Chapter 11

892 Words
... ... Sepanjang perjalanan balik ke rumah, Adelard memilih diam sembari mengemudikan mobilnya. Sementara Nafisah, wanita itu tetap di sebelahnya sambil mengelus pelan pipi Rafa dalam dekapan hangatnya. Adelard terlihat tidak perduli sama sekali. Apalagi sebelumya Nafisah sendiri yang tiba-tiba menghubunginya hanya untuk meminta tolong mencari Rafa. "Kau sudah membuat keputusan?" tanya Adelard akhirnya setelah berhasil memecah keheningan di antara mereka. "Keputusan apa?" "Aku pikir kau ingat." Pandangan Nafisah masih melihat ke arah Adelard yang terlihat fokus mengemudikan mobilnya. Nafisah masih bingung dengan pertanyaan suaminya. Di satu sisi, Adelard kecewa kenapa Nafisah belum memberikan keputusan perihal ucapannya 2 hari yang lalu mengenai kepindahan mereka ke rumah yang lama di kota Batu. Adelard pikir, Nafisah ingat. Tapi ternyata? Its oke, Adelard sudah terbiasa di kecewakan oleh Nafisah. Maka setelah itupun, Adelard memilih bungkam dan tidak berbicara lagi. "Mas?" "Hm." "Mas baik-baik saja?" "Tidak akan pernah baik kalau menyangkut dirimu." Dan lagi, suara Adelard kembali dingin seperti sebelumnya. Nafisah merasakan hawa ketegangan di antara mereka. Tapi semua hawa itu sedikit teralihkan begitu Nafisah merasa kepalanya pusing. Nafisah menyenderkan kepalanya pada samping kaca mobil. Ia memejamkan kedua matanya sejenak, berharap rasa pusing ini akan hilang seiring berjalannya waktu. **** Di satu sisi.. Stephano memperlihatkan wajah dinginnya begitu menerima sebuah notip pesan singkat yang menampilkan beberapa foto putranya bersama wanita asia yang memakai jilbab. Tak hanya itu, kedua iris abu-abu itu juga tak henti-hentinya menatap foto anak kecil yang ada di antara Marcello dan wanita itu. "Siapa wanita ini?" tanya Stephano pada asistennya. "Dia adalah Zulfa. Gadis asal Indonesia dan kebetulan tinggal serumah dengan istri Adelard." "Lalu anak kecil itu?" "Itu putra Adelard." "Kenapa aku merasa tidak yakin kalau anak itu adalah putra Adelard?" Asisten itu hanya diam dan menundukkan wajahnya karena merasa tidak bisa memberikan jawaban untuk atasannya. "Apakah saya perlu mencari tahu informasi anak itu untuk anda Tuan Stephano?" "Tentu saja! Cari tau siapa anak kecil itu! Pastikan Marcello tidak mengetahuinya." "Baik Tuan." Asisten itu pergi dari hadapan Stephano. Mendengar suara langkah kaki yang semakin dekat menuju pintu, Eloisa pun segera bersembunyi. Sejak tadi, tanpa Stephano dan asistennya ketahui. Diam-diam Eloisa menguping pembicaraan mereka. "Anak kecil? Siapa dia?" gumam Eloisa dengan rasa penasaran yang besar. **** Malam harinya.. "Jadi, bisa beritahu aku sekarang kenapa Marcello bisa ada bersama kalian tadi siang?" tanya Nafisah langsung ke intinya. Sementara Zulfa, sahabatnya itu terlihat santai sambil memakai skincare malam hari di wajahnya. "Aku juga nggak tahu kenapa tiba-tiba dia ada, Naf. Kalaupun aku tahu, ya bakal aku kasih tahu lah.." "Terus kenapa tadi Rafa bisa muntah? Rafa itu jarang muntah terkecuali kalau nggak sengaja tersedak atau menangis. Apakah tadi dia ada menangis kencang karena suatu hal?" Zulfa langsung terdiam dan menghentikan jarinya yang sejak tadi di sibukkan dengan mengusap cream malam di pipinya. Nafisah sudah curiga. Apalagi melihat reaksi wajah Zulfa saat ini. "Dia.. Em, Rafa tadi kekenyangan." "Jangan bohong. Kamu nggak pintar menutupi wajah bohongmu itu." Zulfa menghela napasnya. Akhirnya ia mengalah. "Oke maaf aku sudah bohong. Sebenarnya, Rafa bisa sampai muntah tadi karena lagi nangis kejer." "Kok bisa?" "Aku mengambil paksa Rafa dari gendongan Marcello." "Jadi Marcello sempat menggendong Rafa?" Zulfa mengangguk. Ntah kenapa perasaannya langsung berubah jadi kacau. Zulfa berusaha menutupi hatinya yang serasa aneh. Seperti ada rasa sakit yang tidak bisa ia utarakan pada siapapun termasuk sahabatnya sendiri. "Terus, perasaan kamu gimana melihat semua itu?" tanya Nafisah penasaran. "Ya biasa aja sih." "Yakin cuma biasa doang?" "Memangnya kamu mengharapkan jawaban apa? Kalau emang biasa ya biasa. Toh Rafa juga lagi di gendong sama orang lain. Masih hal yang wajar sih." "Orang lain." ucap Nafisah dengan nada suara penuh penekanan. "Orang.. Lain... " "Kamu kenapa sih?" Tanya Zulfa seolah-olah ia merasa heran. Padahal sebenarnya ia sangat paham kalau Nafisah sedang membalas ucapannya dengan maksud tertentu. "Bahkan aku sendiri nggak yakin kalau selama dirimu melihat Rafa di gendong Marcello, semuanya terlihat baik-baik aja." "Lah emang kenyataannya gitu. Mau gimana? Dah ah! Ngapain sih pada bahas hal yang nggak penting gini? Intinya kalau kamu keberatan aku bawa Rafa jalan-jalan lagi, yaudah sih. Aku bisa apa? Aku ngerti kok, khawatirnya seorang ibu pada anaknya. Maaf ya, aku janji nggak bakal ajak dia jalan-jalan lagi." "Zulfa.." "Aku mau tidur. Selamat malam.." Tanpa mengatakan apapun lagi, Zulfa pun segera menaiki tempat tidur dan langsung menutupi dirinya dengan selimut tebal. Nafisah hanya mampu terdiam menatap semuanya. Akhir-akhir ini, hubungannya dengan Zulfa memang sedikit bermasalah semenjak kembalinya Marcello. "Barusan kamu bilang, kalau kamu begitu mengerti bagaimana khawatirnya seorang ibu pada anaknya. Apakah kamu yakin dengan semua ucapanmu itu?" Zulfa memilih diam meskipun masih mendengar ucapan Nafisah. Zulfa mencoba memaksakan diri untuk memejamkan kedua matanya, berharap hawa ngantuk segera tiba. "Bagaimana kamu bisa berkata seperti itu sementara kita pernah sama-sama gagal menjadi seorang Ibu?" Di balik selimut tebalnya, Zulfa berusaha untuk tidak terisak begitu air mata yang sejak tadi ia tahan akhirnya meluruh. Tak hanya itu, Adelard yang sejak tadi berdiri di balik pintu yang sedikit terbuka itu pun terdiam dengan perasaan yang tidak menentu. Perlahan, Adelard memundurkan langkahnya dengan pelan dan pergi dari sana. "Sama-sama pernah gagal menjadi seorang Ibu? Apa maksudnya?" **** Masya Allah Alhamdulillah. Chapter 11 akhirnya sudah aku up ya di blog ini. Makasih sudah baca ya ❤ Chapter 12 akan di publish Insya Allah selasa depan di blog ini. Author akan membagikan notip chapter 12 melalui story i********: ?? Jangan lupa follow i********: lia_rezaa_vahlefii Terima kasih ?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD