“Aisha ma—” suara Fadlan bagai hilang ditelan angin. Matanya me-nangkap sepasang pemuda pemudi yang berjalan santai tak jauh darinya. Sosok yang ia cari semenjak tadi, muncul dengan seorang lelaki lengkap dengan tawa dan binar bahagia yang berupaya menutupi kepedihan yang ada. Fifa yang tadi bercakap hanya tersenyum kecil. “Jangan sebut nama Wira lagi di depannya, Kak.” Pesan gadis itu dengan senyum kecil lalu masuk ke dalam rumah. Sementara Fadlan masih melongo sampai Aisha memeluknya dengan erat. “Kok ke sini gak bilang-bilang sih, Kak?” ia bertanya tapi dibalas dengan wajah yang sama-wajah pelongokan Fadlan. Lelaki itu takjub saja. Ia pikir, Aisha akan kehilangan keawarasannya ditinggal Wira. Tapi ternyata...... “Heish! Malah bengong!” ia memukul lengan lelaki itu. Tapi lagi, Fadla