Bagaimana ini? Dia harus bagaimana?
Ratu Casilda Wijaya keringat dingin seperti sudah dihantam badai es! Sekujur tubuhnya mendingin hingga aliran darahnya seolah macet! Dia tidak bisa bergerak! Ralat! Dia tidak mau bergerak!
Kening Julian mengeryit dalam, mendecakkan lidah kesal, lalu berjalan ke arahnya dalam langkah-langkah besar.
“Heh, Gendut! Jangan bikin aku malu! Kamu menjadi managerku bukan berarti bisa melawanku! Baru semingguan saja bekerja sudah banyak tingkah!” omel Julian kesal, menarik kerah belakang Casilda yang panik bukan main dengan wajah pucatnya.
Dia tidak mau melihat pria berengsek itu! Kenapa hidupnya sungguh sial?!
Apa karena setelah bertemu Arkan, makanya sekarang mendapat kesialan bertubi-tubi? Sudah diduganya kalau aktor sialan itu adalah sumber kesialan nomor satu untuknya tahun ini!
“Cepat beri salam! Jangan seperti orang bodoh begitu!” titah Julian galak, membuat wanita di sebelah Ethan terkekeh lucu melihatnya, mengira itu adalah sikap akrab keduanya sebagai manajer dan talentnya.
Casilda sengaja menggembungkan pipinya, menundukkan kepala menghindari tatapan mata pria tampan dan dingin yang berdiri tepat di depannya, berkata dengan nada suara dibuat-buat, “salam kenal, Presdir Ethan! Salam kenal, Nona! Saya adalah manager baru Julian.”
Kening Ethan mengerut dalam, memiringkan kepalanya melihat wajah Casilda yang dengan sengaja jelas-jelas menolak untuk ditegakkan. Sikap wanita di depannya ini benar-benar sangat aneh!
“Gendut! Kamu sangat tidak sopan! Apa begitu caramu memperkenalkan diri, hah? Bagaimana bisa Renata menunjukmu sebagai managerku dengan tata krama seperti itu?”
Julian Ganomeda Galaxy kesal bukan main dengan sikap Casilda yang tidak tahu sopan santun di matanya, merasa harga dirinya sebagai seorang superstar turun drastis hingga ke dasar.
Pria tampan ini segera mendekati Casilda, dan dengan satu tangan merangkulnya untuk menegakkan wajah sang manager di hadapan Ethan, “apa perlu aku ajari juga kepadamu bagaimana memperkenalkan diri dengan baik? Kamu benar-benar bikin aku malu, Casilda! Manajer macam apa kamu ini? Untung saja yang kamu hadapi sekarang adalah sepupuku! Coba kalau orang lain, bagaimana?”
Ketika wajah Casilda yang dipaksa tegak itu akhirnya kalah melawan tangan besar dan kokoh Julian, dengan wajah memerah syok dan malu, kedua mata berkaca-kaca kesal dan penuh emosi Casilda terkunci dengan mata dingin Ethan.
Ratu Casilda Wijaya bisa merasakan sekujur tubuhnya bagaikan disisipi oleh hawa dingin di seluruh pori-pori kulitnya, membuat isi kepalanya membeku, dan kulit kepalanya terasa kebas!
Ini sangat memalukan!
Julian memecahkan rasa syok dan takut Casilda dengan kalimat selanjutnya, setengah jahil dan mengejek, “kenalkan, Presdir Ethan! Dia ini bernama Ratu Casilda Wijaya. Tapi, lihat saja penampilannya, benar-benar berbanding terbalik dengan namanya, bukan? Wanita ini sungguh lucu! Selain itu, aku tidak habis pikir kenapa Renata mau menjadikannya seorang manager, padahal lulus SMA saja dia tidak beres.”
Casilda menahan rasa malu luar biasa di hatinya, sekujur tubuhnya bahkan sudah mulai gemetar dingin. Air matanya mau menetes!
Julian yang terbahak kencang mengejek Casilda dalam pelukannya, tidak menyadari hal itu, saking lucu dan gemasnya memikirkan hal konyol dari sang manager barunya.
Tidak seperti perkiraan Casilda, pria dingin yang menatapnya tiba-tiba tersenyum dengan pesona memikat, segera menyapa Casilda seolah mereka baru kali pertama bertemu.
“Halo, salam kenal. Aku adalah Ethan. Ethan Aldemir Raiden. Presdir Grup Raiden, salah satu investor untuk Julian di proyek kali ini,” terang Ethan dengan gaya yang profesional, mengulurkan tangan ke arah Casilda yang membeku kaget bagaikan baru saja ditampar.
Dalam hati, wanita berpipi bakpao itu tertawa dingin dan merasa sangat bodoh.
Entah Ethan berpura-pura tidak mengenalnya karena malu, atau memang sudah tidak ingat dengannya setelah sekian tahun berlalu.
Benarkah dia sudah melupakan dirinya dan tidak mengenalnya yang sudah menjadi bola ini? Apakah penampilannya sekarang sangat buruk sampai tidak dikenali olehnya? Atau memang dia tidak istimewa sejak dulu di hatinya sampai tidak melekat sedikit pun dalam ingatannya?
Bukankah itu bagus? Masalah dan kekhawatirannya jadi berkurang, kan?
Melihat Casilda yang melamun menatap uluran tangan itu, Julian yang masih memeluk Casilda, mengguncang tubuh sang manager dan menggerutkan kening kesal.
“Kenapa menatapnya saja begitu? Kamu ini benar-benar jarang sekali, ya, lihat pria tampan dan berkuasa? Aku peringatkan kepadamu, kalau aku saja tidak bisa kamu raih, apalagi Presdir Ethan. Paham? Jadi, jangan berpikir yang macam-macam, Gendut! Kalau kamu tidak bisa seperti Nona Jasmin, langsing dan cantik, serta berpendidikan tinggi, tidak usah bermimpi!”
Casilda seketika menoleh ke arahnya dengan tatapan kesal, melotot hebat mendengar hinaannya. Ingin rasanya dia memberi cabe mulutnya itu!
Haruskah Casilda berteriak lantang ke seluruh dunia, dan berkata kalau dia ini sudah menikah dengan aktor arogan dan playboy yang digilai oleh satu negeri? Dia sudah ada yang punya meski hubungan mereka tidak biasa! Dasar pria narsis!
Apa jadinya reaksinya jika tahu manager yang dihinanya ternyata menikah dengan saingan beratnya yang sangat berengsek dan kejam itu! Mungkin dia akan mati berdiri karena kaget!
Lagi pula, untuk apa melirik pria lain? Satu saja sudah merepotkan dalam hidupnya! Apalagi kalau harus berurusan dengan dua pria di depannya sekarang. Menjijikkan!
Emosi yang menggebu di hati wanita ini segera surut ketika teringat kalau pernikahannya hanyalah sebuah lelucon dan sebuah penghinaan dalam hidupnya.
Dengan ekspresi dingin, Casilda menimpalinya, “Tuan Julian, kapan saya berkata hal semacam itu? Saya tidak pernah ingat mengatakan kalau ingin pria seperti Anda. Standar saya tidak seperti yang Anda pikirkan. Tolong lepas! Ini sangat tidak nyaman. Bercanda juga ada batasnya dengan orang gendut. Kalau masih saja seperti ini, saya akan melaporkan tindakan Anda yang suka semena-mena kepada Renata.”
Julian syok!
Si Gendut ini sejak kapan mulai berani melawannya? Mana di depan Ethan lagi!
Dengan kasarnya, Julian melepaskan rangkulannya, menatap kesal.
“Heh! Kalau kamu memang tidak nyaman, kenapa mau menjadi manager sekaligus asistenku? Baguslah! Kamu berhenti saja sekarang jika tidak bisa bertahan!”
Sekali lagi, Julian kaget dalam hati mendapati sikap tidak biasa Casilda. Kedua sorot matanya memancarkan tekad yang kuat.
Dia sungguh akan berhenti menjadi managernya?
Tiba-tiba, entah kenapa Julian takut sendiri memikirkan hal itu menjadi kenyataan. Ucapannya barusan hanyalah keisengannya semata, ingin mengerjainya lagi.
Casilda tampak ingin meledak di hadapan Julian, tapi setelah dia menghela napas kasar, wanita itu segera membungkuk sopan di hadapan Ethan dan Jasmin.
“Mohon maaf atas kelakuan Superstar saya! Saya masih baru sebagai managernya, maka dari itu belum terlalu pandai untuk mendidiknya di hadapan investor. Tidak peduli jika Anda adalah sepupu jauhnya sekalipun. Sekali lagi, saya mohon maaf atas kelakuan Superstar Julian.”
Julian Ganomeda Galaxy syok dan memerah malu, segera meraih sebelah bahu Casilda dan menariknya dari posisi membungkuk meminta maaf.
“Apa-apaan kamu, hah?” bentaknya kesal.
Gaya bicara Casilda seketika berubah santai, tapi terkesan tegas dan dewasa.
“Julian Ganomeda Galaxy, aku memang adalah managermu, juga adalah asistenmu yang bisa kamu suruh-suruh begitu rendah, tapi bukan berarti kamu bisa mempermainkan orang sesukamu seperti ini. Apalagi bersikap tidak sopan di hadapan seorang investor penting kita. Tidak peduli jika dia adalah sepupumu sendiri. Selama di tempat kerja, maka kamu harus bersikap profesional.
Ingat, kamu ini adalah seorang Superstar, ada banyak mata dan telinga di sekitarmu. Kamu tidak ingin menyeret investor penting kita ke dalam skandalmu, bukan? Satu selebriti seperti Arkan Quinn yang merepotkan di perusahaan sudah terlalu banyak. Jangan buat masalah yang tidak perlu. Milikilah sedikit hati nurani terhadap orang-orang yang harus membersihkan skandal yang kamu buat.”
Julian tertegun syok. Sama sekali tidak kepikiran hal itu sebelumnya.
Sementara Casilda mulai merasa lega karena berpikir Ethan tidak mengenalinya, pria dingin itu malah sebaliknya. Dia menatap Casilda begitu dalam dengan mata dinginnya yang tengah adu mulut dengan Julian.
Bibir pria dingin ini merapat sempurna. Cahaya kedua matanya berdenyar misterius.
Kenapa ketika dia sedang mencarinya seperti orang bodoh, dia kesulitan menemukannya? Tapi, kenapa di saat tidak sedang mencarinya, malah bertemu dengan begitu mudah seperti sekarang ini?
Ethan Aldemir Raiden termenung dalam melihat adu mulut Casilda dan Julian yang sepertinya akan memakan waktu cukup lama. Sementara di sebelahnya Jasmin Aquina Salim, diam-diam melirik Ethan dengan tatapan setengah memuja.
***
Beberapa menit kemudian, mereka akhirnya berakhir di sebuah restoran mahal. Casilda yang merasa tidak nyaman berada di ruangan dengan sikap Jasmin yang sangat dekat dengan mantan pacarnya, Ethan, segera meminta izin ke toilet.
Perbincangan yang berada di luar jangkauannya membuat Casilda merasa seperti orang asing di antara ketiga orang tersebut.
Di toilet, Casilda membilas wajahnya dan mengatur pernapasan sambil menatap diri di cermin.
Untunglah Ethan sungguh tidak mengenalinya.
Dengan begini, satu masalah hidupnya baru saja lewat.
Casilda tersenyum lembut, menyemangati diri sendiri. Detik berikutnya, dia mengecek ponsel, jaga-jaga ada pesan dari kedua orang tuanya. Memikirkan kemurkaan Arkan mendapatinya berhasil kabur, membuat sudut bibirnya tertarik senang. Apalagi dia sekarang menggunakan nomor lain yang sama sekali tidak diketahui olehnya.
Dia harus bisa bertahan, dan setidaknya bisa membayar sebagian besar hutangnya dalam waktu 1 tahun.
Kesenangan kecil segera mekar di hati Casilda. Dasar Arkan sialan! Semoga dia masuk rumah sakit gara-gara tekanan darah tinggi!
Begitu langkah kakinya keluar dari toilet, di lorong yang cukup panjang dan sedikit sempit, tiba-tiba saja Casilda tidak sengaja menabrak seseorang.
“Ma-maaf. Saya kurang hati-hati,” balasnya dengan nada bersalah, karena masih sibuk melihat ponselnya. Kali ini bukan mengecek ada telepon dari keluarganya atau tidak, melainkan memeriksa Linkstagram Julian sebagai manajer.
Casilda yang belum melihat siapa yang ditabraknya, seketika linglung begitu menyadari tubuhnya didorong ke dinding.
Kedua bola mata wanita ini membola syok!
Ethan?
Apa-apaan dia?!
Siapa yang sangka kalau orang yang ditabraknya adalah sang mantan pacar, dan sekarang malah dikurung di dinding olehnya?
“Kamu baik-baik saja? Aku perhatikan sepertinya jalanmu sedikit tidak stabil,” ucap Ethan lembut, suaranya dingin tapi tidak ada amarah. Ciri khas tersendiri darinya sejak dulu, dan sekarang malah semakin dewasa dan begitu seksi.
Sayang, Casilda sudah tidak minat dengan barang bekas!
Sebelum menjawab pertanyaan itu dengan akting terbaiknya, Casilda linglung mendengar kalimat Ethan barusan.
Bagaimana bisa dia ‘berjalan sedikit tidak stabil’? Perasaan dia berjalan tegap dan mantap. Juga tidak mabuk, mau pun terpengaruh gara-gara melihat ponselnya.
Apakah dia tengah menyindirnya?
“Terima kasih atas perhatian, Presdir Ethan. Saya baik-baik saja,” balas Casilda dengan suara dibuat-buat, kepala menunduk menghindari tatapan dingin yang dulu sangat dipujanya itu. Bahkan tatapannya semakin dingin dan menakutkan. Casilda tidak berani menatapnya berlama-lama.
Melihat Casilda bersikap memberi jarak dan masih pura-pura tidak mengenalinya, sudut bibir Ethan tertarik dingin tidak jelas. Matanya yang ikut tersenyum menatap bibir Casilda yang digigit karena gugup.
Bolehkah dia menciumnya?
Pikiran itu bermain-main di dalam kepala pria ini.
Kalau mau jujur, hati Ethan kini sedang ribut oleh ledakan rasa rindu yang mirip kembang api di malam hari.
Dia dengan sengaja keluar dari ruangan memang untuk mencari Casilda. Tidak sangka akan memiliki kesempatan sebagus ini.
“Ma-maaf. Boleh minggir sekarang? Tidak enak jika dilihat orang,” tegur Casilda pelan, mencoba menurunkan satu tangan Ethan yang mengurungnya. Masih tidak ingin bertatapan mata dengan sang mantan pacar.
Ethan tidak menarik tangannya, malah semakin kokoh, membuat keringat dingin Casilda turun tak terkendali. Punggungnya bagaikan dihantam badai es!
Apakah Ethan mengenalinya? Mustahil! Dia ini sudah gendut seperti bola! Juga tidak secantik dulu! Pipinya bahkan mirip bakpao! Potongan ‘Casilda yang sempurna’ di masa lalu sudah hilang tak berjejak dari tubuhnya. Bagaimana bisa dia menyadarinya, bukan?
“Kamu sungguh tidak apa-apa? Bagaimana kalau aku mengantarmu ke rumah sakit?” goda Ethan dengan nada suara tertentu, mata dinginnya melintas sebuah cahaya misterius di sana. Detik berikutnya meraih dagu Casilda, dan memajukan wajahnya hingga jarak bibir mereka sangat dekat. Sekali dorong sudah pasti akan langsung ciuman.
Casilda ketakutan, pupilnya menyusut kalut. Tubuh mulai gemetar.
Ethan tertawan anggun sedikit mengejek melihat reaksi gugup Casilda, jelas-jelas ketakutan menghadapinya seperti melihat monster.
“Kenapa kamu gugup?” bisik Ethan nakal di telinga Casilda, mendekatkan tubuhnya dan melanjutkan, “kamu tidak berpikir aku akan menciummu di sini, kan? Pose ini memang suka bikin orang salah paham. Bagaimana menurutmu?”
Casilda menelan ludah gugup, bibirnya merapat sempurna. Tenggorokannya tercekat, tidak tahu harus berkata apa.
Mata kedua orang ini saling tatap dalam jarak dekat. Seolah-olah terhipnotis, Casilda hanya bisa terus menatapnya tanpa kedip layaknya sebuah patung, sementara di depannya, Ethan mulai memiringkan wajah tampannya dengan mata terpejam anggun.
Bibir keduanya sedikit lagi akan saling menempel, dan Casilda yang gugup dan linglung memejamkan mata tanpa sadar. Seolah-olah dia sudah terprogram mengikuti permainan lawan bicaranya.
“KAK ETHAN!”
Julian berteriak panik melihat adegan di depan sana. Tubuhnya gemetar tak terkendali, dan kedua tangan mengepal dingin hingga buku-bukunya memutih.
Apa yang sedang mereka berdua lakukan?
Dia tidak salah lihat, kan?
Ethan ingin mencium si Gendut jelek itu?!
Kemarahan aneh tiba-tiba hadir di hati Julian!