PART. 15

921 Words
Soleh menjemput orang tuanya di bandara. "Soleh, kenapa begitu tiba-tiba kamu memutuskan untuk menikah Nak? Wanita mana yang akan kamu nikahi?" "Maafkan aku Bu, jadi harus meminta Bapak dan Ibu datang mendadak ke sini. Ini karena semuanya tidak di rencanakan, Semua begitu mendadak Bu" "Ada apa sebenarnya Soleh, kamu tidak melakukan hal burukan?" "Tidak Bu" "Alhamdulillah kalau begitu, jadi wanita mana yang ingin kamu lamar Nak?" "Nanti aku beritahu Bu" Hanya beberapa menit dari bandara mereka tiba di rumah Raka. "Kok ke rumah Nak Raka?" "Aku mohon Bapak dan Ibu berkenan untuk melamarkan Cantika untukku" ujar Soleh membuat kedua orang tuanya sangat terkejut. "Nyebut Soleh..nyebut, kita ini si..." "Aah Ibu dan Bapak sudah datang, ayo masuk Bu, Pak, sebentar lagi kita jadi besan. Itupun kalau Ibu dan Bapak berkenan punya menantu Cantika" cerocos Tari yang baru ke luar dari dalam rumah bersama Cantika. Wajah Cantika memerah mendengar perkataan Ammanya. Soleh dan kedua orang tuanya turun dari mobil. Tari mencium tangan orang tua Soleh, begitupun dengan Cantika. "Aku tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi Tari. Tapi aku mohon maaf kalau Soleh sudah lancang karena berniat melamar Cantika" ujar Juleha. "Bukan Soleh bu, tapi Cantika yang memilih Soleh untuk menjadi suaminya" jawab Tari. "Eeh begitu?" "Iya ibu, ayo masuk Bu, Pak, Soleh. Abbanya Cantika sedang ada urusan di Banjarbaru. Sayang bikin minum untuk Nenek dan Kakek ya, untuk Soleh juga" "Ya Amma" "Biar aku bantu ya" Soleh mengiringi langkah Cantika ke dapur. Soleh mengambil 5 buah gelas dari dalam lemari. Cantika membuat teh hangatnya di dalam teko, baru ia tuangkan ke dalam 5 gelas yang sudah disusun Soleh di atas nampan. "Bagaimana tidurmu tadi malam?" Tanya Soleh. "Nyenyak, ada yang meluk jadi berasa hangat meskipun hujan" jawab Cantika. "Siapa yang meluk?" Soleh mengernyitkan keningnya. "Ada deeh, mau tahu aja!" "Aku serius Cantika, siapa yang meluk, orang yang bukan muhrim dilarang pelukan loh" "Iih siapa bilang Cantika di peluk orang?" "Lantas dipeluk siapa?" "Dipeluk, sarung Paman Soleh hihihihi" "Heehhh..Paman pikir dipeluk siapa?" "Iiih Cantika juga tahu kalau peluk sembarangan itu dosa, memang Paman yang main peluk dan cium Cantika sembarangan!" "Itu refleks Cantika, tidak disengaja, Paman tidak mau kamu pergi, jadi Paman peluk" "Tunggu sebentar, aku ingat-ingat, waktu pas meluk Paman ngomong apa ya?" Cantika memutar bola matanya. "Sudah jangan diingat, sini tehnya biar aku yang bawa" Soleh berusaha menyembunyikan wajahnya yang memerah. Karena saat itu ia sudah mengungkapkan cintanya pada Cantika. Mereka melangkah bersisian ingin meninggalkan dapur. "Ehmm nanti deh, aku ingat-ingat lagi, sepertinya sih, Paman sayang...ummm lupa! Ntar deh Cantika ingat lagi" "Kenapa harus diingat, itu hal yang tidak penting" "Penting dong, itukan memon pertama kalinya dipeluk dan dicium sama Paman" "Momen sayang" "Ya itu" "Siapa yang dipeluk dan dicium, Cantika?" Tanya Tari yang tiba-tiba muncul di ambang pintu dapur. Deg!! Jantung Soleh serasa berhenti berdegup. Tangannya yang memegang nampan berisi 5 gelas teh hangat bergetar. 'Aku mohon,kali ini jangan jujur Cantika' Batin Soleh. "Umm Paman Soleh" jawab Cantika. Spontan degup jantung Soleh semakin cepat. Wajahnya merah padam, hatinya ketar ketir tidak karuan. "Paman Soleh peluk cium siapa?" "Enghh peluk cium guling Amma, kan belum punya istri, makanya kita ingin dinikahkan cepat" jawaban Cantika bukan membuat perasaan Soleh lega. Tapi justru membuatnya semakin gelisah. 'Aduuuh Cantika, kalau bohong jangan yang bikin paman deg-deg an dong!' "Jadi kalian sudah tidak sabar ingin menikah, nanti bilang sama Abba, biar dinikahkan segera" "Iya Amma, dari pada bikin dosa, iyakan Amma" ucapan Cantika semakin membuat wajah Soleh merah luar biasa. Rasanya ia ingin tenggelam di sungai gangga saja. Atau masuk ke dalam jurang yang paling dalam. Ia takut Tari mengira ia yang sudah mempengaruhi pikiran polos Cantika. "Hhhh..kalian lama sekali bikin minum, bawa keuar sana. Amma mau ambilkan minum untuk Abbamu" "Abba sudah datang ya Amma" "Iya" "Bilang sama Abba ya Paman Soleh, kalau kita mau cepat-cepat dinikahkan" "Engh..i..iya" Soleh menganggukan kepalanya. "Abba" "Kak Raka" "Abba!" Seru Raka dan Cantika bersamaan saat Soleh memanggil Raka dengan panggilan kak. "Ehmm iya Abba" Soleh dan Cantika mencium punggung tangan Raka. "Jadi bagaimana ini Nak Raka?" Tanya Sofian, Bapak Soleh. "Acaranya sekali jalan saja Pak, maksudku pagi minggu mereka menikah, baantaran, tarus batatai ja sakalian, acara di rumah sini saja" jawab Raka. "Maksud Bapak, masalah jujurannya?" "Cantika apa ingin minta jujuran sama Paman Soleh?" Tanya Raka. "Tidak Abba, cukup mahar seperangkat alat sholat saja" jawab Cantika mantap. "Bapak sudah mendengarkan jawaban Cantika" "Tapi Nak Raka, kalau tidak pakai jujuran nanti akan jadi perbincangan orang. Nak Raka orang terpandang, Cantika bukan putri orang sembarangan, masa tidak diberi jujuran" ujar Juleha. "Ibu, jangan memikirkan omongan orang. Yang penting pernikahan mereka sah, jujuran bukan keharusan, tidak juga diwajibkan dalam Islam. Jujuran itu bagian dari adat yang boleh diikuti, tidakpun tidak apa-apa, karena tidak akan berpengaruh pada sah nya suatu pernikahan" "Abbanya Cantika benar Bu, tidak usah dipikirkan hal seperti itu" ujar Tari yang baru ke luar dari dalam. "Jadi kapan rencana pernikahannya?" Tanya Sofian. "Besok kita ke Pak RT minta surat pengantar, lalu mereka ke Puskesmas untuk pemeriksaan kesehatan. Lanjut ke KUA untuk mengantarkan berkasnya. Niat baik harus disegerakan, bukan begitu Pak?" Ujar Raka. "Lalu bagaimana dengan pria-pria yang melamar Cantika itu Nak Raka?" Tanya Juleha. "Aku akan mengabari orang tua mereka satu persatu, kalau Putriku sudah menjatuhkan pilihannya" jawab Raka. "Semoga niat baik kita ini berjalan lancar, tanpa halangan, aamiin" ujar Sofian. "Aamiin" sahut semuanya. "Rasanya aku lega sekali, karena Cantika memilih Soleh, meskipun Soleh tidak masuk daftar yang melamar Cantika. Aku percaya Soleh akan bisa menjaga dan membimbing Cantika. Seperti yang sudah ia lakukan selama ini. Kamu pasti bisa jadi suami dan Ayah yang baik Soleh! Yakinlah! Aamiin" Raka menepuk bahu Soleh yang duduk di sebelah kirinya, sementara Cantika duduk di sebelah kanannya. "Aamiin" ***BERSAMBUNG***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD