Chapter 12

1428 Words
Callista masih tidak percaya bahwa ia akan mendatangi kediaman dari Lucas Dixie itu. Meski dirinya datang atas undangan nyonya Amanda, tetap sama saja. Callista tetap akan bertemu lelaki itu bukan? Ia akan benar-benar berterima kasih kepada Audi bila Lucas terpesona pada dirinya kali ini. Callista sendiri merasa sangat senang dengan kecantikan dirinya. Gaun cantik dan riasan natural ini adalah hasil dari semangat Audi. Gadis itu merias Callista dengan sangat sempurna. Selain pintar memasak, gadis itu sangat pintar merias juga. "Kita sudah sampai, Nona." "Terima kasih banyak." Callista masih merasa takjub hingga sekarang karena ia dijemput untuk menuju kemari.  Rasanya benar-benar seperti menjadi seorang putri. Begitu menyenangkan. Seorang lelaki membukakan pintu mobil dan Callista pun menarik napasnya untuk bersiap turun. Begitu turun dari mobil ia mengucapkan terima kasih kepada seorang lelaki yang telah menyambutnya dan membukakan pintu. Callista lantas memberikan senyuman terbaiknya. "Selamat malam, Nona Callista. Nyonya Amanda telah menanti Anda," ujar seorang maid. Callista tersenyum. Pelayan wanita itu pun segera menunjukkan arah kemana Callista harus pergi. Ketika Callista melewati pintu megah dari mansion ini, ia benar-benar dibuat terpaku oleh keindahan ruang tamu. Mereka benar-benar keluarga kaya raya. Mansion ini benar-benar seperti istana. Rasanya benar-benar seperti mimpi bisa menginjakkan kaki di tempat seperti ini. "Callista!" Callista menghentikan langkahnya dan kemudian menoleh. Amanda melangkah menghampirinya dengan penuh rasa excited. "Akhirnya kau datang," ujar Amanda kemudian mengecup pipi kiri dan pipi kanan Callista. "Kau sangat cantik malam ini." "Terima kasih, Nyonya." Amanda tersenyum senang. "Ayo," ajaknya. Callista diajak melangkah menuju meja makan. Amanda menggandeng tangannya begitu erat. Begitu tiba di meja makan. Callista membeku sejenak. Pasalnya tidak ada siapa pun disana. Bahkan orang yang paling ingin ia lihat malam ini tidak ada. Lucas tidak ada. "Silahkan duduk, Callista." Berusaha melupakan rasa kecewanya karena ketiadaan Lucas disini, Callista tersenyum dan mulai duduk di kursi meja makan. Ada begitu banyak hidangan yang disajikan disini. "Aku menyiapkan ini semua untukmu. Ini sangat spesial. Ku harap kau menyukainya." Callista tidak menduga bahwa Amanda akan begitu bersemangatnya dalam mempersiapkan ini semua. "Aku menjadi tidak enak karena merepotkan. Semua ini menakjubkan. Terima kasih banyak Nyonya." "Ini tidak seberapa dengan jasamu menyelamatkan nyawaku, Callista." Callista hanya bisa tersenyum. Wanita itu benar-benar sangat ramah. "Ah, tunggu sebentar ya." Callista tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Ia terdiam seraya menanti Amanda kembali.  Hanya dirinya yang kini berada di meja makan. Rasanya begitu sepi dan sunyi. Callista tidak dapat membayangkan bila ia tinggal di rumah sebesar ini namun tidak ada orang lain lagi. Pasti akan terasa sangat sepi.  Dirinya yang tinggal sendiri di apartemen saja sudah terasa sangat sepi. Apalagi bila tinggal di tempat seperti ini. "Hello, Callista." Callista mendengar suara beberapa langkah kaki dan kemudian diikuti oleh suara seorang gadis. Callista menoleh dengan cepat ke arah suara.  Ia lantas membulatkan matanya. "Akhirnya kita bertemu lagi." Callista seolah merasa jantungnya berhenti berdetak seketika ketika melihat gadis itu. "Lucia?" gumamnya. Gadis itu terkekeh dan kemudian duduk di kursi sebelah Callista. "Senang melihatmu berkunjung kemari. Kau juga terlihat sangat cantik." Callista sungguh masih tidak bisa mengerti apa yang sebenarnya sedang terjadi kini. Sepengetahuannya Lucia adalah kekasih Dave karena gadis itu datang ke apartemen Dave beberapa waktu lalu. Lucia sendiri yang mengaku seperti itu. Lalu kini gadis itu berada disini. "Kau terlihat sangat terkejut. Ayolah. Aku belum mengenalkan diri secara lengkap. Aku Lucia Dixie." Kening Callista mengernyit. "Lucia Dixie?" Lucia menganggukkan kepalanya. "Iya. Aku adik Lucas." "Ayolah, Lucia. Kau pasti sudah mempermainkan Callista sampai dia terkejut seperti itu," ujar Amanda. "Tidak, Mom. Aku hanya belum memperkenalkan diri secara lengkap," kilah Lucia. Lucia paham ibunya itu hanya pura-pura tidak tahu apa yang terjadi. Callista masih fokus menatap Lucia karena merasa terkejut. Detik kemudian ia memahami apa yang sebenarnya sedang terjadi saat ini. "Ah, i see. Senang kembali bertemu denganmu," ucap Callista seraya tersenyum. "Aku ingin meminta maaf atas sikapku yang menyebalkan. Ku harap kita dapat berteman baik." Callista terdiam sejenak. Tentu ia tidak akan lupa betapa berkesannya pertemuan pertama kali antara dirinya dengan Lucia. Callista masih mengingat dengan jelas bagaimana saat gadis itu marah=marah kepadanya dan menuduhnya sebagai selingkuhan dari Dave. Kini Callista mengerti mengapa Amanda begitu menyayangi Dave. Sepertinya hubungan mereka telah sampai pada tahap yang cukup serius.  Selain itu mengingat Dave dan Lucas sangat dekat, sepertinya kini Callista benar-benar mengerti. Hubungan mereka cukup menyenangkan. Callista kemudian menghentikan kegiatan menatap Lucia. Ia benar-benar terus menoleh ke Lucia sejak gadis itu memasuki ruang makan. Begitu Callista menghadapkan kepalanya ke depan, matanya langsung bersitatap dengan mata tajam nan dingin dari Lucas. Callista sempat merasa napasnya seketika tercekat karena terkejut. Ia sungguh tidak menyadari Lucas telah berada di hadapannya. Sepertinya karena ia terlalu terkejut dengan keberadaan Lucia sehingga ia tidak menyadari kedatangan Lucas. Yang membuat Callista juga kini merasa terkejut adalah karena lelaki itu duduk tepat di hadapan Callista. Callista juga merasa heran karena Lucas terus saja menatapnya. 'Apa aku terlalu cantik malam ini?' tanya Callista kepada dirinya sendiri dalam hati. "Sepertinya kalian sudah sangat akrab," ujar Amanda kemudian duduk di hadapan Lucia. Lucia kemudian tersenyum.  Ia lantas merangkul pundak Callitsa dengan akrabnya seolah mereka berdua adalah dua orang yang terlah berteman cukup lama. "Dari pertemuan pertamaku dengannya aku sudah yakin dia akan menjadi sahabatku yang baik, Mommy." Callista tidak paham mengapa kini Lucia menjadi begitu ramah. Sikapnya saat ini benar-benar berbanding terbalik dengan saat mereka pertama kali bertemu di apartemen Dave. Callista jadi bingung harus bersikap bagaimana. Akan tetapi ia tidak memiliki pilihan lain selain tersenyum manis. "Ya. Kami akan menjadi sepasang teman yang sangat akrab bukan?" tanya Lucia menghadap Callista. Callista kemudian tersenyum. "Sebuah kehormatan bisa menjadi teman dari Nona Lucia." Lucia kemudian melepas rangkulannya dan kembali duduk tegak. "Lihatlah, Mom. Kami pasti akan cocok." Amanda tersenyum. Callista sejak tadi diam-diam memperhatikan Lucas. Lelaki itu hanya diam saja sejak memasuki ruang makan. Kini Lucas tengah menatap adiknya itu. Lalu pandangan Lucas mengarah ke Callista.  Pandangan mata yang kali ini tajam dan dingin. Callista pun memberanikan diri untuk tetap menatap mata lelaki itu. Meski ia sebenarnya tidak tahu mengapa Lucas terus saja menatapnya. Dengan tatapan mata yang tajam dan dingin seperti itu, Lucas seolah tidak menyukai keberadaannya. Akan tetapi Callista ingin berspekulasi lain.  Pasti ada alasan lain mengapa Lucas terus memusatkan pandangan kepada Callista. "Lucas. Mommy yakin kau pasti sudah tahu bahwa Callista yang sudah menyelamatkan Mommy. Mommy ingin kau juga bisa berteman baik dengan Callista." Lucas akhirnya mengalihkan pandangan dari Callista ketika ibunya berbicara.  Lelaki itu kemudian menatap ke Amanda. "Baik, Mommy." Callista entah mengapa merasakan hatinya senang mendengar Lucas yang patuh akan perintah ibunya itu. Apakah bila seperti itu, bisa dianggap kini Callista telah menjadi teman Lucas? Ah, rasanya membayangkan hal itu saja masih terasa tidak mungkin. Rasanya begitu aneh. "Sepertinya akan menyenangkan bila Callista sering berkunjung kemari, Mommy. Tidak masalah bukan bila aku sering mengajaknya kemari?" Callista langsung menatap Lucia setelah gadis itu bicara. Callista sendiri masih merasa bingung dengan sikap hangat yang Lucia tunjukkan.  Bila saja gadis itu sebelumnya tidak bersikap menyebalkan dengan menuduh Callista sebagai perempuan simpanan Dave, maka Callista akan merasa sangat senang karena Lucia menyambut ramah dirinya. Akan tetapi karena kesan pertemuan pertama mereka tidak sebaik itu, Callista justru merasa curiga dengan sikap Lucia yang sekarang. Lucia pun tersenyum menatap Callista yang tengah menatapnya. Karena hal itu, Callista kemudian mengalihkan pandangan. Sialnya matanya kembali bertemu dengan mata dingin Lucas. Lelaki itu rupanya menatapnya lekat. Seolah merasa tertantang, Callista pun juga menatap Lucas dengan lekat. Keduanya seolah tengah berlomba adu pandang sekarang. Kedua mata yang saling menatap lebih dari lima menit itu, membuat Amanda dan Lucia terdiam. Seolah memberikan keduanya larut dalam kegiatan bersitatap itu. Amanda dan Lucia kemudian saling menatap dan tersenyum. Keduanya seolah ingin menjerit dan merasa bahwa mereka berhasil. Mengingat bahwa Lucas tidak pernah tertarik untuk menatap perempuan. Akan tetapi melihat sekarang Lucas tengah menatap Callista bahkan lebih dari lima menit. Fakta itu entah mengapa membuat Lucia dan Amanda menjadi semakin bersemangat untuk membuat Lucas dan Callista untuk menikah. "Mom," panggil Lucas kemudian seraya berdehem. Itu adalah suara Lucas yang pertama setelah sejak tadi ia memasuki ruang makan. Lucas lantas memutus kontak mata dengan Callista dan menatap sang ibu. "Ayo makan," ujarnya. Amanda pun menatap Lucas dan kemudian terdiam sejenak. "Benar. Ayo kita makan." Amanda menoleh kepada Callista. "Callista. Silahkan dinikmati. Selamat makan." "Terima kasih, Nyonya." Callista kemudian tersenyum. Bila tadi Callista sempat merasa kecewa karena Lucas tidak ada di meja makan. Kini ia merasa sangat bahagia. Selain melihat Lucas dan bisa satu meja makan dengan lelaki itu, Callista juga merasa senang karena bisa bersitatap dengan mata Lucas. 'Aku jadi penasaran. Jika bisa, kuingin buat mata dingin itu menatapku penuh cinta suatu hari nanti," ujar Callista dalam hati.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD