Bab 152 Aku Romantis, Bukan?

2070 Words
#WARNING RATE 21 + Mohon maaf jika ada pembaca yang tidak nyaman. Bijaklah dengan isi cerita yang ada. …………………. “Berhenti menangis! Aku bilang berhenti menangis sekarang juga! Apa matamu itu air terjun? Kenapa terus-terusan mengeluarkan air mata?!” maki Arkan kesal, tepat di depan wajah Casilda ketika semua mimpi buruk wanita itu akhirnya berlalu. Untung saja Lisa segera pergi dari toko tersebut, dan menyisakan dua orang di sana yang saling berhadapan. Arkan dengan cepat memberikan perintah kepada para karyawan toko untuk meninggalkan mereka berdua agar bisa berbicara lebih leluasa meski masih berada di dalam ruang ganti. Ratu Casilda Wijaya merasa sangat bodoh dan hina. Air matanya menetes-netes jatuh ke lantai, kepala tertunduk muram mendengar semua omelan Arkan yang jelas-jelas sedang merendahkannya. Dia memang bodoh! Otak ayam! Lantas kenapa? Kalau tidak suka wanita yang tidak sehebat Lisa, bukankah pernikahan mereka adalah neraka untuk satu sama lain? Arkan menghela napas berat, bersandar di dinding dengan wajah memelas tak berdaya. Matanya tak lepas dari wanita yang tengah duduk menyedihkan di atas meja. Penyatuannya dengan Casilda gagal total untuk kesekian kalinya. Ini sedikit banyak membuat sang aktor sangat jengkel dan tidak puas. Kenapa dia bodoh sekali mengatakan hal semacam itu sebagai permainan di antara mereka? Sekarang, Arkan merasa dirinyalah yang paling tersiksa sebagai suami. Tidak bisa melakukannya sampai penuh, membuat akal sehatnya harus ditekan mati-matian agar tidak menjadi gila. “Sudah cukup menangisnya?” tanya Arkan lagi setelah beberapa menit berlalu, memiringkan kepala melihat Casilda yang mulai terisak kecil, sudah mau berhenti menangis. Hati sang aktor sebenarnya merasa tidak tega, tapi kalimat demi kalimat yang terlontar dari mulut Casilda, membuat semua syarafnya menegang! “Kamu sudah beli semua yang kamu inginkan, bukan? Boleh pulang sekarang?” tanyanya serak, tidak menaikkan pandangan menatap Arkan. Rasa kesal memanas di hati pria itu, berjalan cepat dan mencubit dagunya marah. “Apakah begitu buruk menikah denganku? Casilda, kamu pikir dengan tubuh seperti sekarang, ada pria yang akan sukarela menikahimu? Lupakan rentenir sialan itu! Kalau dia benar-benar ingin menikahimu, kamu pikir dia akan menerima 500 milyar dariku dan bersikap tenang? Kamu pikir, Julian juga akan melirikmu kalau kamu menjadi managernya? Pria yang mencium pipimu saat itu, jangan pikir dia ada rasa kepadamu! Dia hanya mengasihanimu seperti kata Julian! Sudah seharusnya kamu bersyukur aku menikahimu yang digilai oleh banyak wanita di luar sana!” Arkan sangat sombong. Mengatakan semua kata demi kata bagaikan seorang hakim yang menjatuhkan vonis mematikan di mata Casilda. Seolah-olah wanita bergaun merah tersebut sangat tidak layak untuk dicintai. Casilda menggeram, menggigit gigi marah. Mata sembabnya merah bagaikan ditumpahi darah! Suaranya bergetar menahan kekecewaan, “memangnya kenapa kalau aku menyedihkan? Kamu pikir aku suka menikah denganmu? Arkan, tolong pakai otakmu sedikit! Jika tidak mau dipakai, ya, sudah sumbangkan saja kepada orang lain! Masalah uang itu, apakah aku yang memintamu untuk memberikannya? Kenapa kamu tidak sekalian memberinya 1 triliun agar terus menjeratku dengan hutang setinggi langit?! Bunuh saja aku sekarang juga! Mungkin kamu baru merasakan yang namanya kepuasan tiada tara menyiksaku!” Kedua tangan Casilda gemetar mencengkeram kedua sisi kemeja lawan bicaranya, menatapnya dengan mata semakin berkaca-kaca. Sangat kasihan dan menyedihkan. Arkan tidak nyaman melihat Casilda yang seperti itu, segera mengusap air mata yang mengalir di pipi kanannya, pembawaannya berubah lembut dan penyayang. “Sudahlah. Hentikan pertengkaran tidak berguna ini. Mulai sekarang, kalau kamu bisa bersikap baik dan sangat penurut, aku tidak akan mempersulitmu. Aku mungkin juga akan membiarkanmu agar tetap menjadi manager pria sialan itu,” bujuknya dengan kening mengerut tak nyaman. Mungkin yang dikatakan oleh Renata ada benarnya juga. Mungkin dengan memberinya sedikit kebebasan, maka hati Casilda akan sedikit luluh dan membuat hubungan mereka lebih mendalam dan kuat. Bukankah dia ingin memenjarakan Casilda di sisinya selamanya? Hanya dia yang boleh menyentuhnya! Dialah pemiliknya satu-satunya! “Arkan... apakah kamu masih tidak bisa mengendalikan sifat playboymu? Kamu bilang sangat mencintai Lisa, tapi kenapa terus berhubungan dengan wanita lain dan malah menikah dengan musuhmu sendiri? Kamu bodoh atau apa, hah?” isak Casilda tidak mengerti, mencoba memahami Arkan yang sangat rumit. Dia menikah dengannya, tapi masih saja bertingkah genit dan nakal. Casilda masih ingat dengan jelas bagaimana panasnya Arkan berciuman dengan seorang model cantik di parkiran malam itu. Mobil bergoyang sangat hebat, entah apa yang terjadi di dalamnya. Tapi, pastinya hal yang sangat tabu bagi dua manusia yang tidak memiliki ikatan sah satu sama lain. Belum cukup sampai di situ, di hari lainnya, dia malah mencium Lisa di hadapan banyak orang setelah tidur dengannya. Apakah sifat playboy seorang pria tidak bisa disembuhkan meskipun mengaku telah mencintai seorang wanita dengan sungguh-sungguh? Sangat menjijikkan! Arkan menatap mata Casilda yang tampak sangat penasaran. Hatinya menggelegak bagaikan lava pijar, tidak habis pikir kenapa ada wanita sebodoh istrinya. Haruskah dia membiarkannya berkuliah agar sedikit lebih pintar? “Lupakan saja kata-kataku tadi. Pertanyaan bodoh untuk seorang playboy sepertimu. Tidak ada gunanya, bukan?” ujar Casilda malas, menjawab pertanyaannya sendiri. Hendak turun dari meja dan memperbaiki gaun merahnya yang berantakan parah. Di ruang ganti ini bahkan telah kotor dengan sisa-sisa jus alami sang aktor, terpaksa dikeluarkan sembarangan tanpa pikir panjang. Hatinya terlalu marah dan kesal melihat Casilda yang terus-terusan menangis, tidak tega menyuruhnya memuaskannya sampai akhir menggunakan mulut. “Tolong minggir. Aku harus membersihkan ruang ganti agar tidak membuat orang jijik menggunakannya,” isak Casilda pelan, tidak nyaman dengan Arkan yang masih saja menempel padanya. Tanpa peringatan, Arkan memiringkan kepalanya dan menahan kepala Casilda. Ciuman itu datang bagaikan air yang mengalir, lembut tapi sangat memabukkan. Casilda tidak tahu sudah berapa kali Arkan menciumnya hari ini. Tapi, dari semua ciumannya sejak pagi tadi, sekarang adalah ciuman yang paling lembut hingga Casilda membalasnya tanpa memikirkan apa pun. Ketika dansa bibir berhenti sebentar, mata keduanya saling tatap dalam diam. Seolah-olah mencari sesuatu di kedalaman mata masing-masing, dan dengan saling terburu-buru, keduanya kembali berciuman. Sangat bersemangat dan liar! Keduanya saling merengkuh tubuh satu sama lain, memeluk sekuat tenaga seolah tidak ingin berpisah. Entah apa yang merasuki mereka berdua, tapi hanya satu yang pasti: momen indah mereka tidak ingin diganggu oleh siapa pun! “Boleh aku melakukannya sampai akhir?” bisik Arkan mesra, meraba kedua sisi pinggang Casilda dengan suara yang sangat menggoda dan memohon. Casilda terhentak dari dalam, menyadari dia terlalu larut dengan permainan sang suami. Dengan wajah memerah malu-malu, dia menggeleng cepat. “Kamu jangan mempermainkan aku lagi, Arkan! Sudah cukup! Aku tidak akan memohon kepadamu! Trikmu terlalu kotor! Tolong hentikan. Aku ingin membereskan tempat ini dan segera pulang. Apa kamu tidak capek?” gerutunya marah, mendorong tubuh Arkan yang kehilangan pijakan. “Mempermainkan?” ulang Arkan dengan tatapan bingung. Casilda melotot, mengusap sisa-sisa air matanya, berusaha terlihat tegar. “Benar. Kamu sengaja melakukan ini agar aku jatuh dalam perangkapmu, kan? Setelah itu akan memohon agar kamu menyentuhku? Lalu apa? Menertawaiku seperti orang bodoh?! Sungguh kasihan Lisa punya tunangan playboy sepertimu!” omel Casilda dengan raut wajah kesal, matanya tanpa sadar melihat bibir seksi Arkan yang telah bengkak gara-gara digigit mesra olehnya. Kedua pipinya langsung merona hebat tanpa bisa dicegah. “Benar-benar playboy! Pantas saja banyak wanita mau naik ke ranjangmu!” lanjut Casilda marah, mendorong keras Arkan yang tercengang mendengar kalimatnya barusan. Casilda mengira dia sedang mempermainkannya? Apa otaknya sungguh sebodoh otak ayam? Tidak bisa membedakan mana pura-pura dan sungguhan? “Tolong keluar, dan bersihkan dirimu. Aku harus membereskan tempat ini secepat mungkin sebelum waktu sewanya habis,” ujar Casilda, nada sedikit memerintah. Kedua tangan merapikan baju lain yang belum sempat dicoba. Bergegas meraihnya dan menoleh menatap Arkan yang masih berdiri linglung. “Arkan, kamu itu adalah bintang besar. Kalau sampai kejadian ini ada yang tahu, skandalmu pasti akan sangat menghebohkan. Lisa pasti akan sangat sakit hati. Tolong jangan bertengkar di sini. Di rumah saja, oke?” Casilda marah-marah seperti seorang ibu yang tengah menghadapi anaknya yang suka membuat masalah. Arkan mengepalkan kedua tangan, meringis gelap dan kesal melihat istrinya yang pusing menyadari isi ruang ganti ternyata sangat berantakan oleh ulah kemesraan singkat mereka beberapa menit lalu. “Kenapa masih di situ? Cepat keluar! Jangan lupa meminta rekaman CCTV di toko ini. Kalau tidak, tanggung sendiri akibatnya!” Casilda membuka pintu, dan mulai mendorong Arkan keluar. Wajah sang aktor terlihat sangat tidak rela dan cemberut luar biasa. “Kamu benar-benar pintar melarikan diri, Casilda. Lihat saja, aku akan membuatmu mengaku kalau kamu sedang cemburu!” “Kamu sangat kekanak-kanakan! Sana bersihkan ‘menara’-mu yang lengket itu! Kalau masih tidak puas, lakukan dengan tangan saja! Kasihan kalau sampai harus masuk rumah sakit!” “Apa kamu sedang mengejekku?!” Arkan hendak masuk kembali ke ruang ganti, tapi segera dihadang oleh Casilda yang tengah menatapnya kesal dengan wajah datar. “Kalau mau sebegitu keras kepalanya ingin mendengar kata cemburu dariku, maka aku akan membuatmu senang.” “Hah?” Arkan terbengong kaget! Dengan wajah tegas, Casilda mengatakannya dengan sangat cepat. “Aku cemburu! Aku cemburu! Aku cemburu kepada Lisa yang bisa dengan bebasnya melakukan apa pun yang dia inginkan! Aku cemburu kepadanya karena bisa hidup bahagia dengan sangat polosnya, tidak mengetahui kalau pria yang dicintainya sedang berselingkuh dan malah telah menikah dengan wanita lain! Aku cemburu kepadanya karena dia hidup dengan sangat baik meski memiliki tunangan playboy sepertimu! Aku cemburu, sangat-sangat cemburu karena hidupnya terlihat sangat normal tanpa perlu membayar hutang yang hampir bernilai 1 triliun kepada pria kejam sepertimu! Puas?!” Arkan membuka tutup mulutnya dengan ekspresi tercengang melihat wajah marah sang istri. Apakah dia terlalu mengekangnya sampai menjadi pemberontak seperti sekarang? Sang aktor tampan mulai berpikir keras menimbang-nimbang semua ucapan Renata. Bagaimanapun juga, dia tidak mau kehilangan Casilda, dan tidak sudi melihatnya mencintai pria lain! “Oke. Aku puas untuk saat ini. Kalau kamu belajar bersikap manis seperti sekarang, aku juga tidak akan mempersulitmu. Kamu bisa dengan tenang menjadi istriku di rumah.” Casilda bergidik begitu jelas di hadapan Arkan, membuat sang aktor tersinggung hebat! “Ratu Casilda Wijaya!” bentaknya kesal, sangat marah melihat wanita itu sangat jijik mendengar kata-katanya. “Kamu mau lanjut marah-marah, tidak masalah. Tolong jangan di sini. Aku sudah terbiasa menahan malu dari semua perbuatan semena-mena darimu. Tapi, tidak yakin dengan dirimu dan Lisa. Bukankah kalian berdua harus menjaga image baik di hadapan semua orang? Sekalipun kalian bisa membereskan banyak skandal di luar sana, kalian tidak bisa mengendalikan pikiran orang lain.” Selesai berkata demikian, Casilda mendorong Arkan menjauhi pintu. Wajah wanita ini mendatar semakin dingin. Bahkan sang suami tidak tahu suasana hatinya seperti apa. “Casilda!” “Apa lagi?! Kamu benar-benar seperti anak TK, ya?!” gerung Casilda marah, berbalik melotot ke arahnya. Arkan tiba-tiba langsung menariknya mendekat, mencium bibirnya gemas. Ciuman itu sangat cepat sampai Casilda tidak sempat untuk menghindar. “Tunggu aku bawakan alat kebersihan. Masukkan saja semua pakaian itu ke tas belanjaan lainnya di meja kasir. Aku akan membeli semua isi toko ini sebagai kompensasinya.” Casilda linglung, mata berputar pusing. Dia barusan bilang apa? Untuk apa membeli semua isi toko? Arkan benar-benar pria aneh dan sangat kekanak-kanakan! Casilda menatap punggung sang suami yang telah menjauh. “Barusan itu ciuman apa? Kenapa dia suka sekali menciumku hari ini, sih? Benar-benar otak playboy! Mesumnya sudah level neraka!” gumam Casilda cemberut kesal, segera membereskan sisa pakaian di dalam ruang ganti. *** Ternyata Arkan tidak berbohong soal akan membeli seluruh isi toko! Keesokan paginya, semua barang sudah diantarkan ke mansion Arkan dan membuat semua pelayan kewalahan untuk membawanya ke lantai dua. “Kamu atur sendiri semua pakaianmu. Aleta akan membantumu di walk in closet. Dia tahu barang-barang apa yang harus disingkirkan.” “Kamu tidak perlu repot-repot melakukannya. Bukankah ruangan itu khusus untuk pakaianmu saja? Kalau sampai Lisa masuk dan melihatnya, bagaimana? Kamu ingin membuatku dibunuh olehnya? Begitu?” sinis Casilda yang tengah duduk bersandar di kepala tempat tidur, menatap Arkan yang sedang sibuk memperbaiki lengan kemeja hitamnya. “Kamu jangan mengajakku ribut pagi-pagi begini. Hari ini aku ada urusan penting. Tidak punya waktu meladenimu.” Casilda membuang muka, mendengus jijik melihat tingkah sok sibuknya. Sepulang dari mall semalam, mereka berdua berakhir dengan acara mandi bersama. Tentu saja dipaksa oleh Arkan. Kemudian tidur dengan nyenyak sebagai bantal guling sang aktor. “Aku berangkat dulu. Telepon aku kalau sudah sampai di kantor Renata,” titah Arkan tegas, mendekat ke arah Casilda dan segera mengecup bibirnya cepat layaknya suami pada umumnya. Casilda tertegun syok! Astaga! Aktor playboy itu kerasukan apa lagi? “Kenapa? Terkejut? Aku romantis, bukan?” pujinya sombong kepada diri sendiri, tersenyum bangga sembari mengusap puncak kepala Casilda yang terbengong parah. “Supir akan mengantarmu ke perusahaan. Ingat untuk jaga jarak dengan Julian,” lanjutnya tajam, wajah sedingin es.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD