SG - 05

1412 Words
"Bang Dammi!" "Bang Dammi kece!!" "Bang Dammi, main yuuk, Baaaang!" "Bang, main tete-tete cupang yuk, Bang!!" Suara berisik itu mampu membuat Ghea melangkah menuju jendela kamarnya dan ia bisa melihat kawan-kawan Jason melambai-lambaikan tangan sambil berteriak bagai bocah TK. Sejak Ghea berpacaran dengan Jason, abangnya jadi kenal dekat dengan geng pecinta cupang itu. Makanya sekarang Dammi sering main PS bareng dengan squad ganteng pecinta cupang. "Berisik!" teriak Ghea dari jendela kamarnya. Remond terlihat menunjukan satu plastik dengan lambang J.Co kemudian berkata, "Coklat nih, Neng!" "Yaudah, masuk!" "Yeuh, dasar cewek," dengus Remond. "Masuk deh masuk buruan!" Zaky mendorong tubuh Aris yang malah mengupil sedangkan Denis ber-selfie ria di depan gerbang rumah Ghea. Entah apa maksudnya. "Masuk, Den! Malah foto-foto. HP lu Esia juga ah!" hina Remond. Tiba-tiba Aris memasang wajah serius, "Wah, masuk nih? Wah, nggak bawa k*ndom." "Noh, kan. Kebanyakan nonton miyabi-miyabi bajakan nih jadi begini!" itu suara Dammi yang sudah menunggu keempatnya di depan pintu. "Masuk, kucing garong! Malah berbuat dosa di gerbang rumah gue!" "Dosa apa sih, Abangku?" tanya Remond. Dammi menunjuk Denis dengan kelingkingnya. "Noh, jomblo atu malah foto-foto. Gue yakin abis ini rumah gue dia lelang di black market." "Abang, yang kamu katakan itu jahat. Aku saudara kembarmu, Abang!" Denis merengek bagai bayi bagong yang belum disusui sehingga Dammi langsung berkata amit-amit. "Masuk cepetan!" Akhirnya kelimanya masuk dan langsung berlarian menuju ruang PS khusus milik Dammi dan Rianna. "Mon, bagi J.Co nya dong!" Ghea sudah turun dari kamarnya dengan setelan santai khas anak rumahan. Remond memberikan plastik itu pada Ghea yang sudah sumringah. Tetapi, ketika Ghea membukanya, wajah gadis itu langsung memerah menahan kesal. "Mana coklatnya?!" "Itu coklat, G. Ikan cupang yang baru gue beli warnanya coklat," jawab Remond santai. "Mau aja dibegoin Remond. Dia mana mau beli makanan. Dia kan pelit." Aris bersuara. "Nyebelin lo, Mon!" bentak Ghea. "Ha ha ha." Dammi terbahak ketika melihat adiknya yang memasang wajah sangat tersinggung. "Lagian lo gaul banget sih, Mon. Plastiknya pake yang item, kek." "Namanya juga cowok ganteng, Bang," kekeh Remond. Ghea mengembalikan plastik J.Co gadungan itu pada Remond lalu ia sadar bahwa Jason tidak ada. "Cowok gue kemana?" *** Jason mengecek ulang alamat yang dikirimkan Rio, seniornya dikampus yang mengundangnya untuk ikut perkumpulan---apa namanya ya? Jason lupa. Kalau tidak salah gerakan cowok berponi seluruh Indonesia. Bukan, b**o! "Jason? Gue kira lo nggak bakal dateng. Welcome, ya." Rio menepuk bahu Jason yang memasang wajah bingung. "Kenapa, Jason?" "J aja lah, panjang amat segala Jason." Rio terkekeh, "Sip, J. Mau masuk apa nunggu diluar ampe kumisan?" "Ini lo yakin, Bang? Di sini tempatnya?" Rio mengangguk tanpa ragu. "Masuk dulu, nanti speechless nya di dalem aja." Jason mengikuti Rio yang membawanya masuk menuju bangunan tak terawat atau bisa dibilang sebuah gedung bertingkat dua dengan kerusakan dimana-mana. "What the fuck..." Itu adalah kalimat pertama yang Jason ucapkan ketika ia melihat keadaan di dalam gedung kumuh ini. Karena ternyata dalamnya tidak sejelek luarnya. "Jason!" Jason mengedarkan pandangannya, dan ia melihat Fey melambaikan tangan padanya. "Welcome, Jason. What do you think about this base camp?" tanya Fey dengan nada---entahlah, Jason mendengarnya seperti bangga. Jason mengangkat bahunya. "Keren. Lo dapet dari mana gedung pinggiran kota kaya gini?" "Ada, lah." "Lo bilang ini komunitas---" "Komunitas Gerakan Kemanusiaan," potong Fey. Jason mengangguk. "Dan kayanya bener kata lo. Ini more." "Masuk sini, hobi tauran lo kepake, J. Selow aja." Rio tertawa sambil menepuk bahu Jason. "Kak Fey, lo ketua perkumpulan ini?" tanya Jason penasaran. Ia cukup dibuat kagum dengan apa yang ada di dalam gedung ini dan jika Fey menjawab 'Iya', kerennya perkumpulan ini bertambah. "Iya, Jason. Kenapa? Gue keliatan lemah?" "No. Maksud gue, ini semua, bisa lo jelasin?" Fey tertawa cukup keras. "Ha ha ha. Oke, bakal gue jelasin. Jadi, gerakan ini tuh kegiatannya ngumpulin dana sebanyak mungkin demi kelangsungan hidup kelompok manusia yang sedang butuh bantuan. Kita bakal bantu dengan uang yang kita kumpulkan di ring tinju sekeliling gedung ini, Jason. Ya, anggota gerakan ini bukan minta-minta sumbangan, tapi bertarung di ring satu lawan satu. Yang kalah, harus mengeluarkan dana buat yang menang. Yang menang, bebas mau ngasih hasil tarungnya buat amal atau di keep sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Gerakan kemanusiaan banget 'kan?" Ya. Gedung dengan keadaan luarnya yang jelek ini dalamnya disulap menjadi tempat keren yang mempunyai ring-ring untuk bertarung. Dan sepertinya... "Ilegal, huh?" tebak Jason. "Bukannya lo nggak suka yang legal-legal?" Jason tersenyum singkat. "Yes or no kalau lo dan kelompok lo ini sebenernya bukan tukang galang dana, tapi anggota pertarungan ilegal yang nyari duit buat diri sendiri lewat fight?" "So... Lo mundur buat ikut gerakan kemanusiaan ini, J?" kata Rio dengan nada meremehkan. "Gue? Gue seneng berantem. Tapi, apa orang luar tahu kalau di dalam gedung ini ada yang fight satu lawan satu?" "Mereka tahunya kita menggalang dana, bukan bertarung di ring sampe tulang kita patah," jawab Fey. Jason menatap sekelilingnya dan suara orang yang saling baku hantam terdengar bagai musik yang berirama. Jason merindukan sensasi degup jantung yang meningkat ketika ia mengepalkan tangan lalu menonjokannya pada lawan. "Identitas pribadi anggotanya dirahasiakan?" "Of course, Jason." "..." "Join atau takut? Tauran itu keroyokan, sedangkan di sini, lo berdiri sendiri." Jason menatap Fey yang memasang ekpresi menyepelekan. "Yang katanya Queen rescue, ketua Ospek di Kampus, tapi ternyata adalah pendiri sebuah komunitas ilegal seperti ini? Well... Nampaknya semua orang memakai topengnya masing-masing." lalu Jason mendengus sambil membuka kemeja yang ia pakai. "Siapa lawan pertama gue?" "Gue," jawab Fey dengan lantang. "Oke." *** Tante Ines : J masuk RS. Ghea bisa ke RS sekarang? Gadis itu langsung kalang kabut ketika mendapatkan pesan dari mama sang pacar. Pasalnya, sejak pagi Jason tak ada kabar lalu tiba-tiba masuk rumah sakit. Ghea tahu pacarnya itu gemar melakukan hal yang aneh-aneh, maka dari itu Ghea khawatir. Ghea sudah berdiri di depan pintu ruang rawat Jason. Dengan perlahan ia membuka pintu itu kemudian ia bisa melihat Jason yang sedang tertidur di ranjang khusus pasien. "Tante?" Ghea menyapa Ines yang duduk disofa. Ines langsung memeluk Ghea lalu menunjuk Jason yang tertidur. "Kenapa dia, Tan?" Ines mendengus, "Biasa." "J udah nggak pernah tauran lagi, Tan. Dia janji sama Ghea walau kadang-kadang emang masih ngibul." "Nggak tahu deh, Ghea. Pokoknya dia udah dirumah sakit pas nelepon tante. Tangan kiri di keseleo, terus katanya tadi J minta sendiri supaya disuntik obat tidur. Bentar lagi paling bang---" Belum selesai Ines berkata, Jason sudah mengerjapkan matanya lalu membukanya secara perlahan. "Apa gue disurga? Kok ada bidadari? Tapi kenapa satunya lagi mirip Unyil?" ucap Jason, serak. Ines langsung menghampiri Jason kemudian menjitak kepala anak durhakanya itu. "Unyil ini adalah emak lu!" "Emak gue Luna Maya." "Wah, songong nih bocah. Tahu gini gue patahin aja tangannya." Jason memanyunkan bibirnya, sok manja. "Jahat ih. J 'kan lagi sakit, Ma. Sayang-sayang dong." "Ogah. Mending gue sayang-sayangin para tikus dirumah." "J? Kenapa sampe babak belur kaya gini? Tauran?" Ghea bertanya dengan nada malas tanpa hasrat. "Enggak kok, Sayang. J nggak nakal," jawab Jason. Ghea menghampiri Jason lalu dengan perlahan menyentuh tangan Jason yang katanya keselo. "Sakit, J?" "Sakit. Cium bibir gue dong biar sembuh." "Tangan lo yang keseleo ngapa bibir lo yang nyosor!" Ines kembali menjitak kepala Jason sehingga cowok itu benar-benar meringis. "Namanya juga usaha, Ma. Kaya yang nggak pernah muda aja, ih." "Diem deh lo. Inget ya, kalau lo masuk rumah sakit lagi gara-gara tauran dan t***k bengeknya, gue nggak mau jenguk. Biarin aja lu kaya anak terlantar. Biar mampus, syukurin!" "Tega amat," Jason mengelus dadanya. "Ghea, tante mau nyari makanan dulu ya. Tolong titip anak nakal ini. Kalau berulah lagi, patahin aja idungnya." Ghea mengangguk pada Ines, "Siap, Tante." Ketika Mamanya sudah benar-benar keluar ruang rawat, Jason langsung memberi kode pada Ghea agar lebih mendekat dan tubuh gadis itu bisa ia peluk. Ghea pasrah saja ketika Jason sok manja padanya. "Kangen sekali aku sama Ghea. Nggak berwarna kayanya hidupku sehari aja nggak meluk Ghea." Ghea pura-pura masa bodo mendengar gombalan receh Jason. "Lo tauran, Nyet?" tanya Ghea, penasaran. Karena seharian tadi teman-temannya Jason ada dirumah Ghea main PS dengan Dammi. Kalau iya tauran, Jason tauran dengan siapa? Dengan Valak atau Annabelle? Ghea yakin keduanya masih berstatus hantu dan belum berubah menjadi bad girl. "Gue nggak tauran, Sayangku. Beneran deh. Gue lagi latihan boxing, nggak sengaja celaka dikit. Keselo doang elah." "Gue lupa, lo 'kan lebay. Keseleo doang pake masuk RS." "He he he..." Lalu hening cukup lama sampai Ghea berkata, "Jangan lupa, J, gue paling nggak suka dibohongin." "Dan lo harus inget juga kalau gue paling nggak suka ngeliat lo khawatir. I'm fine selama lo ada disisi gue, Ghea."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD