menggelar tunangan. “Oke jadi jelas ya Mbak Mega, untuk selanjutnya nanti Halim yang akan menangani masalah ini. Saya tetap akan membantu dan pantau perkembangannya. Kami akan tetap bahas masalah itu di rumah mau pun di kantor. Tetapi untuk semua langkah selanjutnya Halim yang akan menangani penuh. Saya akan terus menangani masalah di perusahaan,” Sundari menyudahi pembicaraan awal masalah perencanaan perceraian Mega dengan Ridwan. “Lusa saya minta datanya ya Bu. Fisik dari surat nikah serta kartu keluarganya untuk mengurus pelaporan di pengadilan agama,” kata Halim. “Haduuuu, usia kita tak terpaut jauh. Jangan panggil Bu lah. Mentang-mentang saya akan bergelar janda ya. Panggil nama saja,” pinta Mega. “Wah tak enak kalau panggil nama. Saya panggil Mbak saja seperti ibu saya memanggil Anda ya.” “Baiklah. Kamu kasih tahu saja alamatnya, saya akan suruh pegawai saya mengirim ke sana,” kata Mega. “Baik Mbak, bisa saya minta nomornya Mbak? Agar saya bisa kirim alamat kantor di mana Mbak bisa mengirimkan berkas yang saya butuhkan,” kata Halim. Mereka pun langsung bertukar nomor telepon agar mempermudah pembicaraan urusan perceraian Mega. ≈≈≈≈≈ “Ada apa ya Bu Sundari? Kok minta bertemu malam ini?” tanya orang tua Yunita. Rencananya Sundari dan keluarga besarnya dua bulan lagi akan melamar Yunita. Yunita dan Halim akan bertunangan, lalu akan menentukan waktu pernikahan Yunita dan Halim. tapi kemarin tiba-tiba Sundari minta bertemu antar mereka saja, tidak perlu ada keluarga besar dan tidak perlu ada Yunita karena ingin bicara antara orang tua sebelum acara lamaran resmi. Ternyata sekarang Sundari datang bersama Halim padahal kedua orang tua Yunita tidak membawa Yunita. Pertemuan itu dilakukan di rumah makan sederhana bukan di cafe atau resto terkenal. Halim tak mau datang ke rumah Yunita karena tak ingin ada Yunita ketika dia memaparkan semuanya. “Saya hanya menemani Halim saja, dia ingin bicara dengan Anda berdua,” kata Sundari. “Om, Tante, saya mohon maaf. Saya membatalkan acara lamaran yang sudah kita jadwalkan dua bulan lagi.” Kedua orang tua Yunita awalnya saja sudah kaget dipanggil om dan tante oleh Halim, karena beberapa bulan terakhir ini Halim sudah memanggil mereka ayah dan ibu seperti yang Yunita dan Ilham adiknya lakukan. Kedua anak mereka memang memanggil ayah dan ibu pada mereka dan mereka minta Halim melakukan panggilan yang sama karena sudah akan resmi dengan Yunita.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD