CHAPTER 05

1528 Words
Setelah kembali ke dorm, Jungkook sibuk menelepon San yang pergi diam-diam ke rumah sakit tanpa pamit pada siapa pun. Ponsel gadis itu seperti sengaja dimatikan. Joonie dan member yang lain berkata bahwa Jungkook harus tenang karena mereka yakin San bisa menjaga dirinya sendiri—gadis itu kuat. Jungkook tak mengindahkan perkataan para Hyung, dia terus mondar-mandir dan sekarang berganti untuk menelepon manajer Sejun.             "Ada apa, Jungkook-ah?" Sejun bertanya dari ujung telepon karena biasanya Jungkook tak pernah menelepon.             "San masuk rumah sakit!" adu Jungkook, langsung. "Apa dia ditangani oleh dokter yang bagus? Dia mimisan banyak semalam, Hyung. Bagaimana keadaannya?!"             "Jungkook, hal seperti ini sudah sering terjadi—kita semua tahu itu. San baik-baik saja tapi dia akan dirawat beberapa hari di sini. Kau jangan khawatir. Bilang pada member yang lain bahwa San akan segera pulih dan ikut meeting mempersiapkan konser."             "Hyung, aku ingin ke rumah sakit—“             "Kau di dorm saja. Sudah ya, aku matikan teleponnya."             "Sebentar!” Masih ada yang ingin Jungkook bicarakan pada Sejun. "Tolong pastikan dia pulih lagi. Aku tidak bisa jika tidak ada Sanayya." (*)                           Gadis dengan wajah pucat pasi itu seperti sudah bosan berada di ruangan persegi dengan tembok berwarna putih dan aroma khas yang memuakkan. Hampir sebulan sekali pasti tidur di sini. San tidak mau, tapi badan sialannya yang selalu mengantarkan ia ke sini.             "VWD type 2N, Sanayya-ssi..."             San mengangguk tanpa minat kepada dokter Cheol yang memandangnya seolah ini adalah kesalahannya sendiri.             Gadis itu menjawab, "Tentu aku sudah tahu, Dokter. Aku hidup dengan penyakit ini sudah seumur hidupku."             "Karena Anda sudah tahu, saya ingin Anda berhati-hati. Apakah tubuh Anda terbentur selama bekerja?"             San mengingat-ingat apa yang akhir-akhir ini dia lakukan, tapi tidak ada yang aneh. Bahkan kemarin dapat libur dua hari sehingga hanya tidur di apartemen kecil yang San beli dengan uangnya sendiri. Kecuali...             "Saat check up kemarin aku tidak sengaja menabrak seorang gadis. Bahuku sakit tapi aku kira akan baik-baik saja," katanya pada dokter.             Cheol menatap sabar pasiennya yang cukup keras kepala jika diberi tahu itu. "Benturan sedikit bisa membuat Anda mimisan tanpa henti, Sanayya-ssi. Besok-besok langsung hubungi saya."             San mengangguk, lalu meminta waktu sendirian kepada dokter karena ingin tidur setelah mendapatkan serangkaian pengobatan yang membosankan. Tapi gadis itu tidak benar-benar terlelap, malah mengambil ponselnya yang berada di atas nakas sebelah brankar. Ada banyak pesan dari Jungkook, membuat keningnya sedikit mengerut. Pemuda yang sebentar lagi akan ulang tahun itu terus menanyakan kabarnya.             Sedikit kesusahan karena tangannya dapat infus, San mengetik balasan;   Sanayya : Aku baik-baik saja. Jungkook : Oke. Jungkook : Aku bisa tidur sekarang.                         San melirik jam yang berada tepat di depannya; jarum pendek menunjukkan pukul tiga pagi dan itu berarti hampir semalaman Jungkook terjaga. Untuk apa?   Sanayya : Berhentilah bodoh, Jungkook. Cepat tidur! Jungkook : Kau tahu sendiri, aku memang tidak akan pernah bisa pintar jika berurusan denganmu. (*)               San mendengus melihat kelakuan member yang kekanak-kanakan. Mereka membuat pesta selamat datang untuk San setelah keluar dari rumah sakit.. Mereka seakan tak pernah bosan melakukan hal ini untuk manajer galaknya.             Kecuali Yuga yang memilih tidur lagi setelah menyambut San, semuanya berkumpul di ruang TV memakan cake yang dibuat Seokjun. Niat awalnya untuk San, tapi ujung-ujungnya tetap mereka yang habiskan.             "Aku khawatir sekali kau masuk rumah sakit, San. Pasti kecapean mengurusi kami, ya?" Jimmy memperlihatkan sisi perhatiannya untuk sang manajer. "Jungkook hampir tidak bisa melakukan apa pun tanpamu," sindirnya sedikit kencang agar didengar oleh Jungkook yang berada di dapur.        "Apa maknae satu itu mengacau?" San ingin tahu/             "Aku tidak melakukan apa pun." Jungkook datang, sejak tadi dijadikan bahan gosip maka dari itu tidak mau lama-lama di dapur.             San sedang tidak ingin berbicara dengan Jungkook sehingga memilih melihat laya tablet yang berisikan semua jadwal TTS. Hari ini akan ada meeting membahas world tour, besoknya pagi-pagi sekali mereka harus membuat dance practice untuk lagu IDOL. Persiapan comeback terakhir di tahun 2018 membuat mereka sangat sibuk berkali-kali lipat.             "Manajer Sejun sudah memberiku arahan untuk segera membawa kalian ke kantor." San bangkit dari duduknya dan semua member mengangguk, mereka memang sudah siap pergi.             Mereka menggunakan dua mobil untuk pergi ke kantor agensi, yang mana satu mobil berisikan hyung line dan satunya lagi untuk kendaraan maknae line didampingi San. Selalu.             Di dalam mobil yang ditumpangi San dan maknae line, Vantae dan Jimmy duduk di tengah sedangkan San dan Jungkook di belakang. Sepanjang perjalanan Jungkook menatap San dengan ekspresi menyebalkan sehingga gadis itu jengah dan bertanya ada apa.             "Mengapa kau harus pergi ke rumah sakit sendirian?" Itulah satu-satunya pertanyaan yang ada di benak Jungkook.             "Karena aku bisa," balas San cuek, seperti biasa.             "Aku berharap tidak ada lain kali, tapi jika nanti kau kambuh lagi bicaralah padaku. Kalau kau tidak percaya padaku, setidaknya cerita pada hyung yang lain."             "Okey, Jungkook-ah. Kau tegang sekali, sih? Aku baik—“   "Terakhir kali kau bilang seperti itu, kau mimisan banyak lalu masuk rumah sakit, Sanayya." Jungkook memotong cepat, dengan sengaja menekankan setiap kata. Sorot matanya begitu serius, membuat lawan bicaranya secara tidak langsung merasa seperti terintimidasi. "Aku bisa memaklumi kepura-puraanmu yang lain tapi jika menyangkut kesehatan, tolong jujurlah."             "Apa maksudmu? Memangnya aku melakukan kepura-puraan, huh?" San tidak paham ke mana arah Jungkook membawa obrolan ini.             "Sudah sampai." Jungkook mengalihkan pembicaraan dan pandangannya, bahkan turun dengan cepat dari mobil mendahului semua orang,   (*)               Meeting kali ini membahas banyak hal karena project mereka lumayan besar untuk world tour. Orang-orang penting yang terlibat demi terselenggaranya konser satu persatu menyampaikan pendapat serta kebutuhan mereka. Semua bidang mulai dari dancer, kostum, keamanan bahkan P3K.             Salah satu dari sekian hal penting di balik konser adalah staff dan BigHit kali ini membutuhkan banyak orang untuk terlibat. Mereka mengadakan rekrutmen besar-besaran. Itu bagus, tapi tidak untuk Jungkook. Karena berarti dia harus menyesuaikan diri dengan orang-orang baru dan semua manusia yang bekerja di agensi BigHit tahu bahwa seorang Kim Jungkook kelewat pemalu untuk urusan bertemu dengan orang-orang baru.             Saat kepala tim untuk stylist dan coordi mengatakan bahwa tim mereka membutuhkan setidaknya 5-6 staff baru, Jungkook langsung protes. "Aku tidak mau dipegang oleh orang sebanyak itu!" katanya, sambil melirik San padahal tadi mereka sempat diam-diaman sebelum masuk ruang meeting.             "Diamlah, Kim." San sudah tahu pasti Jungkook akan protes. Lagi pula pemuda itu tak perlu repot-repot mengoceh seperti ini karena nanti saat hari H, pasti San yang akan sibuk mengurusi keperluannya. Bahkan Jungkook selalu ingin gaya rambutnya disetujui San dulu baru setelah itu boleh ditangani oleh stylist. Hal seperti ini juga berlaku untuk pakaian Jungkook. Semua kostum untuk konser berada pada satu koper yang hanya boleh dibuka oleh San. Sepertinya San harus minta gaji lebih pada agensi karena kerja part time jadi coordi pribadi Kim Jungkook.             Setelah meeting selesai semua member dan staff keluar ruangan dan kembali pada urusan mereka masing-masing. Member TTS pergi ke ruangan yang sengaja dibuat untuk bersantai dan beristirahat. Mereka menghabiskan waktu di sana sebelum kembali ke dorm.             Entah siapa yang menyalakan TV, namun atmosfer berubah menjadi tidak enak. Berita yang ingin mereka hindari sedang berlangsung pada layar kaca. Jungkook selalu kesal melihatnya, dia muak dan khawatir secara bersamaan. Berita tentang Jimmy dan mantan kekasihnya tidak bisa teredam sampai sekarang dan tentu saja Jungkook takut Jimmy akan terbebani. Jimmy adalah tipe orang yang selalu memikirkan suatu hal sampai detail.             Meski dirinya dan Lizzy berbeda, untuk saat ini Jungkook tak mungkin berani go public. Agensi juga tidak akan pernah memperbolehkan hal ini terjadi karena karir Jungkook dan TTS sedang berada di puncak popularitas.             Beberapa ARMY, terutama fans Jungkook mungkin tidak akan menyambut berita dating dengan lapang d**a. Ibaratnya, rumor dating adalah senjata untuk membunuh karir. Terkesan sangat keterlaluan, tapi kenyataan itu tidak bisa dihapuskan dalam industri entertainment Korea Selatan.             Jika menurutmu menjadi idol itu sangat menakjubkan—hidup mereka seperti berjalan di antara bunga-bunga bermekaran—hal itu tidak sepenuhnya salah. Mereka memang sedang menikmati hasil dari usaha yang keras. Punya uang banyak, tinggal di rumah bagus, pakaian bermerek serta dicintai banyak orang.             Tapi pernahkah kalian berpikir sejenak bahwa para idol juga manusia? Mereka sama-sama punya hati dan mungkin harus terpaksa meninggalkan dan merelakan banyak hal indah yang semula mereka genggam demi berada di titik ini.             Pernahkah kalian berpikir bahwa mereka lelah? Tersenyum di depan kamera, terlihat baik-baik saja padahal terluka. Ingin didengar, meski hanya sekejap. Mereka tak tahu harus berkeluh kesah pada siapa dan tak boleh sedikit saja melakukan kesalahan karena mereka disorot. Banyak mata memerhatikan.             Pernahkah kalian berpikir bahwa hidup mereka sulit tapi mereka masih tetap menari dan bernyanyi dengan ikhlas? Menyembunyikan sesak saat dihujat, dihina, disepelekan, namun harus tetap kuat demi para penggemar.             Mereka tidur hanya beberapa jam—bahkan menit, rela melakukan hal yang paling terbaik meski tahu apa yang mereka suguhkan tak akan disukai semua orang. Akan selalu ada pihak yang membenci, mencoba meruntuhkan kerja keras.             Privasi mereka sebagai idol hampir tidak ada. Publik seolah membeli semuanya—tak ada yang tersisa. Namun mereka tetap bertahan demi mimpi yang mereka perjuangkan.             Idol, sesempurna apa pun mereka, mereka tetaplah manusia biasa. Dan Jungkook juga tetap manusia biasa di balik status idol yang kini sudah menjadi identitasnya. Dia tetap dan akan terus membutuhkan semua fans-nya karena ARMY-lah yang membawanya menjadi seperti ini. Memberikan jalan kesuksesan untuknya. Namun Jungkook juga membutuhkan seseorang untuk mengisi hatinya. Jungkook hanya berharap jika suatu hari nanti ia go public, berani berkata bahwa dirinya berkencan, ARMY tak akan pernah meninggalkannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD