AYO BREAK!

1711 Words
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih tujuh jam lamanya, mereka sampai di Seoul - Korea Selatan. Tujuan mereka langsung ke area apartemen Hyunjin, Hannam the hills di Yongsan-gu. Area apartemen ini memang banyak dipilih oleh para selebriti Korea Selatan. Walaupun harga beli apartemen di lingkungan itu terbilang sangat mahal. Di apartemen Hyunjin terdapat dua kamar. Kamar utama, tempatnya tidur, dan satu kamar lainnya khusus untuk asisten pribadinya. Di sanalah Lira berada. Wanita itu tengah beristirahat dari lelah panjangnya perjalanan. "Kamu yakin tidak ingin cerita padaku sedikit pun tentang dia, Sayang?" tanya Aera dengan nada lembut. Wanita itu memeluk manja Hyunjin dari belakang. Dagunya tertumpu di pundak sang kekasih. Sedangkan Hyunjin, lelaki itu tengah memainkan video game favoritnya. Hal itu seringkali mengisi waktu senggang aktor kelahiran tahun 1991 tersebut. "Dia?" Hyunjin ingin Aera memperjelas siapa yang dimaksud 'dia' dalam kalimatnya. "Gadis dari Indonesia yang kamu bawa jauh-jauh ke Korea. Kamu pasti punya alasan, kenapa dia bisa bersamamu sekarang," ucap Aera penuh selidik. Tampaknya wanita itu sangat penasaran dengan motif kekasihnya membawa wanita dari negara lain, bahkan mereka tinggal di satu tempat tinggal yang sama. "Oh, soal Lira? Dia asistenku yang baru. Kalau kamu tidak percaya, silakan tanyakan tentang dia pada manager Lee. Tidak ada penjelasan khusus selain aku rasa dia cocok menjadi asistenku. Jangan bilang kamu sedang cemburu sekarang," balas Hyunjin tanpa menoleh ke arah kekasihnya. Dia memang tidak peduli dengan sekitar kalau sudah fokus dengan game favoritnya. Dia hanya akan berinteraksi dengan mata yang tidak lepas dari layar komputer. Jangankan Aera, dengan orang tuanya pun Hyunjin seperti itu. "Aku tidak ada waktu untuk cemburu, Sayang. Apalagi kepada orang baru seperti dia. Aku hanya heran, mengapa kamu tiba-tiba merekrut orang dari luar untuk menjadi asistenmu? Bukannya kamu sendiri yang bilang kalau lebih mudah mencari staf dari negara sendiri? Dengan menjadikan gadis itu asisten kamu, kamu pasti harus repot mengajarinya banyak hal, bukan?" Apa yang dikatakan oleh Aera memang benar. Hyunjin harus merelakan banyak waktunya untuk mengajarkan banyak hal terhadap Lira. Sebenarnya itu hal yang sangat dihindari olehnya. Sayang sekali, kali ini keadaan yang memaksa. Dia tidak bisa melepas Lira begitu saja. Lelaki itu kemudian terdiam sejenak. Dia tidak mungkin mengatakan pada Aera tentang apa yang terjadi sebenarnya. Dia yakin, kekasihnya itu akan marah besar kalau sampai mengetahui dirinya terlibat skandal dengan Lira. Hyunjin perlu putar otak untuk mencari jawaban yang bisa memuaskan rasa ingin tahu Aera. Jangan sampai kekasihnya itu tahu, kalau dia dan Lira terlibat one night stand. "Aku memilihnya atas rekomendasi teman dekat. Lira sudah berpengalaman bidang itu. Kebetulan asisten pribadiku kemarin mengajukan pengunduran diri mendadak. Bukankah itu peluang yang bagus, Aera? Soal yang lain-lain, aku sudah serahkan pada manager Lee untuk mengurusnya. Tidak perlu mempermasalahkan itu. Lagipula Lira pintar bahasa Korea. Itu saja sudah cukup bagiku." Aera tertawa geli. Dia tidak bisa percaya sepenuhnya apa yang dikatakan oleh sang kekasih. Sera tahu bagaimana kepribadian Hyunjin. Dia tidak mudah dekat dengan orang lain, apalagi dari negara yang berbeda. Lalu bagaimana bisa dia tiba-tiba memiliki teman dekat di negara orang? Sungguh sulit dipercaya. "Kamu tidak akan semudah itu punya teman dekat, apalagi warga asing, Sayang. Cerita saja padaku, sebenarnya kalian bertemu di mana? Jangan bilang dia salah satu fansmu yang merengek meminta pekerjaan, lalu kamu tidak tega, dan memutuskan untuk merekrutnya menjadi asistenmu." Aera menyampaikan opininya. "Aera, sudahlah! Darimana, dan bagaimana aku bertemu dengannya bukanlah hal yang terlalu penting untuk dibahas. Lira tidak pernah mengemis pekerjaan dariku. Keputusanku, itu hakku. Kamu tidak perlu ikut campur!" Hyunjin tampak kesal. Dia memang tidak suka kalau ada yang terlalu ikut campur dalam urusan pribadinya. "Sayang, mengapa kamu marah? Aku hanya sekedar menebak saja. Tidak seharusnya kamu membelanya sampai membentakku seperti tadi." Aera menampakkan wajahnya yang seakan merasa teraniaya. "Aku tidak akan marah kalau kamu benar-benar menebak. Apa yang kamu katakan itu, seperti kamu sedang merendahkan dia. Kamu tidak mengenalnya sedikit pun, jadi jangan meremehkan dia seperti itu." "Iya, maaf ... aku salah. Lain kali aku tidak akan mengulanginya lagi, Hyunjin. Maafkan aku." Aera mengungkapkan penyesalannya. Dia tidak ingin berdebat lebih jauh dengan Hyunjin. Karena dia tahu, tidak akan pernah menang melawan lelaki itu. "Daripada membahas tentang Lira, bagaimana kalau sekarang kita bahas soal kamu? Semalam kamu memintaku untuk menunggu, tetapi sampai pagi, kamu tidak datang. Kamu kemana?" cecar Hyunjin. Kali ini giliran dia yang ingin tahu kemana perginya Aera semalam. Dia tidak bisa diam lagi. Dia harus membahas masalah semalam. Karena Aera tidak datang, dia jadi berakhir dengan Lira. Hyunjun sudah terlanjur memikirkan banyak adegan panas bersama kekasihnya, dan itu membuat dia turn on. Bisa dibilang, Lira pelampiasan. Dia datang di saat Hyunjin memang membutuhkan sentuhan seseorang. "Buat malam itu aku minta maaf, Sayang. Mendadak aku ada bahasan penting dengan manager-ku. Walaupun aku artis pendatang baru, aku juga punya projek yang harus dikerjakan, dan kebetulan itu mendadak. Aku bahkan sampai tidak sempat bilang sama kamu." Alasan Aera memang bisa dimengerti, tetapi tetap saja itu membuat Hyunjin menjadi kesal. Kalau saja semalam tidak ada Lira, mungkin dia akan berakhir dengan bermain solo di kamar mandi. "Jadi rapat dengan manager kamu lebih penting dari aku? Sudah lama aku menunggu momen itu, Aera. Kamu bilang kita bisa melakukannya saat ke Indonesia. Ternyata semua hanyalah omong kosong. Kamu seakan menganggap itu tidak penting. Bahkan kalau aku tidak membahasnya, kamu sama sekali tidak ada inisiatif untuk minta maaf. Apa aku memang tidak sepenting itu di matamu?" Lelaki itu tampak benar-benar marah. Dia merasa tidak dianggap penting oleh sang kekasih. Hyunjin merasa kalau dirinya bukanlah prioritas utama gadis itu. Padahal selama ini dia selalu mengutamakan Aera. "Tolong jangan kekanakan, Hyunjin! Kamu penting untuk aku, tetapi karir aku juga penting. Aku bukan kamu yang sudah berada di atas awan. Ada banyak hal yang harus aku pertimbangkan untuk bisa mendapatkan atensi lebih banyak lagi dari fans. Lagipula di area hotel itu ada banyak fans kamu yang berkeliaran. Kita backstreet, Hyunjin. Itu juga salah satu sebab mengapa aku tidak jadi datang ke kamarmu." "Siapa yang lebih kekanakan di sini, Aera? Aku atau kamu? Backstreet itu kamu yang mau, Ra! Aku sudah sering kasih spoiler ke penggemar tentang kebersamaan kita. Baik itu melalui barang yang kita pakai sama, atau tempat foto kita sama. Kamu yang selalu ngotot untuk merahasiakan hubungan ini. Kenapa? Kamu punya lelaki selain aku? Makanya kamu menyembunyikan hubungan kita dari publik?" Hyunjin sekarang total mengabaikan game-nya. Lelaki itu fokus pada Aera yang sekarang duduk sedikit berjarak darinya. Bukan tanpa alasan Hyunjin mencurigai kekasihnya itu, tetapi memang begitu adanya. Aera selalu mengatakan dirinya sibuk akhir-akhir ini. Wanita itu memang artis pendatang baru, tetapi Hyunjin mengenal baik siapa kekasihnya itu. Aera yang sekarang bukanlah yang selama ini dia kenal. Tidak terhitung berapa kali dirinya dan Aera bertengkar hanya masalah go publik. Hyunjin sangat ingin mata dunia melihat kalau dirinya sudah memiliki kekasih. Dia juga sudah lelah mendengar dan melihat asumsi penggemarnya kalau dia tidak menyukai perempuan. Mereka mengomentari orientasi seksualnya. Walaupun gosip seperti itu sudah biasa di kalangan selebriti di era sekarang. Belum lagi, belakangan ini dia tengah dekat dengan Lee Ji An, penulis lagu sekaligus produser dari drama yang tengah dibintanginya. Mereka memang beberapa kali makan bersama di restoran terkenal Korea. Penggemar berpikir kalau dia dan Ji An memiliki hubungan lebih dari sekedar bisnis. Padahal Hyunjin tidak pernah berpikir untuk memiliki pasangan sesama jenis. "Kamu tahu pasti apa alasan aku tidak mau go publik dalam waktu dekat, Hyunjin. Aku tidak mau dicap menumpang popularitas kamu yang sedang melonjak. Kamu sendiri yang setuju dengan niatku memulai karir dari bawah. Tolong hargai keputusan aku, Sayang. Kita bisa melakukannya lain kali. Bagaimana kalau kita ganti dengan malam ini saja? Kebetulan aku sedang tidak ada jadwal." Aera berusaha membujuk Hyunjin. Sungguh, dia tidak ingin membuat lelaki itu marah padanya. Hyunjin hanya menghela napas. Dia sudah tidak memikirkan tentang urusan ranjang. Keinginan untuk itu pun sudah lenyap. Lagipula kalau dia sampai benar-benar melakukannya dengan Aera, kekasihnya itu akan mengetahui bekas cakaran Lira yang masih membekas di punggungnya. "Tidak perlu. Aku sudah tidak ingin. Sepertinya kita butuh introspeksi diri satu sama lain. Kamu fokus saja dulu sama karirmu. Selama satu minggu ke depan, jangan temui aku. Sekarang kamu boleh pulang. Aku butuh waktu sendiri." Hyunjin lantas menekan kursor pada tombol shut down di komputernya. Lelaki itu kemudian beranjak dari tempat dia semula berada. Mood-nya tampak memburuk dengan jelas. Aera menarik lengan Hyunjin. Dia merasa harus berbuat sesuatu supaya amarah kekasihnya mereda. "Tolong jangan lakukan ini, Hyunjin. Aku tidak mau break. Semua yang terjadi semalam hanyalah salah paham. Kita kurang komunikasi, dan itu murni kesalahan aku. Maafkan aku, Sayang. Kumohon," rengek Aera. Gadis itu berharap Hyunjin melunak, dan mau memberinya kesempatan. Dia butuh Hyunjin setiap hari. Walaupun publik tidak tahu siapa kekasihnya, tetapi pria itu memberikan peran penting untuk hidup Aera. Hanya Hyunjin yang rela menemani dia kemanapun. Membelikan semua barang yang dia inginkan dengan mudah tanpa melihat harga. Hyunjin juga selalu memanjakan dia. "Kali ini, aku tidak bisa, Aera. Aku benar-benar butuh waktu sendiri. Nanti aku kirimkan kamu satu, atau dua staf-ku untuk menemani kamu pergi kemanapun yang kamu mau. Aku juga akan mengirim sejumlah uang ke rekening kamu kalau kamu ingin belanja. Tolong beri aku ruang. Aku ingin sendiri." Hyunjin tidak tahu dirinya kenapa. Dia memang sedang ingin sendiri. Dia takut kalau mereka terus bertemu dan membahas hal yang sama akan memperburuk hubungan mereka. Hyunjin tidak ingin masalah Lira, dan menghilangnya Aera malam itu membuat hubungannya dengan Aera menjadi retak. "Oke, kalau itu yang kamu mau. Segera kabari aku kalau mood kamu sudah membaik, Sayang. Jaga diri kamu dengan baik. Jangan lupakan jam makan, ya? Vitamin yang aku belikan harus kamu minum, mengerti?" "Ya, aku mengerti." Hyunjin menyahut pelan. Perhatian itulah yang membuatnya sangat menyayangi Aera. "Kalau begitu, aku akan pulang sekarang. Jaga diri kamu baik-baik. Saranghae," ucap Aera seraya bangkit dari duduknya dan bersiap meninggalkan Hyunjin. Tiba-tiba, lelaki itu menarik Aera ke dalam dekapannya. Ada rasa bersalah karena sudah berkata kasar dengan kekasihnya tersebut. "Maaf, Sayang. Aku tidak bermaksud menyakiti perasaanmu. Aku hanya sedang tidak bisa mengontrol emosiku sendiri." "Aku mengerti, Hyunjin. Aku percaya, kamu bisa menyelesaikan semuanya dengan baik." Aera membuat jarak di antara mereka. Mengalungkan kedua tangannya di leher sang dominan. Gadis itu menjinjit dan menyatukan bibir mereka. Hyunjin membalas perlakuan kekasihnya itu dengan lembut. Sebuah ciuman hangat penuh kasih pun tercipta. Keduanya tidak menyadari, ada seseorang yang tanpa sengaja memergoki apa yang mereka lakukan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD