CHAPTER 18

785 Words
Satu hari sebelumnya...                         23.30 (KST)             San masih fokus menulis satu persatu nama member TTS menggunakan huruf hangul sebelum amplop putih itu menjadi jelek karena cairan kental berwarna merah menetes satu persatu. San menghela napas, mengambil ujung hoodie hitam yang ia pakai untuk menghentikan keluarnya darah dari hidungnya. Jungkook tidak suka hoodie-nya kotor, tapi pemuda itu tidak akan tahu. San tidak lupa minum obat, tidak juga terbentur tapi dia bisa mimisan. Tubuhnya terus mengajak San supaya berhenti menulis surat dan segera tidur. Amplop diganti dengan warna emas, cantik tapi menyilaukan. Enam tujuan siap diantarkan, San kini bisa istirahat.                         10.35 (KST)             Jungkook masih seperti biasa, berceloteh tentang film Titanic. San di sana, ada mendengarkan. Selalu suka saat Jungkook menatapnya. San mungkin tahu—takut—Jungkook merasa kehilangan jika tidak punya teman bicara lagi. Mereka bisa bersama-sama menceritakan ulang semua film yang menjadi favorit. San seharian di dorm, dia menghabiskan waktu selayaknya manusia bahagia. Benar dia bahagia, Jungkook mewujudkan perasaan itu.             “Kita—ah, maksudnya aku, sudah membuang-buang waktu terlalu banyak,” ujar gadis itu.             “Karena tidak menerimaku lebih awal?” Jungkook menaikkan sebelah alisnya, menggoda. San mengusap kesal wajah pemuda itu, mereka tertawa.             Jungkook berkata tangan San dingin saat digenggam, raut wajahnya berubah.             “Maka dari itu jangan lepaskan.” Suara San serak, Jungkook tidak mengerti.             Jungkook hanya bisa menjanjikan, “Aku di sini.”             “Terima kasih, Kookie.”             Jungkook semakin tidak mengerti, tapi San memeluknya.     Mereka baik-baik saja.               14.00 (KST)             Yuga menjadi member paling sulit ditemui San karena tidak keluar kamar. Pesan yang ditulis gadis itu sudah terkirim, kecuali pada Yuga.             San mendapat respon yang berbeda-beda saat memberikannya;             “Ulang tahunku masih lama, San.” Hoobi mengucapkan itu dengan ekspresi yang menggemaskan karena kebingungan.             “Wah, apa ini?” Jimmy tersenyum, matanya hampir tenggelam. “Terima kasih, San.”             “Aku punya hutang padamu, ya?! Ini tagihannya?” Seokjun mengoceh, San ingin berdecak namun dia tidak bohong bahwa perkataan spontan Seokjun memang lucu.             “Apa ini sesuatu yang penting, San?” tipikal Joonie sekali.             “Ini untukku? Apa Jungkook juga dapat, San?” Vantae mengambil amplop yang San berikan tapi dia menyertakan satu nama yang San kira bisa dia hindari.             Gadis itu hanya menjawab pelan, “Tidak, Taetae. Jungkook tidak dapat.”             Dan Yuga akhirnya keluar kamar sehingga semua pesan dari San bisa diterima oleh mereka. Yuga tidak mengatakan apa pun, seolah tahu dan mengerti bahwa San memang harus memberikan mereka sebuah surat.               16.06 (KST)             “Ucapkan sesuatu yang aku tidak tahu,” ujar Jungkook saat dia dan San duduk di sofa panjang yang biasa mereka gunakan untuk menonton film atau bermain game. Jemari pemuda itu mengusap pelan bahu San.             “Ummm, aku pernah menjadi juara satu lomba karaoke saat SMP.”             “Benarkah?”             San juga tidak percaya mengapa juri membiarkan dia menang. Sekarang San hanya bisa tertawa karena sepertinya Jungkook cukup terkejut bahwa San senang bernyanyi meski tentu saja suaranya tidak sebagus Jungkook. Kini giliran San yang menepuk-nepuk paha pemuda itu. “Ucapkan sesuatu yang aku tidak tahu.”             “Setelah semua ini—karirku— selesai, aku ingin menikah.”             “Waw?”             “Denganmu.”             “Sekarang aku jadi tahu.” San membenturkan bahunya sendiri pada bahu Jungkook.”Acara lamaran macam apa ini?” Pemuda itu hanya tersenyum.             “Ucapkan sesuatu yang aku tidak tahu,” kata Jungkook, lagi. Suaranya penuh harap.             San menatapnya, cukup lama. “Aku ingin menjadi pengantinmu?”             “Senang mengetahuinya.” Jungkook serius.             “Senang menginginkannya.” Dan San lebih serius.               17.45 (KST)             Untuk yang terakhir kalinya mereka berbicara sebelum San mengemudi.             Jungkook berkata dia mencintai San, dan gadis itu tidak menjawab.   (*)               Satu jam sebelum Joonie mendapat panggilan....             Sejun menatap San dengan iba, dan gadis itu tidak suka. Dari sekian banyak ekspresi, San ingin melihat Sejun tersenyum.             “Mobil Oppa enak dikendarai,” ujar gadis itu sambil memberikan kunci kepada pemiliknya. “Terima kasih, aku akan meminjamnya lagi.”             “Kau bebas memakainya.”             “Bensinnya sudah aku isi.”             Sejun hanya menepuk-nepuk kepala San. “Kau pulang naik apa?”             “Mungkin bus?” San sedikit tidak yakin, “ah... taksi saja.”             “Maaf Oppa tidak bisa mengantar karena harus meeting.”             San mengangkat jempolnya, tahu Sejun pasti sibuk. Tour Asia akan berlangsung, belum lagi rencana comeback di sela-sela tour. Team di belakang layar memiliki banyak hal untuk diurus. San berdiri di pinggir jalan, melambaikan tangannya untuk menghentikan taksi. Menemukan supir yang ramah saat San memberikan alamat apartemennya.             Semula tampak biasa saja, San duduk di kursi belakang, mendengarkan radio yang diputar oleh supir. Hanya selang beberapa waktu dari itu, San melihat mobil di depannya berhenti mendadak dan dia tidak mau menyalahkan supir taksi yang membanting stir sehingga mobil tergelincir dan menabrak sesuatu dengan keras.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD