Flashback
Sebelumnya Di Bukan Mahram
Flashback, 2 tahun yang lalu
Nafisah :
"Kalau kamu masih menganggapku suamimu maka jangan pernah kemari hanya untuk mendatangiku! Apalagi berniat menjengukku di sel terkutuk ini! Kamu yang sudah membuat diriku di penjara!"
"Apa?!" Nafisah terkejut. Bisa-bisanya Daniel berkata seperti itu. Apalagi saat ini Nafisah sedang mengandung buah cinta mereka.
"Aku tidak bisa melakukannya! Sedetik saja aku tidak sanggup. Bagaimana bisa sampai 2 tahun, Daniel? Yang benar saja!"
"Bahkan kamu sendiri bisa menghianatiku! Masa 2 tahun saja kamu tidak bisa?" Daniel tersenyum sinis, ia berhasil menyindir istrinya tanpa harus menatap wajahnya lagi.
"Mas Daniel-"
"Ini perintah kalau kamu masih ingin berada di sisiku!"
"Tapi aku-"
"DAN AKU TIDAK INGIN MENDENGAR ALASAN APAPUN LAGI. TIDAK PERDULI SEPENTING APA HAL ITU!"
Nafisah tidak tahu harus berbuat apa lagi ketika Daniel benar-benar tidak mau memaafkannya. Nafisah frustasi, tertekan, merasa bersalah, dan merasa telah menghianati janji suaminya.
Seandainya waktu bisa di ulang, Nafisah tidak AKAN pernah ingin bekerjasama dengan sepupunya itu hanya untuk mengungkap kejahatan Daniel.
Nafisah sudah hancur begitu melihat kepergian Daniel yang akhirnya kembali menuju ruangan sel nya.
Punggung lebar yang kini terpasang baju tahanan tersebut, akan terus di rindukan Nafisah di setiap detiknya.
2 tahun 8 bulan kurungan penjara tidaklah sebentar.
Nafisah memukul dadanya, berharap rasa sesak itu bisa mereda. Tapi rasanya mustahil setelah Nafisah menerima semua konsekuensi dan resiko yang sudah ia lakukan selama ini di belakang suaminya sendiri.
"Tadi aku hanya ingin memberi tahu bahwa kita akan menjadi orang tua untuk calon buah cinta kita.."
*Flashback selesai.
Kini Nafisah menyesal setelah menyetujui kesepakatan bodoh itu 2 tahun yang lalu. Katanya begitu kejahatan Daniel terungkap, maka alasan ini bisa ia gunakan untuk bercerai dengan Daniel.
Pernikahannya dengan Daniel tidak pernah ia inginkan sebelumnya setelah Nafisah pernah trauma di khianati dan di poligami. Tapi sekarang, kenapa justru ia mulai menerima Daniel bahkan mencintainya seiring berjalannya waktu?
_____
Zulfa :
Flashback, 2 tahun yang lalu..
Dua orang polisi berpakaian bebas terlihat memberi waktu selama 3 menit kepada Marcello setelah tanpa di duga Zulfa datang secara tiba-tiba. Marcello adalah sahabat Daniel sekaligus kaki tangannya yang terlibat dalam kasus penipuan dan pemalsuan identitas.
Marcello berdiri di hadapan Zulfa. Sementara wanita berparas cantik dan polos itu kini menatap Marcello dengan benci. Marcello menarik sudut bibirnya. Pria blasteran Italia itu tentu tahu bahwa gadis yang ia sukai ini akan meledak penuh amarah.
Dan anehnya, Marcello menyukai Zulfa di saat wanita garang ini marah padanya. Katanya terlihat semakin cantik...
"Kau pelakunya, kan?!" tunjuk Zulfa tepat di wajah Marcello.
Marcello menatap Zulfa dengan lekat. Dengan santai ia malah menggoda Zulfa dengan cara hendak mengigit telunjuk lentik wanita spesialnya ini. Tapi secepat itu juga Zulfa menarik kembali tangannya.
"Memangnya aku melakukan apa?" tanya Marcello dengan polosnya.
Zulfa tidak akan pernah bisa menahan amarahnya dengan pria b***t yang sedang berlagak tidak berdosa atau tidak mengetahui apapun.
"Jangan berlagak bodoh Marcello! Atau aku akan melaporkan tindakanmu-"
"Silakan. Mereka ada bersamaku." Marcello tersenyum geli seolah-olah menganggap semua ini hanyalah masalah sepele.
"Kau-" Kedua mata Zulfa mulai mengabur dan memanas. Rasanya ia ingin menangis saat ini juga. Tapi tidak. Ia tidak ingin selemah itu di hadapan pria b******k ini.
"Kau yang sudah mengambil kehormatan yang aku jaga selama ini! Sesuatu yang berharga aku miliki untuk masa depanku bersama suami-"
"Kau ini bicara apa? Hm?"
Marcello sedikit memajukan tubuhnya. Sejak tadi ia tidak memberikan kesempatan untuk Zulfa agar wanita itu bisa menyelesaikan ucapannya. Marcello tersenyum licik sembari mendekatkan wajahnya tepat di samping telinga Zulfa.
"Maksudmu, aku adalah pria yang pertama bagimu. Begitu?" Marcello tersenyum santai. Ia kembali berbisik.
"Ssstt.. kalau bicara pelan-pelan. Bagaimana kalau seseorang sampai mendengarnya dan akhirnya tahu kalau wanita cantik ini sudah tidak perawan lagi?"
"Maaf waktu kalian sudah habis." Suara polisi itu akhirnya terdengar.
"Kau milikku!" Sekarang, pandangan Marcello sedingin es dan terasa seperti mengintimidasi. Seakan-akan pria tampan ini memberikan titahnya pada kepemilikannya.
"Dan aku akan membuang calon anak ini setelah di lahirkan!" lanjut Zulfa penuh keyakinan.
Detik itu juga, raut wajah Marcello yang tadinya terlihat sombong penuh kemenangan kini tergantikan dengan ekspresi terkejut. Marcello merasa jantungnya berhenti.
Syok? Tentu saja!
Wajah Marcello pucat dan ia diam mematung seperti tertimpa reruntuhan bangunan yang begitu mendadak.
Sakit...
Marcello juga mengalami kesulitan untuk mencerna semuanya. Ia bingung. Benar-benar bingung. Termasuk apa yang Marcello dengar barusan.
Setelahnya, dua orang polisi itu akhirnya membawa Marcello dengan sedikit paksaan. Marcello terus menoleh ke belakang. Menatap Zulfa dengan pandangan 'Kau yakin? Please, jangan bercanda!'
Tapi sayangnya, Zulfa sudah terlanjur sakit! Wanita itu pergi dan menghilang dari pandangan Marcello.
Zulfa yakin, ia tidak akan main-main dengan ucapannya. Gara-gara kehamilan ini, Zulfa harus membuang cita-citanya di usia yang muda. Bahkan dirinya harus diam-diam bersembunyi di suatu tempat tanpa ketahuan siapapun termasuk orang tuanya.
"Aku benci dengan janin ini!"
Dan akhirnya Zulfa pun rapuh...
*Flashback selesai
****