Sepucuk Surat
Dimana pangeran Gustavo harus menemukan putri pemimpi itu? Ia terus memikiran hal itu sejak kemarin. Ia harus menemukan cara untuk mengalahkan penyihir Grozu. Bisa saja hari ini ia menggunakan kekuatan langitnya. Ia menghilang dan muncul di lembah kematian. Tapi pangeran Gustavo tidak mau gegabah. Salah salah dia bakalan kalah kalau memaksakan ke lembah kematian tanpa perhitungan.
Dari jendela kamar pangeran Gustavo ia mendengar seperti sebuah ketukan. Pangeran Gustavo menghampiri jendela kamarnya. Dan benar saja di sana sudah ada seekor merpati putih. Ya, itu peri Tasya yang ia utus untuk memantau Nada. Ada apa dia kemari? Ternyata ada sepucuk surat terselip di kakinya.
"Ini pasti dari Nada," pangeran Gustavo tersenyum getir. Semoga saja bukan kabar buruk yang Nada tulis di sepucuk surat itu.
Dear Orion Kekasihku.
Orion, aku hanya ingin menyampaikan kalau aku baik baik saja. Semoga kamu pun dalam kondisi yang baik baik saja. Orion, aku tau kamu begitu mencintaiku. Dan aku pun mencintai kamu. Tapi, jika harus membuatmu terluka. Atau sampai harus merelakan nyawa kamu. Aku tak rela.
Penyihir Grozu itu bukan penyihir biasa Orion. Ia bisa mengutuk pangeran Zhellograf dengan penyakit anehnya seumur hidupnya. Ia juga memporak porandakan negeri Zdellaghoztte menjadi hancur dengan mudah. Bahkan bisa menebar kebencian di hati ratu Niyya untuk membenci anaknya sendiri.
Aku tahu kamu tidak akan menyerah sebelum berjuang. Kamu pernah menjadi panglima perang untuk mengalahkan sebuah kerajaan. Tapi kali ini penyihir Orion. Bukan sebuah kerajaan. Penyihir berkekuatan hebat. Aku tidak mau kamu mati sia sia. Aku rela jika harus berpura pura mencintai pangeran Zhellograf. Asalakan kamu jangan pergi ke lembah kematian.
Aku tahu cinta kita baru saja di mulai. Mungkin akan lebih baik juga kita akhiri saja. Aku tak mau melihat kamu menderita. Jika aku menerima tawaran ratu Niyya untuk berpura pura mencintai pangeran Zhellograf. Maaf, maaf karena aku selalu membuatmu marah. Karena aku selalu merepotkanmu. Untuk kali ini aku akan menuruti keingian ratu Niyya.
Meski begitu, aku akan tetap mencintaimu. Hingga akhir hayatmu.
Dari Nada yang selalu mencintaimu.
Pangeran Gustavo terbelalak melihat sepucuk surat dari Nada. Darahnya mendidih seketika. Mana mungkin pangeran Gustavo mau melakukan hal itu. Kenapa dengan mudah Nada membuat keputusan? Kenapa ia menyerah begitu saja tanpa menunggu pangeran Gustavo untuk berjuang. Pangeran Gustavo tidak mau Nada menuruti keinginan ratu Niyya. Ia tidak mau mengambil resiko, kalau Nada sampai jatuh cinta sungguhan pada pangeran Zhellograf.
Segera mungkin pangeran Gustavo menuliskan balasan pada Nada. Semoga saja Nada masih mau berunah pikiran dan menunggu perjuangannya untuk memperjuangkan cintanya.
Setelah menulis surat. Pangeran Gustavo menyelipkan sepucuk surat itu di kaki merpati putih itu.
"Pegilah peri Tasya. Jaga Nada untukku," ujar pangeran Gustavo sebelum menerbangkan peri Tasya.
********
Nada terjebak di kamar pangeran Zhellograf. Semalaman ia berpikir tentang perkataan sang ratu tadi malam. Ratu Niyya menyampaikan bahwa ia harus pura pura mencintai anaknya. Ratu Niyya juga bilang bahwa ia memberikan syarat pada pangeran Gustavo. Jika mau memperjuangkan cintanya. Pangeran Gustavo harus menemui penyihir Grozu di lembah kematian. Pangeran Gustavo harus mematahkan mantra kutukan penyihir Grozu. Mana bisa?
Yang Nada tau, pangeran Gustavo adalah manusia bisa. Seorang pangeran biasa yang hanya ahli dalam berperang melawan manusia biasa juga. Ia tau kalau pangeran Gustavo sering menjadi panglima perang untuk mengalahkan kerajaan. Namun kali ini lawannya tak main main. Penyihir Grozu dari lembah kematian. Itu bukan lawan sepadan untuk pangeran Gustavo. Nada takut ia gugur dalam melawan penyihir Grozu. Jadi Nada memutuskan untuk menerima tawaran ratu Niyya, untuk pura pura mencintai pangeran Zhellograf.
Saat merpati putih hinggap di jendela kamar pangeran Zhellograf. Nada langsung memutuskan untuk mengirim surat pada pangeran Gustavo. Ia meminta pangeran Gustavo untuk menyerah. Dan membiarkan Nada untuk memenuhi keinginan ratu Niyya.
Tak lama setelah merpati itu terbang. Merpati itu kembali lagi dengan membawa sepucuk surat. Sudah jelas. Mungkin ini balasan dari pangeran Gustavo.
Dear Putri Nada.
Jangan lakukan itu Nada! Aku yakin aku bisa mengalahkan penyihir Grozu. Aku sudah memikirkannya matang matang. Aku akan memikirkan bagaimana caranya mengalahkan penyihir Grozu tanpa bantuan putri pemimpi seperti ramalan yang di ramalkan peri Jaisi. Karena yang aku tahu. Dulu seorang pangeran juga mengalahkan penyihir Grozu tanpa bantuan putri pemimpi.
Bersabarlah, jangan melakukan hal yang bodoh. Aku tidak akan mati dengan mudah. Jangan biarkan perjuangan aku sia sia. Jangan kamu biarkan perjuangan aku sia sia. Biarkanlah aku berjuang dulu demi cintaku yang baru saja di mulai. Tunggu aku putri Nada.
Dari Orion kekasihmu.
Nada tersenyum melihat sepucuk surat itu. Ia tau, pangeran Gustavo pasti tidak akan menyerah sebelum berjuang. Sepertinya Nada harus sedikit bersabar menunggu perjuangan pangeran Gustavo. Tapi dalam hatinya ia masih takut kalau pangeran Gustavo tidak bisa memenuhi syarat dari ratu Niyya.
Nada menghela nafas panjangnya. “Nyanyian Putri, pengabul mimpi. Pembawa senyum, penghapus sedih. Penyembuh luka.. Penghilang sakit.. Bernyanyi-nyanyi di atas langit.. Bersama bintang, keajaiban datang.. Penyembuh luka.. Penghilang sakit.. Duka pun hilang.. Bahagia datang..” Nada kembali bersenandung. Setidaknya dengan menyanyikan lagu ini. Hatinya sedikit lebih tenang. Semoga saja hal buruk tidak akan terjadi pada pangeran Gustavo.
Nada melihat pangeran Zhellograf mulai menggerakan tanganya. Apa pangeran Zhellograf akan segera sadar? Nada sedkit heran. Setiap Nada bersenandung lagu itu. Mendadak kondisi pangeran Zhellograf sedikit membaik. Pangeran Zhellograf membuka matanya. Ia melihat Nada di hadapanya. Tatapannya begitu nanar. Terlihat sekali kalau pangeran Zhellograf sangat lemah saat ini. Mungkin tatapan itu mengisyaratkan pada Nada. Agar menolong pangeran Zhellograf dari penderitaan ini.
"Tenanglah pangeran aku tidak akan meninggalkanmu. Aku sudah berjanji akan mengobatimu sampai sembuh. Jangan terlalu memikirkan hal yang tidak penting dulu. Untuk saat ini pikirlah kesehatanmu. Itu hal yang paling penting untuk saat ini," nasihat Nada pada pangeran Zhellograf.
Pangeran Zhellograf hanya bisa tersenyum samar mendengar nasihat yang di berikan Nada padanya. Sepertinya ia belum mampu mengatakan satu katapun. Lidahnya masih kelu. Rasa sakitnya masih sedikit menyiksa di sekujur tubuhnya. Beruntungnya kesadarannya mulai kembali. Meski harus menahan sakit yang tidak tau kapan akan berakhir.
"Mengenai tuan ratu. Anda sudah berhasil membuatnya kembali menyayangimu. Setiap hari beliau mengunjungimu. Beliau selalu bertanya kondisimu setiap harinya. Beliau sangat mencemaskanmu. Bersemangatlah, untuk sembuh. Bukankah mendapat kasih sayang dari tuan ratu adalah impiammu?" Nada memberikan semangat pada pangeran Zhellograf.
Lagi lagi pangeran Zhellograf tersenyum dan mengangguk. Lega rasanya mendengar hal baik dari mulut Nada. Nada tak mungkin berbohong. Ia percaya mengenai ratu Niyya yang mulai menyayanginya. Meski hatinya telah di patahkam Nada. Tapi hal itu tidak memudarkan kepercayaannya pada Nada.
Tak lama pintu kamar pangeran Zhellograf terbuka. Munculah ratu Niyya. Ia masuk dan langsung memeluk pangeran Zhellograf. Ia senang melihat mata pangeran Zhellograf terbuka. Itu artinya kondisi anaknya semakin membaik. Pangeran Zhellograf membalas pelukan ratu Niyya. Sangat hangat. Baru kali ini seumur hidupnya ia mendapatkan pelukan dari ratu Niyya. Ternyata senyaman ini mendapatkan pelukan dari ibundanya. Ia sangat senang karena ratu Niyya mulai menyayanginya. Terbukti sudah kebenaran ucapan dari Nada.
Ratu Niyya melepaskan pelukannya. "Kamu sudah tidak apa apa? Kamu sudah lebih baik nak?" tanya ratu Niyya perhatian. Pageran Zhellograf senang di perhatikan oleh ratu Niyya. Bukannya harus bergitu. Seorang ibu memang harus memberikan perhatian pada anaknya.
"Aku jauh lebih baik ibunda. Terimakasih sudah mencemaskanku," ucap pangeran Zhellograf dengan Nada paru.
"Syukurlah sayang. Maafkan perkataan ibunda ratu yang terakhir kemarin. Ibunda sudah menyakiti perasaanmu. Maafkan jika selama ini ibunda selalu menyakitimu. Ibunda mengaku salah karena telah mengacuhkan kamu. Kamu anakku pangeranku. Meski nantinya aku menemukan putriku. Tapi tetap saja. Hanya kamu pangeranku yang bisa meneruskan tahta kerajaan ini. Kerajaan Zdellaghoztte ini milik mu nak. Maka dari itu bersemangatlah untuk sembuh. Aku yakin semua ini akan cepat berakhir," sesal ratu Niyya sambil menyemangati pangeran Zhellograf.
"Terimakasih ibunda ratu. Aku sangat senang mendengarnya. Aku akan berusaha untuk sembuh," akhirnya semangat pangeran Zhellograf telah kembali. Nada sedikit lega. Karena semangat ini, akan membuat pangeran Zhellograf cepat sembuh. Seperti yang di ucapkan Nada. Karena aura positif akan membuat segalanya menjadi mudah. Semangat lebih baik untuk kesembuhan pangeran Zhellograf dari pada kepasrahan.
"Maaf atas sikap cuek ibunda padamu pangeran. Ibunda sungguh sangat menyesal. Entah kenapa seperti ada kebencian yang menyelimuti hati ibunda. Padahal jauh di lubuk hati ibunda. Ibunda sangat sayang sama kamu. Ibunda tau kamu sangat menderita akibat kutukan ini. Tidak seharusnya ibunda bersikap seperti itu. Maafkan ibunda," sesal ratu Niyya sambil terisak tangis.
Pangeran Zhellograf memegang tangan ratu Niyya. "Sudahlah ibunda ratu. Aku sudah tidak memikirkan hal itu lagi. Berhenti menyesali yang sudah terjadi. Mari kita lupakan semuanya. Dan membuka lembaran baru. Kita masih bisa memperbaiki semua itu ibunda. Aku bisa tahan semua penderitaan ini ibunda. Jadi ibunda tidak usah khawatir. Aku pasti kuat. Aku pasti bisa sembuh," ratu Niyya tersenyum mendengar perkataan anak lelakinya. Pangeran sudah dewasa ternyata. Ratu Niyya menyesal karena tidak bisa melihat tumbuh kembang anaknya dari kecil hingga sekarang. Ternyata anaknya kini telah tumbuh menjadi lelaki yang dewasa.
"Satu lagi kabar baik yang harus kamu dengan anakku," ratu Niyya melirik Nada. "Nada mau menerima cintamu. Ia akan belajar mencintaimu," ucap ratu Niyya tanpa konfirmasi terlebih dahulu pada Nada. Ya ampun, Nada lupa memberi ratu Niyya. Ia mau membatalkan keinginan ratu Niyys untuk pura pura mencintai pangeran Zhellograf. Saking terharunya melihat bersatunya kedua anak dan ibu. Ia sampai lupa membatakan permintaan ratu Niyya.
"Benarkah?" mata pangeran Zhellograf langsung berbinar binar. Terlihat sekali ia sangat senang.
"Benar anakku, iya kan Nada?" tanya ratu Niyya.
Sebelum Nada menjawab pertanyan ratu Niyya. Pangeran Zhellograf memeluk erat Nada. Harapannya telah menjadi kenyataan. Ia tidak menyesal atas kejadian kemarin. Kejadian kemarin justru membawanya pada cinta. Ia sangat senang. Ia yakin bahwa dengan Nada menjadi kekasihnya ia akan lekas sembuh.
Pangeran Gustavo yang melihat kejadian ini melalui mata peri Tasya. Tidak terima. Ia langsung menghilang dan muncul kembali di depan kastil kerajaan Zdellaghoztte. Ia menghunuskan pedang pada pengawal kerajaan Zdellaghoztte.
"Panggil ratumu kemari jika tak ingin mati di sini!" ancam pangeran Gustavo dengan murka. Darahnya telah mendidih. Ia tidak mau Nada terjebak cinta palsu pangeran Zhellograf. Ratu Niyya sudah membuat Nada tak berdaya. Ia harus merebut cintanya yang baru saja tumbuh. Ia belum berjuang. Pangeran Gustavo seakan di khianati ratu Niyya. Seharusnya ia membiarkan pangeran Gustavo berjuang dulu. Bukannya memberikan harapan palsu kepada pangeran Zhellograf.
Mendapatkan ancaman dari pengeran Gustavo. Salah satu pengawal masuk memberikan kabar pada ratu Niyya. Saking paniknya pengawal itu sampai menerobos ke kamar pangeran Zhellograf.
"Maaf tuan ratu saya lancang menerobos ke kamar pangeran. Saya hanya memberitahukan di depan kastil ada pangeran Gustavo. Beliau kembali membuat kekacauan," ujar pengawal.
Ratu Niyya sudah memprediksi bahawa pangeran Gustavo cepat atau lambat akan kemabali ke istana. Pangeran Zhellograf yang tadinya memeluk Nada, ia lepaskan.
"Ada apa pangeran Gustavo kemari ibunda ratu?" tanyanya penasaran.
"Tidak ada apa nak, sudah kamu istiharat saja. Biar ibunda ratu yang ke sana,"
"Aku ikut tuan ratu," ujar Nada.
"Jangan! Temani saja pangeran. Temani kekasihmu Nada. Pangeran perlu perhatian dari mu," tegas ratu Niyya.
Ratu Niyya segera bergegas menuju pintu gerbang kastil. Sebelum pangeran Gustavo membuat lebih kekacauan. Sementara Nada dan pangeran terlihat cagung satu sama lain. Apakah Nada harus membicarakan hal ini pada pangeran Zhellograf. Ia baru saja sadar, jika Nada membahas soal ini. Tidak menutup kemungkinan pangeran Zhellograf pasti akan drop lagi. Pasti Nada akan di salahkan lagi jika hal itu terjadi kembali. Nada hanya bisa bungkam. Semoga saja pangeran Gustavo mempunyai cara untuk mencegah Nada terjebak cinta palsunya pangeran Zhellograf. Ia tidak mau memberi harapan palsu pada pangeran Zhellograf.
Mata pangeran Gustavo sudah penuh dengan amarah. Rasanya ia ingin menerobos masuk dan menarik Nada keluar istana kerajaan Zdellaghoztte. Tak lama pengawal kerajaan kembali datang membawa membawa sejumlah pasukan untuk menyerang pangeran Gustavo.
Ternyata ratu Niyya memerintahkan sejumlah pasukan untuk menyerang pangeran Gustavo. Ratu Niyya memerintahan pengawal untuk menyiapkan sejumlah pasukan untuk menyerang pangeran Gustavo. Bukan untuk membunuh pangeran Gustavo. Melainkan untuk membuat pangeran Gustavo menyerah mencintai Nada.
"Menyerahlah pangeran. Atau perajurit ini akan menyerangmu!" ujar pengawal yang tadi baru saja mendapatkan perintah dari ratu Niyya.
"Mustahil! Selama jantungku masih berdetak. Aku tidak akan menyerah memperjuangan cintaku pada Nada. Bahkan jika nyawa taruhannya aku akan tetap maju!" ucap pangeran Gustavo.
Pangeran Gustavo langsung maju ke depan untuk menyerang prajurit kerajaan Zdellaghoztte. Kerajaan Zdellaghoztte telah mengibarkan bendera permusuhan. Ia tidak takut sama sekali dengan prajurit yang di perintahkan ratu Niyya untuk menyerangnya. Biarpun ia sendiri. Pangeran Gustavo pasti bisa mengalahkan prajurit itu dengan mudah.