PART. 20

959 Words
PART. 20 Dari rumahnya, Soleh berjalan kaki ke rumah Raka dengan diiringi kesenian Banjar 'Hadrah'. Turut serta keluarga besar Soleh mengiringi langkahnya dengan membawa berbagai barang, dan anak pohon pisang sebagai seserahan. Langkah Soleh terlihat sangat mantap. Busana pengantinnya yang berwarna putih-putih membuat wajahnya terlihat bersinar terang, dan tubuhnya terlihat sangat gagah. Disepanjang perjalanan dari rumahnya menuju rumah Raka, warga berdiri di tepi jalan, untuk melihat kemeriahan acara pernikahan Soleh dan Cantika. Ada rasa gugup di dalam hati Soleh, meskipun hatinya sudah sangat mantap. Dan merasa yakin bisa mengucapkan ijab kabul dengan lancar dan tepat. - Soleh sudah duduk di hadapan Raka, petugas dari KUA dan dua orang saksi. Raka menjabat erat tangan Soleh. Setelah Raka membaca Basmallah dan istighfar 3 kali. "Ananda Soleh Heryawan bin Sofian Hermawan, saya nikahkan, dan saya kawinkan anak saya yang bernama Cantika Ayu Dewi Putri Ramadhan binti Raka Ramadhan, kepada engkau, dengan mas kawin seperangkat alat sholat, dibayar tunai" "Saya terima nikah dan kawinnya Cantika Ayu Dewi Putri Ramadhan binti Raka Ramadhan dengan mas kawin tersebut tunai" Lancar, tegas, dan dalam satu tarikan napas, Soleh mengucapkan ijab kabulnya. "Sah?" "Sah!" "Sah?" "Sah!" "Alhamdulillah!" Semua menarik napas dengan sangat lega. Mata Soleh berkaca-kaca, begitupun mata Raka juga. Sedang Tari yang berada di dalam kamar bersama Cantika sudah banjir air mata. Akad nikah yang diucapkan Soleh tadi menjadi pertanda kalau Cantika kini sudah sah menjadi istri Soleh. Saat Cantika diminta untuk ke luar menemui suaminya, ia melangkah pelan dengan dibimbing Amma dan Rika, adik Raka. Bibirnya mengukir senyuman saat melihat arjunanya duduk dengan kepala tertunduk. Cantika berharap Soleh menatapnya, ia ingin melihat binar kekaguman di dalam mata Soleh saat melihatnya menggunakan busana akad nikah yang berupa kebaya berwarna putih. Tapi Soleh tetap menundukan kepalanya, seakan tidak tertarik untuk melihat Cantika yang sudah sah menjadi istrinya. Barulah ia mengangkat kepala, saat diminta menyerahkan mas kawinnya pada Cantika. Pandangan mereka bertemu, Cantika mendongakan wajahnya agar bisa melihat Soleh, Soleh menyerahkan mas kawinnya. Lalu menyematkan cincin kawin di jari manis Cantika. Begitupun Cantika, menyematkan cincin di jari manis Soleh. Cantika mencium punggung tangan Soleh, Soleh mengecup kening Cantika. Tidak ada satu katapun yang terlontar dari mulut mereka, karena rasa tegang tengah melingkupi perasaan mereka. -- Usai akad dan serah terima seserahan, resepsi sederhana dilaksanakan. Kedua mempelai menggunakan pakaian adat Banjar berwarna emas. Mereka duduk di pelaminan bagaikan raja dan ratu. Dengan diapit kedua orang tua mereka di kiri dan kanan. Arka berlaku bak fotografer dadakan, dengan kamera yang tergantung di lehernya, ia jepret sana jepret sini. Fokusnya tentu saja pada tamu-tamu gadis cantik. Salsa dan Mia duduk bersisian. "Sebentar lagi kita punya buyut Kak" "Alhamdulillah, kita diberi Allah umur panjang ya" "Iya kak, bukan hanya diberkahi umur panjang, tapi juga kesehatan" "Iya dek, hhhh lihatlah Cantika, siapa yang menduga kalau dia akan menikah dengan Soleh, tidak ada satupun dari kita yang menduganya ya" "Iya kak, tapi Soleh memang yang paling mengerti Cantika, tidak hanya mengerti Cantika. Tapi mengerti Raka juga" "Iya kamu benar dek, semoga mereka berjodoh sampai mau memisahkan, aamiin" "Aamiin" Resepsi berlangsung dari pagi sampai sore hari. Dengan undangan yang datang mengalir tiada henti. Kedua mempelai berganti pakaian sampai 4 kali. Dari busana akad nikah, busana pengantin Banjar, busana pengantin Jawa, terakhir busana pengantin yang berupa gaun berwarna putih untuk Cantika. Dan kemeja serta jas untuk Soleh. *** Malam hari, usai sholat isya, Soleh dan Cantika diantar Raka dan Tari ke rumah Soleh. "Titip Cantika ya Soleh" "Iya Amma" "Hhhh Tari, dari sini ke rumah kita itu cuma beberapa puluh meter, tiap hari juga mereka pasti akan datang ke rumah kita, ucapanmu sudah seperti yang akan terpisah jauh saja" "Heehh Aa, maksudku titip itu, biar Soleh menjaga Cantika dengan baik. Jadi suami yang baik, dan jadi imam yang baik" "Cantikanya harus dipesani juga. Agar berusaha jadi istri yang baik, baik-baik ya sayang, harus nurut sama suami ya" "Iya Abba" "Ya sudah, kami pulang dulu. Kalian pasti sudah tidak sabar ingin peluk cium sepuasnyakan?" Goda Tari. Wajah Soleh dan Cantika sama merahnya, bahkan wajah Soleh mungkin lebih merah dari wajah Cantika, karena teringat kejadian malam kemarin. "Peluk cium, oooh jadi Cantika sudah tahu peluk cium ya" ujar Raka. "Iih Abba, Cantika kan sudah dewasa" sahut Cantika dengan wajah cemberut. "Ayo Aa, kita pulang, kasihan penganten baru ingin cepat syuting sepertinya" ujar Tari "Syuting?" Spontan terdengar Soleh mengucapkan kata syuting dengan nada tanya. "Ehm lupakan saja Soleh, kami pulang ya, assalamuallaikum" "Walaikum salam" Raka dan Tari meninggalkan rumah Soleh yang memang sengaja dibuat sepi. Tidak ada orang lain selain Soleh dan Cantika di sana. Setelah mobil Raka menjauh, Soleh menutup dan mengunci pintu rumahnya. Sedang Cantika masih berdiri menunggunya. Soleh berbalik, ia menatap Cantika yang sudah memakai pakaian seperti hari biasa. Soleh menarik Cantika ke dalam pelukannya. "Ay lap yu, Cantika cantikku tersayang" Soleh mengecup puncak kepala Cantika berulang kali. Cantika melingkarkan kedua tangannya di tubuh Soleh. Pipinya yang memerah ditempelkan di d**a Soleh. "Ay lap yu juga Paman Soleh" sahutnya manja. Soleh mengangkat tubuh Cantika, Cantika memekik karena terkejut. "Enghh mau apa?" "Ke kamar" Soleh membawa Cantika dalam bopongannya. Cantika menyembunyikan wajahnya yang terasa panas di lekukan leher Soleh. "Kenapa?" "Malu" "Katanya ingin dipeluk dan dicium sepuasnya" "Enghh Cantika malu Paman" Cantika mencubit d**a Soleh. Soleh menurunkan Cantika di atas ranjang. "Kamar Paman direnovasi ya?" "Iya, biar kamu merasa nyaman tinggal di sini" "Ummm, eeh Paman mau apa?" Mata Cantika melotot saat Soleh membungkuk di atas tubuhnya. "Mau cium kamu" "Paman sudah pernah ciuman?" "Belum" Soleh menggelengkan kepalanya. "Terus bagaimana bisa tahu cara orang ciuman?" "Hhhh ... aku memang belum pernah ciuman sayang, tapi aku pernah melihat orang ciuman" "Di mana?" "Di foto, di film" "Ummm begitu ya" "Iya, jadi Cantika mau dicium tidak?" "Heum mau, tapi pelan-pelan ya" "Iya" "Cantika harus pejamkan mata atau tidak?" "Terserah Cantika saja" "Dicium tidak sakitkan Paman?" "Tidak sayang" "Ummm ... Cantika sudah siap dicium" Cantika memejamkan matanya. Soleh mendekatkan wajahnya... ***BERSAMBUNG***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD