“Dia sangat kotor dan buruk,” ujar salah satu pasien yang menghampiri Rosemary—sambil cekikikan.
“Dia juga sangat bau, mungkin tidak mandi selama berhari-hari, hahaha.”
“Ah, dia kurus dan kulitnya kusam. Tidak cantik seperti boneka ini.”
Satu persatu pasien berdatangan menghampiri Rosemary yang hanya menatap mereka dengan tidak peduli. Rosemary hanya memeluk novelnya lebih erat karena beberapa hari yang lalu, salah satu pasien mencoba merebut n****+ tersebut. Dia sampai berkelahi dengan pasien tersebut dan mengalami luka pada bagian bibir, mata kirinya, hingga sekarang pun bibir Rosemary masih bengkak. Namun, lukanya tidak terlalu parah dan hampir memudar.
“Kalian semua hanyalah sekumpulan orang tidak waras.” Celetuk Rosemary memandang risi pada kumpulan pasien yang tengah mengelilinginya.
“Hehehehe,” salah satu pasien pria tertawa sadis mendengar celetukan Rosemary. “Aku mau buku itu!”
Matanya membulat, dia berlari ke arah Rosemary, lalu menyambar n****+ yang ada di pelukan gadis itu dengan paksaan.
“Berikan padaku!” perintahnya dengan geram. Matanya sudah memerah karena marah akan Rosemary yang keras kepala tidak mau menyerahkan novelnya.
“Lepaskan! Orang tidak waras!” dengan sisa kekuatan yang dimilikinya, Rosemary mendorong pria itu, hingga jatuh ke lantai. Walaupun, badan Rosemary kurus dan kelihatan tidak bertenaga, tetapi kalau sudah berhubungan dengan n****+, dia akan mengerahkan sisa kekuatan yang dia miliki guna melindungi n****+ kesayangannya dari tangan-tangan orang tidak waras yang ingin merebut benda tersebut.
“Dapatkan buku itu untukku!” teriak pria itu pada pasien lainnya. “Dia telah berani mendorong Bos mafia yang paling ditakuti di negeri ini. Apa yang kalian tunggu? Cepat ambilkan untukku.” Dia berdiri dengan sorot mata tajam diarahkan pada Rosemary.
Para pasien mengikuti perintah pria itu, mereka perlahan mendekati Rosemary.
Rosemary menggunakan kursi roda karena kakinya lemah, sedangkan para pasien tersebut masih bisa berjalan dengan kaki mereka. Pada akhirnya, Rosemary agak takut lantaran dia tidak bisa berlari dengan kakinya yang lemah. Jika dia turun dari kursi roda, maka dia hanya akan mengundang kematiannya saja.
Rosemary memasukkan novelnya ke dalam bajunya. Lantas mendorong roda pada kursi roda tersebut menggunakan tangannya. Namun, sangat disayangkan bagi Rosemary yang kurang cepat. Para pasien sudah mengelilinginya, lengkap dengan seringai tajam mereka.
“Ambil bukunya!” teriak salah satu mereka.
Sekitar enam orang mengepung Rosemary yang duduk di kursi roda, tanpa bisa bergerak ke mana pun. Mereka menjambak rambut panjang Rosemary, mencakar pipi dan lehernya.
Salah satu dari mereka bahkan menendang perut Rosemary dengan kaki. Mengakibatkan Rosemary terjungkal dari kursi roda.
“Hentikan … tolong aku,” lirih Rosemary yang meringis kesakitan.
Memang sangat susah ketika melawan orang tidak waras sendirian. Apalagi dengan kondisi Rosemary yang lemah. Kendati pun demikian, Rosemary tetap bersikukuh tidak mau melepaskan n****+ yang ada di dalam bajunya.
“Gadis bau keras kepala.” Seorang pasien wanita merobek baju Rosemary dengan kekuatan penuh. Kemudian berusaha merampas n****+ yang tengah dilindungi oleh Rosemary.
Namun, mereka tidak kunjung mendapat benda yang mereka inginkan, sehingga mereka menginjak-injak tubuh kurus Rosemary.
“Injak lagi! Gadis tidak tahu diri.”
“Hentikan … Jon … selamatkan aku.” Lirih Rosemary yang meringis kesakitan.
Akan tetapi, Jon tak kunjung datang. Tidak ada satu pun yang datang untuk menyelamatkan Rosemary, sehingga para pasien dengan berani membully-nya.
“Ah!” Rosemary mengerang kesakitan. Dia sudah kehabisan tenaga karena diinjak oleh enam orang sekaligus.
Pria yang menginginkan n****+ Rosemary, dengan mudahnya mengambil n****+ tersebut setelah Rosemary kehabisan tenaga dan hampir tidak bisa membuka matanya.
Keadaan Rosemary sangat mengenaskan dengan adanya luka-luka pada sekujur tubuhnya, tidak terkecuali pada wajah dan matanya. Mereka tidak segan menginjak seluruh anggota badan Rosemary tanpa belas kasihan.
“Kalau kau memberikannya dengan suka rela, maka kau, hahaha, pasti tidak akan menjadi mengenaskan seperti ini. Huhuhuhu.”
“Huahahahahahaha~”
Mereka semua menyemburkan tawa menggelegar, tetapi telinga Rosemary tidak dapat mendengar dengan jelas lantaran gendang telinga kirinya sudah pecah. Meskipun, dia dapat mendengar dengan samar, tetapi tidak begitu jelas.
Dengan sisa tenaga yang masih dia miliki, Rosemary mencoba meraih n****+ yang dirampas oleh pria itu. Namun, tangannya segera ditampik.
“kau masih menginginkan benda ini?” pria itu membuka n****+ tersebut, tetapi dia tidak membaca dan hanya membalik-balikkan halamannya saja. “Aku kira ada gambar di dalam sini, tapi malah tulisan buruk yang tidak bisa dibaca. Percuma saja!” ucapnya dengan nada kesal.
Pria itu memukul kepala Rosemary menggunakan n****+ tersebut, hingga kepala Rosemary mengeluarkan darah.
“Tidak berguna.” Teriaknya.
“To … tolong … aku …,” lirih Rosemary, tetapi tidak ada satu pun yang mendengar. Dia hanya bisa mengerang kesakitan, tanpa bisa melawan karena tubuhnya sudah sangat lemah. Tentu saja Rosemary sangat kesakitan lantaran n****+ tersebut sangat tebal dan berat. Tidak heran jika kepala Rosemary sampai berdarah.
Dia memukul kepala Rosemary lebih keras lagi, dan setelah dia puas meluapkan kekesalannya dengan memukul kepala Rosemary. Dia merobek halaman demi halaman pada n****+ tersebut.
“Jangan!” teriak Rosemary dengan kekuatan terakhirnya, hingga napasnya mulai melemah.
Keyakinan Rosemary sama sekali sia-sia. n****+-n****+ yang dia kumpulkan hanyalah imajinasi dari author dan sama sekali tidak nyata.
Barulah sekarang Rosemary menerima kenyataan. Dia menyesal karena tidak mendengarkan ayahnya, tidak mendengar teman-temannya, hingga dia dikirim ke Asylum. Rosemary membenci dirinya sendiri karena terlalu bodoh larut dalam sebuah kisah sehingga dia berharap dan bermimpi pergi dari dunianya yang sekarang, ke dunia karangan manusia. Rosemary tidak pernah mau sadar meski telah berulang kali disampaikan kisah itu hanyalah fiksi. Namun, dia telah terlambat untuk mau mengerti. Pikiran Rosemary yang obsesif telah membawanya ke jurang ini. Kesepiannya jugalah yang menjadi salah satu faktor dia ingin meninggalkan dunia ini. Andai saja orang tuanya tidak terlambat membawanya ke psikiater, mungkin Rosemary dan obsesinya bisa tertolong.
Air mata penyesalan Rosemary pun jatuh satu persatu dibarengi dengan jatuhnya setiap halaman yang disobek oleh pria itu.
Pada akhirnya, Rosemary menghembuskan napas terakhir hanya karena melindungi n****+ yang sebenarnya telah ia tulis sendiri dan dicetak sendiri. Ya, itu adalah buku yang dikatakan sebagai favorit Rosemary. Sebuah fantasi Rosemary yang menginginkan kehidupan baru. Hidupnya berakhir di Asylum karena imajinasi dan obsesinya. Jantungnya berhenti berdetak karena sebuah mimpi pula. Semua sudah terlambat, meski Rosemary menyesal. Dia tahu bahwa dirinya tidak akan kembali hidup.
Serpihan dari halaman n****+ tersebut jatuh di atas tangan Rosemary yang sudah tidak bernyawa.
Seseorang pernah berkata padanya sebelum dia mulai memiliki fantasi itu. “Boleh saja kau mencintai obsesimu, tetapi jangan terlalu larut di dalamnya. Dunia itu kau ciptakan untuk lari dari ketakutanmu. Untuk lari dari kenyataan. Namun, kita harus tetap hidup untuk memperbaiki kenyataan itu.”